Sejarah Rumah Adat Suku Sasak Di Dusun Limbungan Desa Perigi

6. Sejarah Rumah Adat Suku Sasak Di Dusun Limbungan Desa Perigi

Dalam buku aristektur tradisional daerah Nusa Tenggara Barat, penduduk asli pulau Lombok disebut dengan suku bangsa Sasak. Ada berbagai macam- macam c erita mengenai asal usul kata “Sasak”. Salah satunya nenek moyang suku Sasak berasal dari J awa menggunakan “seksek” atau rakit. Karena itulah disebut “orang Sasak”. Menurut legenda Doyan Neda, pulau ini dinamakan Sasak karena pulau ini penuh sesak dengan pohon kayu. Sementara itu, Prof. C.H.Goris menerangkan Sasak artinya rakit. Sasak berasal dari kata Jawa kuno. Secara etimologi sah = pergi, saka = asal. Jadi orang yang pergi dari asal dengan menggunakan rakit sebagai kendaraan, pergi dari Jawa dan mengumpul di Lombok. Menurut beberapa narasumber yang ada di desa Perigi dan dusun Limbungan yang telah diwawancarai, diperoleh keterangan bahwa rumah adat dusun Limbungan Timur dan Limbungan Barat merupakan rumah adat yang berdiri sejak masuknya penjajah dari Belanda. Dalam buku Monografi desa Perigi, Limbungan pernah menentang penjajah Belanda untuk tidak membayar pajak upeti sehingga Belanda marah dan menyerang Limbungan, dan akhirnya terjadi perang atau lebih terkenal dengan istilah “Siat Limbungan” yang dipimpin oleh para pepadu kesatria antara lain Patih Darwasih, Penganten Ratnayu, dan guru Kepak. Akan tetapi Limbungan dapat dikalahkan oleh Belanda pada waktu itu, akibatnya banyak tokoh-tokoh Limbungan yang ditangkap dan dibuang ke Sumatera dan Aceh. Menurut cerita yang beredar di masyarakat Limbungan, saat terjadi perang bukit, bukit Limbungan dikuasai oleh orang-orang dari Bali. Saat Limbungan dikuasai orang Bali masyarakat suku Sasak Limbungan pindah ke daerah Pringgabaya dan meninggalkan ladang, kebun, dan sawah mereka yang ada di Limbungan. Saat tinggal di Pringgabaya suku Sasak Limbungan membanguan perekonomian mulai dari awal dengan membuka ladang pertanian. Sukses bertani di daerah Pringgabaya suku Sasak Limbungan tidak melupakan sawah yang ada di bukit Limbungan, maka saat ada kesempatan suku Sasak Limbungan kembali ke bukit Limbungan untuk melihat kabun dan sawah. Sebagai tempat berteduh dan berlindung saat berada di kebun dan sawah yang ada di bukit Limbungan suku Sasak membuat “beBaleq” gubuk di tiap-tiap sawah yang ada di bukit Limbungan. Hasil wawancara dengan Ridwan, 18 Mei 2016, sering pulang pergi melihat sawah yang ada di Limbungan akhirnya suku Sasak mendirikan rumah disatu tempat, yang dulunya suku Sasak membuat beBaleq gubuk secara terpisah-pisah disetiap sawah dan ladang masing-masing akhirnya berkumpul mendirikan rumah di satu tempat yaitu di Limbungan.

7. Keberadaan Rumah Adat Suku Sasak Di Dusun Limbungan Pada Saat