Relasi Paradigmatik Relasi Sintagmatik dan Relasi Paradigmatik

22 3. Ketidaksanggupan penebang kayu memberi nafkah anak-anaknya sehingga ia membuang mereka di hutan. fungsi utama 4. Kesedihan istri penebang kayu yang tidak dapat berbuat apapun kecuali menerima keputusan suami. katalisator Teori mengenai sekuen lainnya juga dikemukakan oleh M.P. Schmitt dan A. Viala dalam Handayani 1994: 35 melalui gagasan sebagai berikut: 1. Sekuen harus terpusat pada satu titik tertentu, misalnya peristiwa yang sama, tokoh yang sama, gagasan yang sama, ide atau pikiran yang sama. 2. Sekuen harus mengurung suatu kurun waktu dan ruang yang koheren: sesuatu terjadi pada tempat atau waktu yang sama. Hal itu dapat juga merupakan gabungan beberapa tempat namun dalam waktu yang tercakup dalam satu tahapan, misalnya suatu periode dalam kurun waktu yang tercakup dalam kehidupan seorang tokoh, serangkaian contoh dan bukti-bukti untuk mendukung suatu gagasan. 3. Selain itu, sekuen yang diberi batasan seperti tersebut di atas, masing-masing dapat menjadi elemen dari sekuen yang lebih besar, sehingga seluruh teks membentuk teks yang maksimal.

2.8.2 Relasi Paradigmatik

Relasi paradigmatik yakni relasi yang berdimensi vertikal dan merupakan relasi antarunsur yang tidak hadir dalam tuturan. Unsur yang tidak hadir adalah unsur yang diasosiasikan. Kata-kata kekerabatan, misalnya, memiliki hubungan asosiatif. Begitu kata saudara dituturkan atau didengarkan, kata itu memiliki 23 asosiasi atau berparadigma dengan kata-kata adik, kakak, keponakan, paman, tante, dll. Dalam analisis paradigmatik, unsur-unsur yang dibahas adalah unsur- unsur yang berkaitan dengan makna cerita. Nurgiyantoro 2005: 47 menyatakan bahwa kajian analisis paradigmatik dalam karya sastra berupa kajian tentang tokoh, perwatakan tokoh, dan latar. Lebih jelasnya, kajian ini dibedakan menjadi dua, yakni indeks dan informan. 2.8.2.1 Indeks Indeks menerangkan tentang sifat tokoh atau biasa dikenal dengan penokohan. Tokoh dalam suatu teks karya sastra sangatlah penting karena dapat menjelaskan bagaimana jalan cerita. Menurut Nurgiyantoro 2005: 165 istilah tokoh menunjuk pada orangnya, pelaku cerita, watak, perwatakan dan karakter menunjuk pada sifat dan sikap para tokoh yang ditafsirkan oleh pembaca, lebih menunjuk pada kualitas pribadi seorang tokoh. Dalam setiap cerita narasi terdapat beberapa tokoh sentral yang memegang peranan penting dalam cerita. Contoh: Le Petit Poucet merupakan anak yang paling cerdas di antara kakak- kakaknya. Ia anak yang pendiam namun pendengar yang baik. 2.8.2.2 Informan Pembahasan mengenai informan berkisar pada masalah ruang dan waktu, yaitu keterangan mengenai tempat terjadinya peristiwa dan keterangan mengenai kapan waktu peristiwa cerita berlangsung dalam sebuah karya fiksi. Nurgiyantoro 2005: 229 menyatakan bahwa latar tempat dalam sebuah karya fiksi berupa 24 lokasi yang berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain sejalan dengan perkembangan plot dan tokoh. Contoh: Rumah keluarga penebang kayu. Terdapat tiga ruang yang menjadi latar tempat dari peristiwa yang terjadi. Yang pertama adalah ruang keluarga tempat penebang kayu dan istrinya merencanakan untuk menelantarkan anak-anaknya. 25 BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian