Tatahan Tinjauan Tentang Bentuk
Warna didefinisikan sebagai getaran atau gelombang yang diterima indera penglihatan manusia yang berasal dari pancaran cahaya melalui sebuah benda
Susanto, 2011: 433. Dalam seni tatah sungging, warna dibagi menjadi 3 golongan Hadipajitno dan Oemartopo, 1977: 5:
1. Golongan warna primair pokok antara lain warna putih, kuning, merah, biru,
hitam, kuning dari peradabrons. 2.
Golongan warna secundair campuran antara lain hijau dari kuning+biru; ungu dari merah+biru; abu-abu dari hitam+biru; danker dari merah+hitam;
orange dari merah+kuning, jambon dari merah+putih; coklat dari merah+biru+kuning.
3. Golongan warna light secundair campuran ringan antara lain hijau muda
kuning+sedikit biru; orange kuning+sedikit merah; ungu muda biru+sedikit merah, jambon muda putih+sedikit merah; abu-abu
merah+sedikit biru; dongker muda merah+sedikit hitam; coklat muda merah+kuning+sedikit biru.
Dalam penerapan warna pada sebuah karya tidak lepas dari suatu nilai atau makna yang menjadikan suatu karya menjadi agung. Berikut merupakan
perwatakan dari tiap-tiap warna menurut Hadipajitno dan Oemartopo 1977: 5: 1.
Hitam : bersifat tenang, kuat, tangguh dan abadi.
2. Putih
: bersifat masa-bodoh, penyerah, dan murung. 3.
Kuning : bersifat canggung, ragu-ragu dan gugup. 4.
Merah : bersifat tegas, berani, kuat dan hidup.
5. Biru
: bersifat jauh, cemburu, dan tak berketetapan.
Berdasarakan penyartaan Haryanto 1991: 258 sunggingan wayang kulit selalu didominasi oleh merah, hijau, dan kuning, serta warna bronskuning emas
atau perada kertas emas. Penerapan warna di masa sekarang ini umumnya mengacu pada trend warna yang ada. Dalam pengkombinasian warna umumnya
lebih berani. Seperti halnya dengan motif tatahan, motif sunggingan juga memiliki
keberagaman bentuk maupun nama. Berikut adalah penjelasan mengenai motif sungginganSagio dan Samsugi, 1991: 36-56:
1 Tlacapan
Motif ini memiliki bentuk lancip-lancip dan berjajar ke samping. Biasanya terdapat pada busana uncal wastra atau pada sembuliyan. Pada wayang gagahan
yang banyak mengenakan dodot juga banyak ditemukan motif ini. Selain itu, terdapat juga pada jamang, gelang calumpringan, jungkat penatas, dan
sebagainya. Ukuran dan banyaknya jajaran disesuaikan dengan bidang yang ada. Proses pengerjaannya disebut nlacap.
Gambar 18. Sunggingan Tlacapan
Sumber: Sagio dan Samsugi, 1991: 37
2 Sawutan
Sawutan memiliki bentuk lancip-lancip seperti tlacapan, akan tetapi dengan ukuran yang lebih kecil. Penempatannya dalam sunggingan sama dengan
tlacapan, karena sawutan menggantikan tlacapan apabila bidangnya lebih sempit. Proses membuat sawutan disebut nyawut.
Gambar 19: Sunggingan Sawutan