Teori Fungsi Landasan Teoritis

25 Pasal 1 butir 5 Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.02.PR.08.10 Tahun 2004 tentang Tata Cara Pengangkatan Anggota, Pemberhentian Anggota, Susunan Organisasi, Tata Kerja dan Tata Cara Pemeriksaan Majelis Pengawas Notaris menyebutkan pengertian pengawasan adalah kegiatan yang bersifat preventif dan kuratif termasuk kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh Majelis Pengawas terhadap Notaris. 17 Rumusan tersebut yang menjadi tujuan pokok pengawasan adalah agar segala hak dan kewenangan maupun kewajiban yang diberikan kepada Notaris dalam menjalankan tugasnya sebagaimana yang digariskan dalam peraturan dasar yang bersangkutan, senantiasa dilakukan di atas jalur yang telah ditentukan, bukan saja jalur hukum tetapi juga atas dasar moral dan etika profesi demi terjaminnya perlindungan hukum dan kepastian hukum bagi masyarakat. Pembentukan Majelis Kehormatan Notaris untuk menyelamatkan kepentingan masyarakat dari kerugian yang diakibatkan oleh Notaris yang tidak bertanggung jawab dan menjaga citra dan kewibawaan lembaga Notariat serta melindungi nama baik kelompok prifesi Notaris dari penilaian yang generaliris. Selain hal tersebut dengan adanya Majelis Kehormatan Notaris, maka mempunyai dampak positif yaitu akan membentuk suatu “Peradilan Profesi Notaris” yang dijalankan di setiap tingkatan secara berjenjang selain yang sudah ada pada organisasi profesi notaris sendiri. Dengan adanya peradilan tersebut, maka akan memberikan perlindungan hukum dan jaminan kepada Notaris dalam menjalankan jabatannya secara profesional. 18 17 Widiatmoko, 2007, Himpunan Peraturan Jabatan Notaris, Pradnya Paramita, Jakarta, hal. 20. 18 Ibid. 26

1.5.1.3. Teori Wewenang

Teori wewenang digunakan dalam penelitian ini untuk menjawab rumusan masalah pertama dan kedua yaitu mengenai wewenang Notaris untuk membuat akta otentik dan wewenang Majelis Kehormatan Notaris dalam fungsinya untuk memberikan ijin pengambilan akta yang disimpan Notaris dan pemeriksaan terhadap Notaris yang aktanya tersangkut hukum pidana. Wewenang atau sering pula disebut dengan istilah kewenangan merupakan suatu tindakan hukum yang diatur dan diberikan kepada suatu jabatan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mengatur jabatan yang bersangkutan. 19 Sjahran Basah mengemukakan bahwa kewenangan seseorang atau pejabat pemerintah untuk melakukan suatu tindakan pemerintahan dapat diperoleh dari peraturan perundang-undangan baik secara langsung atribusi ataupun pelimpahan delegasi dan sub delegasi serta atas dasar penugasan mandate. 20 Pendapat ini juga dikemukakan oleh H.D. Van Wijk dan Wilem Konijnenbelt yang mengklasifikasikan cara perolehan kewenangan atas 3 tiga cara antara lain: a. Atributie : “Teoleninning van een bestuursbevoegdheid door een wetgever aan een bestuurorgaan ”, atau atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan. b. Delegatie : “Overdracht van een bevoegdheid van he teen bestuurorgan aan een ander ”, atau delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari satu organ pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya. c. Mandate : “een bestuurorgan lat zijn bevoegdheid names hues uitoefenen door een ander ”, artinya mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengijinkan kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya. 21 19 Habib Hadjie, 2008, Hukum Notaris Indonesia Tafsir Tematik Terhadap UU No. 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, Refika Aditama, Bandung, hal. 77. 20 Sjahran Basah, 1985, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia, Alumni, Bandung, hal.7. 21 Ridwan H.R., 2003, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, hal. 45. 27 Dengan melihat kepada ada atau tidaknya suatu peralihan kewenangan, F.A.M. Stroink dan J.G. Steenbeek berpendapat mengenai cara peralihan wewenang pada hakekatnya hanya melalui cara atribusi dan delegasi saja. Atribusi adalah pembangunan kekuasaan kepada bagian instansi dan pada atribusi terjadi pemberian wewenang pemerintahan yang baru oleh pembuat undang-undang dalam arti material kepada organ administrasi negara. Delegasi adalah pelimpahan wewenang dari pejabat yang lebih tinggi kepada pejabat yang lebih rendah atas dasar peraturan perundang-undangan. Dalam hal ini suatu badan juga telah memiliki wewenang secara mandiri membuat peraturan perundang-undangan wewenang atribusi, menyerahkan kepada suatu badan untuk membuat peraturan perundang-undangan atas dasar kekuasaan dan tanggung jawabnya sendiri. Menurut Indroharto penerima wewenang atas dasar delegasi delegataris dapat pula mendelegasikan wewenang yang diterimanya dari pemberi wewenang asli delegasi kepada organ atau pejabat TUN lainnya. 22 Bagir Manan dan A. Hamid S. Attamimi menyatakan teori wewenang pembentukan peraturan perundang-undangan dibedakan atas atribusi dan delegasi. 23 Pengertian atribusi wewenang pembentukan peraturan perundang- undangan memuat unsur-unsur : a. Penciptaan wewenang baru untuk membuat peraturan perundang- undangan; 22 Indroharto, 1991, Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara, Sinar Harapan, Jakarta, hal. 66. 23 Bagir Manan dan Kuntana Magnar, 1997, Kedudukan dan Fungsi Keputusan Presiden Sistem Perundang-undangan dan Peranannya Dalam Akselerasi Pembangunan Ekonomi, Penerbit Alumni, Bandung, hal 206. 28 b. Wewenang tersebut diberikan oleh pembentuk UUD atau pembentuk UU kepada suatu lembaga; c. Lembaga yang menerima wewenang itu bertanggung jawab atas pelaksanaan wewenang tersebut. 24 Sedangkan pengertian delegasi pembentukan peraturan perundang-undangan memuat unsur-unsur : a. Penyerahan wewenang untuk membuat peraturan perundang-undangan; b. Wewenang itu diserahkan oleh pemegang wewenang atributif delegans kepada lembaga lainnya delegataris; c. Lembaga yang menerima wewenang delegataris bertanggung jawab atas pelaksanaan wewenang tersebut. Wewenang atribusi dan delegasi terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah lembaga yang menerima wewenang bertanggung jawab atas pelaksanaan wewenang itu. Sedangkan perbedaannya adalah 1 pada delegasi selalu harus didahului adanya atribusi, sedangkan pada atribusi tidak ada yang mendahului dan 2 pada atribusi terjadi pembentukan wewenang, sedangkan pada delegasi terjadi penyerahan wewenang. 25 Dalam konsep hukum publik, wewenang merupakan konsep inti dari hukum tata negara dan hukum administrasi negara. Tanpa adanya kewenangan yang dimiliki, maka pejabat negara tidak dapat melaksanakan suatu perbuatan atau tindakan pemerintahan. Menurut Donner, ada dua fungsi berkaitan dengan 24 Hamid S. Atamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Negara Studi Analisis Mengenai Keputusan Presiden Yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu Pelita I- Pelita IV, Disertasi, Pasca Sarjana UI, Jakarta, hal 347-352 25 S.F. Marbun, 2004, Mandat, Delegasi, Atribusi Dan Implementasinya Di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, hal. 109-120.