1. Ruang Lingkup Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dari sebuah
studi kasus yaitu mengambil objek tertentu untuk dianalisa secara mendalam dengan memfokuskan pada suatu masalah yaitu kegiatan
promosi internasional pada HOTEL BEST WESTERN PREMIER SOLO.
2. Sumber Data a. Data Primer
Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya ataupun diperoleh secara langsung dalam melakukan
pengamatan pada HOTEL BEST WESTERN PREMIER SOLO. Contoh : Fasilitas hotel, promosi hotel, dll.
b. Data Sekunder Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak
langsung dari sumbernya atau data yang diperoleh dari studi pustaka yang berhubungan dengan masalah yang diteliti pada
HOTEL BEST WESTERN PREMIER SOLO. Contoh : Departemen di hotel, dll.
3. Teknik Pengumpulan Data a. Wawancara
Data yang diperoleh dengan banyak bertanya langsung kepada pembimbing magang pada HOTEL BEST WESTERN PREMIER
SOLO. Contoh : penulis bertanya secara langsung kepada karyawan
tentang kegiatan promosi yang dilakukan HOTEL BEST WESTERN PREMIER SOLO.
b. Observasi Data yang diperoleh dengan melihat atau mengamati langsung
selama kegiatan magang pada HOTEL BEST WESTERN PREMIER SOLO.
Contoh : penulis secara langsung melihat ke lapangan kegiatan promosi yang dilakukan pada HOTEL BEST WESTERN PREMIER
SOLO seperti melakukan sales call, blitz, dll.
c. Study Pustaka Data yang diperoleh dengan membaca buku
–buku yang relevan dan sesuai dengan penelitian yang dilakukan.
Contoh : penulis mencari referensi untuk dipelajari dan dijadikan pedoman dalam menulis tugas akhir.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Jasa
Perbedaan secara tegas antara barang dan jasa sering kali sukar dilakukan. Hal ini dikarenakan pembelian suatu barang sering kali disertai
dengan jasa – jasa tertentu. Misalnya pemberian garansi, pelatihan dan
bimbingan operasional, perawatan, dan reparasi. Dan sebaliknya pembelian suatu jasa sering kali juga melibatkan barang
– barang yang melengkapinya. Misalnya makanan di restoran, telepon dalam jasa
telekomunikasi. Jasa dapat didefinisikan sebagai : 1. A service is an activity or a series of activities which take place in
interactions with a contact person or physical machine and which proumer satisfactio Lehtinen:1983.
2. A service is any activity of benefit that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of
anything. Its production may or may not be tied to a physical product Kotler:1988.
3. A service is an activity or series of activities of more or less intangible nature that normally, but not necessarile, take place take place in
interactions between the customer and service employees andor physical resources or goodor system of the service provider, which
are provided as solutions to customer problems Gronroos:1990.
4. Service is all economic activities whose output is not a physical product or construction is generally consumed at the time it is
produced, and provides added value in forms such as convenience, amusement, comfort or health Valarie A. Zethaml and Mary Jo Bitner,
1996. Jadi pada dasarnya jasa merupakan semua aktivitas ekonomi yang
hasilnya tidak merupakan produk dalam bentuk fisik atau kontruksi, yang biasanya dikonsumsi pada saat yang sama dengan waktu yang
dihasilkan dan memberikan nilai tambah atau pemecahan atas masalah yang dihadapi konsumen. Misalnya kenyamanan, hiburan, kesenangan,
kesehatan. Dari berbagai definisi di atas, tampak bahwa di dalam jasa selalu ada
aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jasa, meskipun piha
–pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa juga bukan barang, jasa adalah suatu proses atau aktivitas, dan aktivitas
–aktivitas tersebut tidak berwujud.
B. Karakteristik dan Klasifikasi Jasa
Karakteristik pokok pada jasa yang membedakannya dengan barang, ada empat yaitu :
1. Intangibility Jasa berbeda dengan barang. Jika barang merupakan suatu objek,
alat, atau benda, dan barang dapat dimiliki. Jasa adalah suatu
perbuatan , kinerja performance, atau usaha dan jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki.
Jasa bersifat intangible, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium, didengar sebelum dibeli. Konsep Intangible ini sendiri memiliki
dua pengertian Berry dalam Enis dan Cox, 1988, yaitu : a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa.
b. Sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, diformulasikan, atau dipahami secara rohaniah.
Seseorang tidak dapat melihat menilai hasil dari jasa sebelum ia menikmatinya sendiri. Bila pelanggan membeli jasa, maka ia hanya
menggunakan dan memanfaatkan, dan menikmati jasa tersebut. Pelanggan tersebut tidak lantas merasa memiliki jasa yang dibelinya
dan untuk membedakan antara produk barang dan produk jasa dengan menggunakan marketing mix produk barang terdiri dari 4P
yaitu product, price, place, promotion sedangkan untuk jasa keempat hal tersebut dirasa kurang mencukupi. Para ahli menambah tiga unsur
lagi hingga marketing mix produk jasa terdiri dari 7P yaitu product, price, place, promotion, people, process, costomer service.
Oleh karena itu, tugas penyedia jasa adalah “manage the
evidence”, dan “tangibilize the intangible” Levitt:1987. Dalam hal ini perusahaan jasa menghadapi tantangan untuk memberikan bukti-bukti
fisik dan perbandingan pada penawaran abstraknya.