Karakteristik dan Klasifikasi Jasa
2. Inseparability Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi.
Sedangkan jasa biasanya dijual terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi.
Jasa bersifat Inseparability, artinya tidak dapat dipisahkan dari proses produksi, distribusi, dan konsumsi produk jasa. Kunci
keberhasilan bisnis jasa ada pada proses rekrutmen, pelatihan, pengembangan karyawan, dan pemberian perhatian khusus pada
tingkat partisipasi atau keterlibatan pelanggan dalam proses jasa. 3. Variability
Jasa bersifat Variability, artinya banyak variasi bentuk, kualitas, dan jenis tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut
dihasilkan. Bovee dkk 1995 membagi tiga faktor yang menyebabkan variabilitas kualitas jasa, yaitu :
a. Kerja sama atau partisipasi pelanggan selama penyampaian jasa. b. Moral atau motivasi karyawan dalam melayani pelanggan.
c. Beban kerja perusahaan. Para pembeli jasa sangat peduli terhadap variabilitas yang tinggi ini
dan sering kali mereka meminta pendapat orang lain sebelum memutuskan untuk memilih penyedia jasa. Dalam hal ini penyedia jasa
dapat menggunakan tiga pendekatan dalam pengendalian kualitasnya, yaitu :
a. Melakukan investasi dalam seleksi pelatihan personil yang baik.
b. Melakukan standarisasi proses pelaksanaan jasa service
performance process. c. Memantau kepuasan pelanggan melalui kritik dan saran pelanggan.
4. Perishability Jasa bersifat Perishability, artinya tidak tahan lama, tidak dapat
disimpan, dan akan berlalu begitu saja bila tidak digunakan. Menurut Stanton dkk 1991, ada pengecualian dalam karakteristik
Perishability dan penyimpanan jasa. Jasa dapat disimpan, yaitu dalam bentuk pemesanan. Misalnya reservasi tiket pesawat dan kamar hotel.
Peningkatan permintaan akan suatu jasa pada saat permintaan sepi minivacation weekends di hotel-hotel tertentu, dan penundaan
penyampaian jasa. Misalnya asuransi. Klasifikasi jasa pertama, didasarkan atas tingkat kontak konsumen
dengan pemberi jasa sebagai bagian dari sistem saat jasa tersebut dihasilkan. Kedua, jasa diklasifikasikan berdasarkan kesamaanya dengan
operasi manufaktur. Berdasarkan tingkat kontak konsumen, jasa dapat dibedakan ke
dalam kelompok ; 1. High-contract system, untuk menerima jasa, konsumen harus menjadi
bagian dari sistem. Misalnya pendidikan, rumah sakit, transportasi. 2. Low-contract system, untuk menerima jasa, konsumen tidak harus
menjadi bagian dari sistem. Misalnya reparasi kendaraan, konsumen
tidak harus ada dalam kontrak pada saat kendaraanya yang rusak diperbaiki oleh teknisi bengkel.
Berdasarkan kesamaan dengan operasi manufaktur, jasa dibedakan ke dalam kelompok :
1. Pure Service, jasa yang tergolong high contract dengan tanpa persediaan. Misalnyas tukang cukur, ahli bedah dengan memberikan
perlakuan khusus unik dan memberikan jasanya saat konsumen ada. 2. Quasimanufacturing Service, jasa yang tergolong Low contract dan
konsumen tidak harus menjadi bagian dari proses produksi jasa. Misalnya jasa pengantar kantor pos.
3. Mixed Service, jasa yang tergolong moderate contract yang menggabungkan Pure Service dan Quasimanufacturing Service.
Misalnya laundry, ambulans, pemadam kebakaran.