Membantu guru dalam Penelitian Tindakan Kelas

33 3. Easterbrooks, S. R. 2008. Knowledge and Skills for Teachers of Individuals Who Are Deaf or Hard of Hearing. Communication Disorders Quarterly. 30 1, 12 — 36. 4. Gentry, M. M., Chinn, K. M., and Moulton, R. D. 2005. Effectiveness of Multimedia Reading Materials When Using With Childrean Who Are Deaf. 149 5: 394-403. 5. Hawkins, L and Brawner, J. 1997. Educating Children Who are Deaf or Hard of Hearing: Total Communication. ERIC Digest 559 6. Jensema, C. 1998. Viewer Reacation to Different Television Captioning Speeds. American Annals of the Deaf, 1434: 318 —324. 7. Jensema, C., El Sharkawy, S., Danturthi, R. S., Burch, R., and Hsu, D. 2000. Eye Movement Patterns of Captioned Television Viewers. American Annals of the Deaf, 145 3:275 —285. 8. Ju, J-M. 2009. The Effects of Multimedia Stories of Deaf or Hard-of-Hearing Celebrities on Reading Comprehension and English Words Learning of Taiwanese Students with Hearing Impairment. Asian Journal of Management and Humanity Sciences. 423: 91-105. 9. Neves, J. 2005. Audiovisual Translation: Subtitling for the Deaf and Hard-of- Hearing. PhD Thesis, Roehampton University. 10. Williams, K, Matthews, A., and Skelhorn, L. 2011. Total Communication: Person Centred Thinking, Planning, and Practice. Alamat http:www.hsapress.co.ukTotalCommunication diakses tanggal 9 April 2014. Komunikasi Total mempunyai peranan penting sebagai upaya berkomunikasi dengan anak tuna rungu. Salah satu bentuk komunikasi total dalam penyusunan media pembelajaran adalah penggunaan multimedia audio visual dalam mengajarkan mata pelajaran kepada anak tuna rungu. Berdasarkan seluruh rangkaian kegiatan program ini dan berdasarkan teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya mengenai media audiovisual untuk tuna rungu dapat dijelaskan bahwa secara umum metode pengajaran dengan media audiovisual yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa tuna rungu harus mempertimbangkan: subjudul, keterbacaan huruffon, warna, kecepatan teks, animasi, tata letak jendela, dan focus, penyajian teks, komponen verbal, dan komponen nonverbal. Subjudul pada prinsipnya bertujuan agar teks audiovisual dapat diakes oleh semua orang Neves, 2005. Penempatan komponen sekedarnya pada layar tidaklah cukup, sumber visual dan kognitif yang diperlukan untuk menghadiri informasi kaya- 34 bahasa language-rich seperti isyarat signing dan keterangan gambar caption menyulitkan dalam melihat perubahan di luar pusat perhatian saat itu Cavender, et al., 2009. Ada beberapa fitur yang relevan dalam subjudul menurut Gambier dalam Neves 2005. Fitur-fitur ini berupa keberterimaan acceptability, legibilitas, keterbacaan readability, sinkronisitas synchronicity, dan relevansi relevance. Legibilitas berhubungan dengan huruf, posisi subjudul, dan kecepatan subjudul. Keberterimaan berhubungan dengan norma bahasa, pemilihan gaya, dan pola retorika. Keterbacaan berhubungan dnegan kecepatan baca, kompleksitas teks, kepadatan informasi, dan lain-lain. Sinkronisitas berhubungan dengan kecepatan pergerakan bibir. Selanjutnya relevansi berhubungan dengan informasi yang disampaikan, dihapus, atau diklarifikasi. Lebih lanjut, fitur lain yang relevan menurut Gambier dalam Neves 2005 adalah strategi domestic bagaimana menerima moda narasi dan profil penerima. Aspek penting yang harus diperhatikan dalam keterbacaan adalah aspek isi content dan bentuk. Dalam hal ini harus memperhatikan karakteristik siswa tuna rungu pada umumnya tidak menikmatimenyukai membaca dan umumnya kurang dalam keahlian membaca yang merupakan keahlian dasar dalam membaca subjudul. Selain itu tuna rungu belum mengembangkan keahlian yang memungkinkan untuk maju dari langkah sederhana dalam pengolahan kata menuju proses yang lebih tinggi seperti pengambilan kesimpulan dan prediksi, perencanaan, pemantauan, pertanyaan ke diri sendiri self questioning, dan peringkasan. Aspek penting yang berhubungan dengan keterbacaan adalah isi content dan bentuk. Hal pertama, yakni isi, berhubungan dengan bagaimana rangkaian kata ditempatkan pada layar monitor. Penempatan isi ini haruslah mempertimbangkan bagaimana siswa tuna rungu membaca. Neves 2005 menegaskan bahwa tuna rungu hanya mengandalkan referensi visual untuk mendukung proses pembacaan. Lebih lanjut ini berarti orang tuna rungu perlu menangkap semua pesan visual yang didapatkan dari ekspresi wajah, bahasa tubuh, dan komposisi filmik Neves, 2005. Hal kedua yang berhubungan dengan keterbacaan adalah bentuk. Bentuk yang dimaksud ini adalah bagaimana aspek-aspek teknis seperti huruf, warna, dan penempatannya pada layar monitor. Pemilihan huruf, warna, dan penempatannya pada layar monitor akan dijelaskan sebagai berikut: