ruang. Bentuk merupakan unsur penting dalam sebuah karya. Setiap karya atau produk kerajinan memiliki bentuk ke-khas-annya masing-masing. Susunan dari
bentuk-bentuk yang teroganisir akan menjadikan suatu wujud yang memiliki nilai. Karya dari kerajinan kulit perkamen juga tidak lepas dengan unsur bentuk.
Pada penelitian ini unsur bentuk yang menjadi objek penelitian adalah bentuk motif wayang, motif tatahan dan bentuk motif sunggingan.
a. Motif Wayang
Motif merupakan corak, ragam, atau elemen yang berbeda antara satu lukisan dengan yang lain Susanto, 2011: 266. Menurut Suhersono 2004: 14,
motif adalah desain yang dibuat dari bagian-bagian bentuk, berbagai macam garis atau elemen-elemen, yang terkadang begitu kuat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk
stilasi alam benda, dengan gaya dan ciri khas tersendiri. Motif merupakan bentuk hiasan yang terdapat pada suatu benda fungsional maupun non-fungsional.
Bentuk motif yang diaplikasikan pada karya kerajinan kulit perkamen selain wayang adalah tokoh wayang, stilasi tumbuhan, stilasi hewan, dan stilasi
bentuk lain yang terdapat pada alam. Umumnya, motif wayang selalu mendominasi setiap karya kerajinan kulit perkamen, termasuk karya pembatas
ruang yang menerapkan cerita Arjuna Wiwaha ini. Oleh sebab itu, perlu adanya tinjauan mengenai wayang dan unsur-unsur yang ada daripadanya.
Wayang kulit merupakan salah satu karya seni tatah sungging yang utama dan cukup dikenal “adiluhung”, suatu karya yang memiliki nilai, seperti simbolis,
historis, pedagogis, dan filosofis Sunarto, 2008: 35. Wayang kulit memiliki karakter yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat dari penggambaran wajah,
terutama pada mulut, mata, danhidung. Atribut yang terdapat pada wayang kulit juga beragam. Biasanya, atribut yang digunakan pada wayang kulit berdasarkan
pada golongan wayang itu sendiri. Soenarto 1989: 45 menjelaskan bahwa wayang kulit purwa gaya
Yogyakarta menurut busana atribut yang digunakan dapat dibedakan menjadi tiga golongan. Golongan ratu, ditandai dengan pemakaian praba hiasan yang
terdapat pada punggung dan mahkota. Praba merupakan lambang keagungan dan kewibawaan kedudukannya. Mahkota dibedakan menjadi 6 macam, yaitu bentuk
mahkota, topong, pogog, gelung sapit udang, gelung keling, dan uncit. Golongan satria dapat ditandai dengan penggunaan mahkota, yaitu bentuk sapit udang,
pogog, gelung keling, dan puthut. Golongan bala ditandai dengan 3 macam bentuk mahkota, anatara lain bentuk pogog, kethu dan jamang. Di bawah ini adalah
gambaran mengenai bantuk-bentuk mata, atribut, jenis sanggul, jenis pakaian bawah, jenis mulut, dan jenis tangan yang ada pada wayang Widodo, 1984: 32.
1 Bentuk-bentuk Mata
Bentuk mata pada wayang bermacam-macam. Dalam setiap bentuknya mampu menggambarkan watak atau karakter yang dimilikinya. Bentuk mata
merupakan bagian dari muka wayang, diantaranya adalah mata gabahan, kedelai, kedondong, mata bulat, bulat besar, penanggalan, kelipan, dan sipit besar.
mata gabahan mata kedelai
mata kedondong
mata bulat mata bulat besar
mata penanggalan mata kolik atau kelipan
mata sipit besar
Gambar 1: Bentuk-bentuk Mata pada Wayang
Sumber: Dibuat oleh Andina P. Diadaptasi dari Widodo, 1984
2 Jenis-jenis Mulut
Berbagai wayang dapat dibedakan dari jenis mulutnya. Wayang halusan yaitu golongan putri, putran hingga Prabu Ramawijaya dan Prabu Basudewa,
kesemuanya tidak mempunyai „anak gigi‟ di muka gigi terdepan. Wayang halusan yang mempunyai anak gigi depan yaitu untuk yang bermata kedelai Arya Setiaki
sampai Prabu Baladewa dan untuk yang bermata bulat yaitu Arya Gatutkaca dan sejenisnya.
Mulut untuk golongan wayang halusan, dari
wayang putri, putran hingga Prabu Ramawijaya
dan Prabu Basudewa Untuk mulut golongan
Arya Setiaki, Prabu Baladewa dan sejenisnya
serta Arya Gatutkaca dan sejenisnya
Mulut gusen untuk Patih hingga Tumenggung
Mulut gusen bengkok ke bawah untuk Patih
Sangkuni dan sejenisnya Mulut gusen gundel untuk
Satria sejajar Raja atau Raja Muda
Mulut dengan gusi lebar untuk wayang kasar atau
wayang rakus Mulut dengan gusi lebar
dan sedikit lekuk untuk Patih Tanah Seberang
Gusen dengan taring panjang untuk Rahwana
Gusen taring panjang untuk Arya Indrajit dan
sejenisnya Gusen taring dua buah
untuk Raden Maruta atau Kangsadewa
Gusen lebar dengan taring untuk Raja
Gusen untuk Semar Badranaya
Gusen untuk Nala Gareng Gusen untuk Petruk
Gusen untuk Bagong Gunsen untuk Togok
Gusen untuk Sorowito Gusen untuk mulut
raksasa Gusen untuk raksasa
bermata dua, Misalnya Niwatakawaca
Gambar 2:Jenis-jenis Mulut pada Wayang
Sumber: Dibuat oleh Andina P. Diadaptasi dari Widodo, 1984
3 Jenis-jenis Sumping
Sumping adalah hiasan yang terletak pada telinga. Ada beragam bentuk sumping, diantaranya adalah sumping surengpati, waderan, bunga kluwih,
pudaksinumpet, gajahngoling, bunga pacar dan bunga telekan.
Sumping waderan dalam bentuk tatahan Sumping Pudak Sinumpet dalam bentuk
tatahan