28 b.
Wewenang tersebut diberikan oleh pembentuk UUD atau pembentuk UU kepada suatu lembaga;
c. Lembaga yang menerima wewenang itu bertanggung jawab atas
pelaksanaan wewenang tersebut.
24
Sedangkan pengertian delegasi pembentukan peraturan perundang-undangan memuat unsur-unsur :
a. Penyerahan wewenang untuk membuat peraturan perundang-undangan;
b. Wewenang itu diserahkan oleh pemegang wewenang atributif delegans
kepada lembaga lainnya delegataris; c.
Lembaga yang menerima wewenang delegataris bertanggung jawab atas pelaksanaan wewenang tersebut.
Wewenang atribusi dan delegasi terdapat persamaan dan perbedaan. Persamaannya adalah lembaga yang menerima wewenang bertanggung jawab atas
pelaksanaan wewenang itu. Sedangkan perbedaannya adalah 1 pada delegasi selalu harus didahului adanya atribusi, sedangkan pada atribusi tidak ada yang
mendahului dan 2 pada atribusi terjadi pembentukan wewenang, sedangkan pada delegasi terjadi penyerahan wewenang.
25
Dalam konsep hukum publik, wewenang merupakan konsep inti dari hukum tata negara dan hukum administrasi negara. Tanpa adanya kewenangan
yang dimiliki, maka pejabat negara tidak dapat melaksanakan suatu perbuatan atau tindakan pemerintahan. Menurut Donner, ada dua fungsi berkaitan dengan
24
Hamid S. Atamimi, 1990, Peranan Keputusan Presiden Republik Indonesia Dalam Penyelenggaraan Pemerintah Negara Studi Analisis Mengenai
Keputusan Presiden Yang Berfungsi Pengaturan Dalam Kurun Waktu Pelita I- Pelita IV, Disertasi, Pasca Sarjana UI, Jakarta, hal 347-352
25
S.F. Marbun, 2004, Mandat, Delegasi, Atribusi Dan Implementasinya Di Indonesia, UII Press, Yogyakarta, hal. 109-120.
29 kewenangan, yakni fungsi pembuatan kebijakan policy making yaitu kekuasaan
yang menentukan tugas taakstelling dari alat-alat pemerintah atau kekuasaan yang menentukan politik negara dan fungsi pelaksanaan kebijakan policy
executing yaitu kekuasaan yang bertugas untuk merealisasikan politik negara yang telah ditentukan verwezenlijkking van de taak.
26
1.5.1.4. Teori Tanggungjawab
Teori tanggungjawab digunakan dalam penelitian ini untuk memecahkan rumusan masalah yang pertama dan kedua mengingat permasalahan dalam
penelitian ini adalah mengenai tanggungjawab Notaris jika akta yang dibuatnya tersangkut hukum pidana. tanggungjawab atau tanggungjawab hukum yang
dimaksudkan disini adalah terjemahan dari bahasa Inggris “Liability”. Tanggung jawab dalam bahasa Inggrisnya adalah responsibility atau dalam
bahasan Belanda adalah aansprekelijk, yang artinya adalah bertanggung jawab, terikat, bertanggung jawab menurut hukum atas kesalahan atau akibat suatu
perbuatan.
27
Ada pula istilah lainnya yang berkaitan adalah pertanggung jawaban yang dalam bahasa Inggris adalah accountability dan dalam bahasa Belanda
adalah aansprakelijkheid yang artinya juga tanggung jawab, keterikan, tanggung jawab dalam hukum memikul tanggung jawab.
28
Menurut Soehardi dikatakan bahwa dasar dari suatu tanggung jawab adalah suatu wewenang authority atau hak wewenang itu berkaitan dengan tugas
26
Victor Situmorang, 1989, Dasar-Dasar Hukum Administrasi Negara, Bina Aksara, Jakarta, hal. 30.
27
Fockema Andrea, diterjemahkan oleh Adiwinata A. Teloeki dan H. Boerchanudin St. Batoeh, 2007, Kamus Istilah Hukum, Cet. Pertama, Binacipta,
Jakarta, hal. 6.
28
Ibid, hal 6.
30 dan merupakan kekuasaan yang melekat pada tugas atau pekerjaan responsibility,
duty, sedangkan hak melekat pada pribadi. Untuk melaksanakan suatu tugas akan tergantung pada capability atau ability yang berfungsi secara memadai untuk
melaksanakan suatu tugas atau suatu tanggung jawab responsibility. Hasil hubungan antara responsibility dengan capability ini adalah suatu accountability
atau suatu pertanggungjawaban.
29
Setiap orang pada umumnya harus bertanggung jawab atas segala tindakan atau perbuatannya. Pengertian orang ini termasuk pula suatu rechtspersoon. Orang
dalam artian yuridis adalah setiap orang yang mempunyai wewenang hukum, yang artinya adalah kecapakan untuk menjadi subyek hukum, atau sebagai
pendukung hak dan kewajiban, maka untuk itu terlebih dahulu harus ditentukan dulu status seseorang dalam suatu hubungan hukum.
30
Hubungan hukum mencerminkan adanya kepentingan-kepentingan dari pihak-pihak yang melakukan hubungan hukum, ada kehadiran hukum akan
berfungsi untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan kepentingan kepentingan tersebut agar tidak saling bertubrukan conflit of interest. Hukum
melindungi kepentingan seseorang dengan cara mengalokasikan suatu kekuasaan kepadanya untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut. Kekuasaan
yang diberikan oleh hukum itu disebut sebagai hak. Antara hak dan kewajiban terdapat hubungan yang sangat erat, yang satu akan mencerminkan yang lain. Di
satu sisi hak dan di sisi lainnya akan terlihat adanya kewajiban.
31
29
Soehardi Sigit, 2008, Pengorganisasian, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, hal. 25 -28.
30
Ali Chidir, 2007, Badan Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, hal. 7.
31
Satijipto Rahardjo, 2006, Ilmu Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, hal. 53.
31 Pasal 1365 KUH Perdata dikandung ajaran tentang tanggung jawab,
seperti dalam rumusan sebagai berikut: ”Setiap orang bertanggung jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian
yang disebabkan kelalaian atau kurang hati- hatinya”.
Pasal 1365 KUH Perdata di atas, menunjukan bahwa dalam KUH Perdata dikenal ada 2 dua jenis tanggung jawab, yaitu :
a.
Tanggung jawab berdasarkan kesalahan, artinya seseorang dapat dimintai
pertanggung jawaban atas kesalahan yang telah diperbuatnya dan akibat kesalahannya itu telah menimbulkan kerugian bagi orang lain;
b. Tanggung jawab berdasarkan risiko, artinya seseorang dapat dimintai
pertanggung jawaban atas kerugian yang diderita oleh orang lain bukan karena kesalahan yang bersangkutan, melainkan sebagai resiko yang
ditanggungnya karena kesalahan orang lain dan orang tersebut adalah menjadi
bawahannya atau
menjadi tanggungnya,
atau dalam
pengawasannya. Tanggung jawab karena kesalahan sebagaimana telah diatur dalam Pasal
1365 KUH Perdata dan Pasal 1367 KUH Perdata merupakan bentuk klasik pertanggung jawaban perdata.
1.5.1.5. Teori Hukum Pembuktian
Pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang didakwakan, merupakan bagian yang terpenting dalam proses Hukum Acara
Pidana. Akan berakibat fatal jia seseorang yang didakwakan melakukan tindak pidana namun setelah dibuktikan melalui proses pembuktian dipersidangan, ia
tidak terbukti bersalah. Untuk menghindari hal seperti itu Hukum Acara Pidana bertujuan untuk mencari dan menemukan atau paling tidak agar mendekati
kebenaran materill. Menurut Ansorie Abuan bahwa pembuktian ini adalah merpakan masalah yang pelik ingewikkeld dan justru masalah pembuktian