Pengertian Jasa Kegiatan promosi internasional pada hotel best western premier Solo Diana Toriq Abdat
perbuatan , kinerja performance, atau usaha dan jasa hanya dapat dikonsumsi tetapi tidak dapat dimiliki.
Jasa bersifat intangible, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium, didengar sebelum dibeli. Konsep Intangible ini sendiri memiliki
dua pengertian Berry dalam Enis dan Cox, 1988, yaitu : a. Sesuatu yang tidak dapat disentuh dan tidak dapat dirasa.
b. Sesuatu yang tidak mudah didefinisikan, diformulasikan, atau dipahami secara rohaniah.
Seseorang tidak dapat melihat menilai hasil dari jasa sebelum ia menikmatinya sendiri. Bila pelanggan membeli jasa, maka ia hanya
menggunakan dan memanfaatkan, dan menikmati jasa tersebut. Pelanggan tersebut tidak lantas merasa memiliki jasa yang dibelinya
dan untuk membedakan antara produk barang dan produk jasa dengan menggunakan marketing mix produk barang terdiri dari 4P
yaitu product, price, place, promotion sedangkan untuk jasa keempat hal tersebut dirasa kurang mencukupi. Para ahli menambah tiga unsur
lagi hingga marketing mix produk jasa terdiri dari 7P yaitu product, price, place, promotion, people, process, costomer service.
Oleh karena itu, tugas penyedia jasa adalah “manage the
evidence”, dan “tangibilize the intangible” Levitt:1987. Dalam hal ini perusahaan jasa menghadapi tantangan untuk memberikan bukti-bukti
fisik dan perbandingan pada penawaran abstraknya.
2. Inseparability Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi.
Sedangkan jasa biasanya dijual terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi.
Jasa bersifat Inseparability, artinya tidak dapat dipisahkan dari proses produksi, distribusi, dan konsumsi produk jasa. Kunci
keberhasilan bisnis jasa ada pada proses rekrutmen, pelatihan, pengembangan karyawan, dan pemberian perhatian khusus pada
tingkat partisipasi atau keterlibatan pelanggan dalam proses jasa. 3. Variability
Jasa bersifat Variability, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut
dihasilkan. Bovee dkk 1995 membagi tiga faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa, yaitu :
a. Kerja sama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa. b. Moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan.
c. Beban kerja perusahaan. Para pembeli jasa sangat peduli terhadap variabilitas yang tinggi ini
dan sering kali mereka meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan untuk memilih penyedia jasa. Dalam hal ini penyedia jasa
dapat menggunakan tiga pendekatan dalam pengendalian kualitasnya, yaitu :
a. Melakukan investasi dalam seleksi pelatihan personil yang baik.