Analisis Tokoh Analisis Paradigmatik

53 aussitôt. p.198-199 ‘Raksasa menemukan jalan panjang yang tak pernah dilewati sepatu bot ajaib yang dipakainya lelah, ingin beristirahat ia duduk di atas sebuah batu di mana Le Petit Poucet dan saudara- saudaranya bersembunyi. Karena raksasa terlalu lelah, ia tertidur setelah beristirahat beberapa saat dan mendengkur dengan sangat mengerikan sehingga anak-anak malang itu ketakutan apalagi saat mereka melihat raksasa memegang sebilah pisau yang sangat besar untuk memotong leher mereka. Le Petit Poucet tidak merasa takut, ia berkata kepada saudara-saudaranya untuk pergi dengan cepat menuju rumah mereka selama raksasa tertidur. Mereka meninggalkan raksasa, mengikuti saran Le Petit Poucet dan sampai di rumah dengan cepat. Le Petit Poucet menghampiri raksasa, melepas sepatu bot ajaib milik raksasa perlahan-lahan lalu mengenakannya dengan cepat.’ Dalam latar ruang terbuka yang terdapat dalam dongeng ini ditemukan dua tempat, yaitu hutan dan jalan yang berada di dekat rumah Le Petit Poucet.

4.2.3 Analisis Tokoh

Melalui analisis tokoh dapat diketahui berbagai karakter yang menjadi ciri khas dari setiap tokoh yaitu Le Petit Poucet, saudara-saudara Le Petit Poucet, ayah Le Petit Poucet, ibu Le Petit Poucet, istri raksasa, raksasa, serta anak-anak perempuan raksasa. Dari tokoh-tokoh tersebut, tokoh yang menonjol dalam dongeng ini adalah Le Petit Poucet dan raksasa. 4.2.3.1 Le Petit Poucet Le Petit Poucet adalah tokoh utama dalam dongeng ini. Ia adalah anak laki-laki yang masih berusia tujuh tahun. Dalam dongeng ini, ia digambarkan memiliki berbagai kelebihan dan kelemahan. Berikut akan dipaparkan tokoh dan penokohan dari Le Petit Poucet. 54 4.2.3.1.1 Anak seorang penebang kayu Ia merupakan anak bungsu dari tujuh bersaudara. Orang tuanya bekerja sebagai penebang kayu. 16 Il était une fois un bûcheron et une bûcheronne qui avaient sept enfants, tous garçons; laîné navait que dix ans, et le plus jeune nen avait que sept. p.191 ‘Pada suatu ketika hiduplah sepasang suami istri penebang kayu yang mempunyai tujuh orang anak laki-laki. Anak tertua berusia sepuluh tahun dan yang paling muda berusia tujuh tahun.’ 4.2.3.1.2 Bertubuh Kecil dan Lemah Le Petit Poucet bertubuh kecil dan lemah serta pendiam. Ia dijuluki Le Petit Poucet karena ketika ia lahir, ukuran tubuhnya sangat kecil menyerupai jari jempol. Sebenarnya Le Petit Poucet adalah anak yang paling cerdik di antara saudara-saudaranya, namun ia selalu diremehkan oleh keenam kakaknya. 17 Ce qui les chagrinait encore, cest que le plus jeune était fort délicat et ne disait mot : prenant pour bêtise ce qui était une marque de la bonté de son esprit. Il était fort petit, et, quand il vint au monde, il nétait guère plus gros que le pouce, ce qui fit quon lappela Le Petit Poucet. Ce pauvre enfant était le souffre-douleur de la maison, et on lui donnait toujours tort. p.191 ‘Yang membuat mereka semakin bersedih adalah bahwa si bungsu sangat ringkih dan jarang berbicara, tidak mengucapkan hal-hal buruk, yang menandakan bahwa ia berhati baik. Ia bertubuh sangat kecil, dan ketika ia lahir, ukuran tubuhnya hampir tidak lebih besar dari jari jempol sehingga ia dijuluki Le Petit Poucet. Anak malang itu merupakan anak yang paling menderita dalam keluarganya karena mereka selalu menyalahkan dirinya. 55 4.2.3.1.3 Cerdik Le Petit Poucet merupakan anak yang paling cerdas di antara kakak- kakaknya. Ia anak yang pendiam namun pendengar yang baik. 18 Cependant il était le plus fin et le plus avisé de tous ses frères, et, sil parlait peu, il écoutait beaucoup. p.191 ‘Walaupun begitu ia adalah anak yang paling cerdas dan bijaksana dibandingkan keenam kakaknya, dan karena ia sedikit berbicara, ia selalu mendengarkan.’ Ia selalu menggunakan akalnya agar dapat mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Sebelum melakukan sesuatu, ia terlebih dahulu memikirkan akibat yang akan terjadi sehingga dapat dikatakan bahwa ia selalu merencanakan segala tindakannya dengan matang. 19 Il alla se recoucher et ne dormit point du reste de la nuit, songeant à ce quil avait à faire. Il se leva de bon matin, et alla au bord dun ruisseau, où il emplit ses poches de petits cailloux blancs, et ensuite revint à la maison. On partit, et Le Petit Poucet ne découvrit rien de tout ce quil savait à ses frères. p.192 ’Ia kembali ke tempat tidurnya namun tidak dapat tidur sepanjang malam karena ia terus memikirkan apa yang dapat dilakukannya. Ia bangun pagi-pagi sekali dan segera pergi ke tepi kali untuk mengumpulkan kerikil putih, kemudian pulang kembali ke rumahnya. Ketika mereka sekeluarga berangkatpun, Le Petit Poucet tidak mengatakan apa yang diketahuinya kepada keenam kakaknya.’ 56 Berkat kecerdikannya, ia dapat memanfaatkan situasi yang ada agar dapat mencapai keinginannya. Ia meminta belas kasihan kepada istri raksasa yang baik hati sehingga mereka diijinkan untuk bermalam di situ. 20 Le Petit Poucet lui dit quils étaient de pauvres enfants qui sétaient perdus dans la forêt, et qui demandaient à coucher par charité. p.195 ‘Le Petit Poucet mengatakan bahwa mereka adalah anak-anak malang yang tersesat di dalam hutan dan meminta belas kasihan untuk dapat bermalam di rumahnya.’ 4.2.3.1.4 Berjiwa Pemimpin Walaupun Le Petit Poucet diremehkan oleh saudara-saudaranya, ia selalu bertindak menjadi pemimpin dari keenam kakaknya. Ketika mereka bingung dan menangis karena tersesat di hutan, ia menenangkan mereka dan menyuruh mereka mengikutinya berjalan pulang. 21 Le Petit Poucet les laissait crier, sachant bien par où il reviendrait à la maison, car en marchant il avait laissé tomber le long du chemin les petits cailloux blancs quil avait dans ses poches. Il leur dit donc: Ne craignez point, mes frères; mon père et ma mère nous ont laissés ici, mais je vous ramènerai bien au logis: suivez-moi seulement. Ils le suivirent, et il les mena jusquà leur maison, par le même chemin quils étaient venus dans la forêt. p.192 ‘Le Petit Poucet membiarkan mereka menangis karena mengetahui bahwa ia dapat kembali ke rumah dengan cara mengikuti kerikil-kerikil putih yang telah dijatuhkannya di sepanjang jalan dari rumah menuju hutan. Ia berkata kepada mereka, 57 “Jangan takut, kakak-kakakku, orang tua kita telah meninggalkan kita di sini tetapi aku akan membawa kalian pulang. Ikuti aku.” Mereka mengikutinya dan ia membawa mereka sampai ke rumah mereka dengan melewati jalan yang sama seperti yang mereka lewati sebelumnya saat pergi ke hutan.’ 4.2.3.1.5 Penyayang Dalam cerita ini Le Petit Poucet terlihat sangat menyayangi keenam saudaranya. Ia selalu menggunakan akalnya untuk dapat menyelamatkan mereka. 22 Il ne savait que faire, lorsque, la bûcheronne leur ayant donné à chacun un morceau de pain pour leur déjeuner, il songea quil pourrait se servir de son pain au lieu de cailloux, en rejetant par miettes le long des chemins où ils passeraient: il le serra donc dans sa poche p.194. ‘Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa. Pada saat ibunya memberikan kepada mereka masing-masing sepotong roti, ia berpikir bahwa ia dapat menjatuhkan rotinya sebagai pengganti batu kerikil sepanjang jalan yang mereka lewati. Maka ia pun memasukkan rotinya ke dalam sakunya.’ Sebelum berhadapan dengan sang Raksasa pun, ia memikirkan kakak- kakaknya dan menyuruh mereka untuk pergi menyelamatkan diri mereka masing- masing. 23 Le Petit Poucet en eut moins de peur, et dit à ses frères de senfuir promptement à la maison pendant que lOgre dormait bien fort, et quils ne se missent point en peine de lui. Ils crurent son conseil, et gagnèrent vite la maison. p.198-199. 58 ‘Le Petit Poucet tidak merasa takut, ia berkata kepada saudara- saudaranya untuk pergi dengan cepat menuju rumah mereka selama raksasa tertidur. Mereka meninggalkan raksasa, mengikuti saran Le Petit Poucet dan sampai di rumah dengan cepat.’ 4.2.3.1.6 Pemberani Dari perkataan Le Petit Poucet terlihat bahwa ia berani mengambil resiko dimangsa oleh raksasa dengan meminta ijin istri raksasa untuk dapat bermalam di rumahnya. Sikap ini dilatarbelakangi oleh kecerdikannya. Ia yakin bahwa ia pasti akan menemukan jalan keluar agar ia dan keenam kakaknya selamat. Ia juga dapat memilih peluang lebih besar untuk dapat selamat. Jika mereka bertujuh tetap berada di hutan, mereka tidak akan sanggup menghadapi serigala-serigala yang buas. Walaupun bermalam di rumah raksasa juga merupakan pilihan yang beresiko, hal itu masih dapat diatasinya karena ia mengetahui kebaikan hati istri sang Raksasa. 24 “Hélas madame, lui répondit Le Petit Poucet, qui tremblait de toute sa force, aussi bien que ses frères, que ferons-nous ? Il est bien sûr que les loups de la forêt ne manqueront pas de nous manger cette nuit si vous ne voulez pas nous retirer chez vous, et cela étant, nous aimons mieux que ce soit Monsieur qui nous mange ; peut-être quil aura pitié de nous si vous voulez bien len prier. p.195 “Sayang sekali, Nyonya,” jawab Le Petit Poucet dengan gemetar, sama seperti kakak-kakaknya, “Apa yang dapat kami perbuat? Sudah pasti serigala-serigala di hutan tidak akan 59 menyia-nyiakan kesempatan mereka untuk memangsa kami malam ini jika anda tidak mengijinkan kami untuk beristirahat di rumah anda. Kami bahkan lebih memilih untuk dimangsa oleh suami anda, mungkin ia akan mengasihani kami bila anda meminta kepadanya.” 4.2.3.1.7 Berbakti kepada Orang Tua Ia selalu ingat orang tuanya walaupun mereka menelantarkannya dan kakak-kakaknya. Ia hanya berpikir bahwa jika keluarganya hidup berkecukupan, orang tuanya pasti tidak akan menelantarkannya dan keenam saudaranya lagi di hutan. 25 Le Petit Poucet, étant donc chargé de toutes les richesses de lOgre, sen revint au logis de son père, où il fut reçu avec bien de la joie. p.199 ‘Le Petit Poucet, yang sudah memperoleh semua kekayaan raksasa, kembali ke rumahnya dan disambut dengan suka cita.’ 4.2.3.1.8 Tidak Tahu Berterima Kasih Setelah Le Petit Poucet berhasil memohon kepada istri raksasa agar memperbolehkan mereka bermalam di rumahnya, ia seakan melupakan kebaikan hati istri raksasa yang telah melindunginya dari raksasa yang hendak memangsanya. Ketika istri raksasa berhasil membujuk suaminya untuk menunda memangsa mereka, Le Petit Poucet dan keenam kakaknya diperbolehkan oleh raksasa untuk tidur di kamar anak-anak perempuannya. Bukannya membalas kebaikan istri sang Raksasa dengan tindakan yang mengungkapkan rasa terima kasih, Le Petit Poucet malah menjadi penyebab kematian anak-anak perempuan 60 raksasa. Pada saat kedatangannya ke rumah raksasa mengenakan sepatu ajaib milik raksasa, ia bertemu dengan istri raksasa yang sedang menangisi ketujuh anak perempuannya yang sudah tewas. Ia tidak meminta maaf, melainkan menipu istri raksasa dengan mengatakan bahwa ia diutus raksasa untuk mengambil uangnya. 26 Il alla droit à la maison de lOgre, où il trouva sa femme qui pleurait auprès de ses filles égorgées. Votre mari, lui dit Le Petit Poucet, est en grand danger; car il a été pris par une troupe de voleurs, qui ont juré de le tuer sil ne leur donne tout son or et tout son argent. Dans le moment quils lui tenaient le poignard sur la gorge, il ma aperçu et ma prié de vous venir avertir de létat où il est, et de vous dire de me donner tout ce quil a de vaillant, sans en rien retenir, parce quautrement ils le tueront sans miséricorde. Comme la chose presse beaucoup, il a voulu que je prisse ses bottes de sept lieues que voilà, pour faire diligence, et aussi afin que vous ne croyiez pas que je sois un affronteur. p.199. ‘Ia pergi menuju rumah sang Raksasa dan menemukan istri raksasa yang sedang menangisi kematian anak-anaknya. Le Petit Poucet berkata kepadanya, “Suami anda berada dalam bahaya, karena ia sedang ditawan oleh sekawanan perampok yang mengancam akan membunuhnya jika ia tidak memberikan semua emas atau uangnya. Pada saat mereka menempelkan pisau ke leher suami anda, ia melihat saya dan memohon kepada saya dan ia memohon kepada kepada saya untuk datang kepada anda dan memberitahu keadaannya dan ia menyuruh anda untuk memberikan seluruh uangnya kepada saya agar saya dapat mengantarkannya kepada para perampok itu. Karena waktu yang mendesak, suami anda menyuruh saya untuk memakai sepatu ajaibnya agar saya dapat berjalan dengan cepat, dan agar anda tidak menyangka bahwa saya adalah seseorang yang dapat melakukan tantangan itu.” Dari pemaparan mengenai karakter Le Petit Poucet di atas, dapat dikatakan bahwa tokoh ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya adalah ia cerdik sehingga dapat menyelamatkan saudara-saudaranya dari bahaya, 61 dapat memimpin keenam kakaknya dalam menghadapi berbagai rintangan untuk dapat kembali ke rumah mereka, dan berbakti kepada orang tuanya. Sementara kelemahan dari tokoh ini adalah kondisi tubuhnya yang kecil dan lemah. Meskipun demikian, ia mampu menyelamatkan keluarganya dari kemiskinan dengan melakukan penipuan terhadap istri raksasa untuk mendapatkan harta milik raksasa. Kelemahan lainnya adalah ia hanya memikirkan kepentingan dirinya dan keluarganya sehingga merugikan orang lain, serta membalas kebaikan orang lain yang telah menolongnya dengan tindakan yang merugikan orang yang telah menolongnya. 4.2.3.2 Raksasa 4.2.3.2.1 Pemakan Anak Kecil Dalam dongeng ini, sang Raksasa adalah tokoh yang suka memakan anak- anak kecil. Ia dapat mencium keberadaan anak kecil di sekitarnya tanpa melihat mereka. 27 Le mouton était encore tout sanglant, mais il ne lui en sembla que meilleur. Il flairait à droite et à gauche, disant quil sentait la chair fraîche. Il faut, lui dit sa femme, que ce soit ce veau que je viens dhabiller, que vous sentez. Je sens la chair fraiche, te dis-je encore une fois, reprit lOgre, en regardant sa femme de travers, et il y a ici quelque chose que je nentends pas. En disant ces mots, il se leva de table, et alla droit au lit. p.195 62 ’Daging domba yang dihidangkan masih berlumuran darah namun raksasa merasakan ada yang lebih enak lagi. Ia menoleh ke kiri dan ke kanan sambil berkata bahwa ia mencium aroma daging segar. Istrinya berkata, ”Pasti yang kau cium itu berasal dari daging sapi yang telah kau kuliti.” ”Kukatakan sekali lagi bahwa aku mencium bau daging segar,” ulang raksasa sambil memandang istrinya dengan pandangan mencurigai, ”dan ada sesuatu di sini yang tidak kuketahui.” Sambil mengatakan itu, ia bangkit dari meja dan berjalan menuju tempat tidur. 4.2.3.2.2 Kasar Karakter tokoh raksasa yang kasar terlihat dari setiap tindakannya yang semena-mena terhadap orang lain. 28 Ah dit-il, voilà donc comme tu veux me tromper, maudite femme Je ne sais à quoi il tient que je ne te mange aussi : bien ten prend dêtre une vieille bête. Voilà du gibier qui me vient bien à propos pour traiter trois ogres de mes amis, qui doivent me venir voir ces jours-ci. p.196 ‘”Ah Jadi ini yang ingin kau sembunyikan dariku, wahai wanita terkutuk Aku tidak tahu mengapa aku tidak memakanmu juga walaupun kau sudah menjadi hewan yang tua sekalipun. Inilah buruan yang dapat kusajikan untuk ketiga 63 teman raksasaku yang akan datang berkunjung dalam waktu dekat.” 4.2.3.2.3 Sadis Sang Raksasa merupakan raksasa yang paling sadis di antara raksasa- raksasa yang lain. Ketika ia menemukan Le Petit Poucet dan saudara-saudaranya, tanpa ragu ia hendak membunuh mereka. 29 Il les tira de dessous le lit, lun après lautre. Ces pauvres enfants se mirent à genoux, en lui demandant pardon; mais ils avaient affaire au plus cruel de tous les ogres, qui, bien loin davoir de la pitié, les dévorait déjà des yeux, et disait à sa femme que ce seraient là de friands morceaux, lorsquelle leur aurait fait une bonne sauce. p.196 ‘Ia menarik mereka dari bawah tempat tidur, satu persatu. Anak-anak itu berlutut dan meminta ampun kepada sang Raksasa namun mereka berhadapan dengan raksasa yang paling kejam di antara raksasa yang lain, yang jauh dari rasa kasihan, dengan sinar mata yang seakan-akan mencabik mereka. Ia mengatakan kepada istrinya bahwa mereka akan menjadi makanan yang lezat bila istrinya membuatkan saus yang enak. Ia juga digambarkan pembunuh berdarah dingin, terlihat ketika ia memenggal kepala anak-anaknya tanpa disadarinya. 30 En disant ces mots, il coupa sans balancer la gorge à ses sept filles. p.197 ‘Sambil mengatakannya, ia memotong leher ketujuh anaknya tanpa ragu-ragu.’ Tokoh ini, sama seperti tokoh penebang kayu, juga menggambarkan sosok ayah yang gagal melindungi anak-anaknya. 4.2.3.3 Ayah Le Petit Poucet 4.2.3.3.1 Seorang Penebang Kayu yang Miskin 64 Si penebang kayu mengusulkan dengan berat hati kepada istrinya untuk membawa anak-anak mereka ke hutan dan meninggalkan mereka di sana karena keadaan keluarganya yang miskin dan tidak sanggup lagi membesarkan ketujuh anaknya. Ia mengambil keputusan tersebut karena menurutnya hal itu lebih baik daripada melihat anak-anaknya mati kelaparan. 31 Un soir que ces enfants étaient couchés, et que le bûcheron était auprès du feu avec sa femme, il lui dit, le coeur serré de douleur : Tu vois bien que nous ne pouvons plus nourrir nos enfants; je ne saurais les voir mourir de faim devant mes yeux, et je suis résolu de les mener perdre demain au bois, ce qui sera bien aisé, car, tandis quils samuseront à fagoter, nous navons quà nous enfuir sans quils nous voient. p.191-192 ‘Pada suatu malam ketika anak-anaknya sedang tertidur dan si penebang kayu berada di dekat perapian bersama istrinya, ia berkata berkata kepada istrinya dengan sedih, “Kamu tahu betul bahwa kita sudah tidak sanggup lagi memberi makan anak- anak kita. Aku tidak mau melihat mereka mati kelaparan di depan mataku dan aku memutuskan untuk membawa mereka ke hutan besok dan hal itu adalah sesuatu yang dapat dilakukan dengan mudah karena di saat mereka sedang bersenang-senang sambil mengumpulkan ranting-ranting, kita dapat pergi secara diam-diam tanpa terlihat oleh mereka.” 65 Alasan yang menyebabkan si penebang kayu menelantarkan anak-anaknya di dalam hutan adalah kondisi ekonominya yang sangat buruk. Sebenarnya keputusan yang dibuat si penebang kayu adalah keputusan yang egois karena ia hanya mementingkan dirinya serta istrinya. Ia tidak mau berusaha lebih keras lagi agar keluarganya dapat hidup lebih baik tanpa terpisah satu sama lain. Bagaimanapun juga anak-anaknya adalah darah dagingnya sendiri yang harus dilindungi dan dijaga dengan baik. 4.2.3.3.2 Kasar Dari sini tokoh penebang kayu digambarkan kasar. Sikap istrinya yang tidak henti-hentinya menyesali perbuatannya dan selalu mengingatkannya akan kesalahannya, membuatnya mengancam akan memukul istrinya jika istrinya tidak segera diam. 32 Le bûcheron simpatienta à la fin ; car elle redit plus de vingt fois quils sen repentiraient, et quelle lavait bien dit. Il la menaça de la battre si elle ne se taisait. p.193 ‘Si penebang kayu hilang kesabaran pada akhirnya karena istrinya selalu mengulang kata-katanya bahwa ia menyesal telah meninggalkan anak-anaknya di hutan. Ia mengancam akan memukul istrinya jika tidak bisa diam.’ 4.2.3.3.3 Egois Penebang kayu dapat dikatakan lebih mementingkan dirinya dan istrinya daripada anak-anaknya karena ia tidak hanya sekali menelantarkan mereka di dalam hutan yang penuh bahaya, melainkan dua kali. Jika ia memikirkan anak- 66 anaknya, ia pasti akan berusaha lebih keras untuk mendapatkan uang agar dapat menghidupi ketujuh anaknya. 33 Mais, lorsque largent fut dépensé, ils retombèrent dans leur premier chagrin, et résolurent de les perdre encore ; et, pour ne pas manquer leur coup, de les mener bien plus loin que la première fois. p.194 ‘Tapi saat uang mereka habis, mereka kembali pada kesedihan mereka. Dan jalan keluar satu-satunya adalah membuang mereka lagi. Agar mereka tidak gagal lagi, mereka akan meninggalkan mereka lebih jauh lagi dari yang pertama.’ Tokoh penebang kayu yang berperan sebagai ayah digambarkan sebagai tokoh ayah yang tidak dapat melindungi anak-anaknya dengan baik karena ia lebih mengutamakan kepentingannya sendiri daripada kepentingan anak-anaknya. Akibat perbuatannya, anak-anaknya yang tidak berdosa harus menghadapi bahaya tanpa ada sosok yang melindungi mereka. 4.2.3.4 Ibu Le Petit Poucet 4.2.3.4.1 Penyayang Sebagai ibu, ia sangat menyayangi anak-anaknya. Walaupun pada awalmya ia tidak menyetujui keputusan suaminya yang akan meninggalkan anak- anaknya di hutan, namun akhirnya ia menerimanya dengan rasa sedih. Setidaknya 67 dengan ia membuang anak-anaknya di hutan, ia tidak menyaksikan anak-anaknya mati di depan matanya. 34 Son mari avait beau lui représenter leur grande pauvreté, elle ne pouvait y consentir; elle était pauvre, mais elle était leur mère. Cependant, ayant considéré quelle douleur ce lui serait de les voir mourir de faim, elle y consentit, et alla se coucher en pleurant. p.192 ‘Suaminya menjelaskan kembali tentang kemiskinan mereka tapi istrinya tetap tidak menyetujuinya. Ia miskin namun ia tetap ibu mereka. Meskipun demikian, ketika ia membayangkan kesedihannya bila melihat anak-anaknya mati kelaparan, ia menyetujui suaminya. Lalu ia pergi tidur sambil menangis.’ 4.2.3.4.2 Tidak Bertanggungjawab Ia terus menyalahkan suaminya atas perbuatan yang juga dilakukannya. Hal itu didasari oleh rasa bersalahnya sebagai ibu yang menelantarkan anak- anaknya sendiri dan tidak dapat melindungi mereka sehingga ia melampiaskan emosinya kepada suaminya. Jika ia adalah ibu yang bertanggung jawab atas perbuatannya, ia tidak hanya menyalahkan suaminya saja. 35 Hélas où sont maintenant nos pauvres enfants ? Ils feraient bonne chère de ce qui nous reste là. Mais aussi, Guillaume, cest toi qui les as voulu perdre ; javais bien dit que nous nous en repentirions. Que font-ils maintenant dans cette forêt ? Hélas mon Dieu, les loups les ont peut-être déjà mangés Tu es bien inhumain davoir perdu ainsi tes enfants p.193 ‘”Sayang Sekarang di mana anak-anak malang kita? Mereka anak-anak yang baik saat kita meninggalkannya di sana. Tapi, Guillaume, kamu yang ingin membuang mereka, aku sangat menyesal. Apa yang mereka sedang mereka lakukan di dalam hutan? Sayang Tuhanku, serigala-serigala pasti telah memakan mereka Kamu tidak berperikemanusiaan telah menelantarkan anak-anakmu sendiri” 68 4.2.3.4.3 Tidak Adil Tokoh ini digambarkan tidak adil dalam memberikan kasih sayang kepada anak-anaknya karena ia lebih menyayangi anak sulungnya hanya karena mirip dengannya, bukan karena sikapnya yang baik atau kepintarannya. Seharusnya sebagai ibu, ia harus bertindak bijaksana dan adil terhadap anaknya agar menjadi contoh yang baik bagi mereka. 36 Que je suis aise de vous revoir, mes chers enfants Vous êtes bien las, et vous avez bien faim ; et toi, Pierrot, comme te voilà crotté, viens que je te débarbouille. Ce Pierrot était son fils aîné, quelle aimait plus que tous les autres, parce quil était un peu rousseau, et quelle était un peu rousse. p.193 ‘”Betapa senangnya aku melihat kalian lagi, anak-anakku sayang Kalian pasti lelah dan kelaparan. Pierrot, kamu kotor sekali. Ke sini, aku akan membersihkanmu.” Pierrot merupakan anak sulungnya yang paling disayang daripada yang lainnya karena ia memiliki kulit merah kecoklatan yang sama dengan kulitnya.’ 4.2.3.5 Istri Raksasa 4.2.3.5.1 Baik Hati Tokoh istri raksasa adalah tokoh yang baik hati. Sejak awal ia sudah mengingatkan Le Petit Poucet dan saudara-saudaranya bahwa suaminya suka memakan anak-anak kecil. 37 Cette femme, les voyant tous si jolis, se mit à pleurer, et leur dit: 69 Hélas mes pauvres enfants, où êtes-vous venus ? Savez-vous bien que cest ici la maison dun Ogre qui mange les petits enfants? p.195 ‘Wanita itu memandang mereka dengan iba kemudian mulai menangis dan berkata: “Anak-anakku yang malang, ke mana kalian datang? Tahukah kalian bahwa di sini rumah seorang raksasa yang senang makan anak-anak?’ Kebaikan hatinya juga terlihat ketika suaminya datang, ia menyembunyikan mereka di bawah tempat tidur dan membujuk suaminya sehingga Le Petit Poucet beserta keenam kakaknya tidak jadi dibunuh oleh suaminya dengan mengingatkan suaminya bahwa mereka masih mempunyai persediaan makanan yang banyak. Tindakannya ini berhasil menyelamatkan nyawa Le Petit Poucet beserta kakak-kakaknya. 4.2.3.5.2 Penyayang Istri raksasa merupakan ibu yang baik dan menyayangi semua anak walaupun mereka bukan anaknya sendiri. Ia tidak tega bila Le Petit Poucet dan kakak-kakaknya dibunuh, terlebih lagi bila menyangkut anak-anak perempuannya. Rasa sayang dan sedih yang menyelimuti hati istri raksasa membuatnya tak sadarkan diri karena semua anak-anaknya telah mati. 38 LOgresse fut fort étonnée de la bonté de son mari, ne se doutant point de la manière quil entendait quelle les habillât, et croyant quil lui ordonnait de les aller vêtir, elle monta en haut, où elle fut bien surprise, lorsquelle aperçut ses sept filles égorgées et nageant dans leur sang. Elle commença par 70 sévanouir, car cest le premier expédient que trouvent presque toutes les femmes en pareilles rencontres. p.198 ‘Istri raksasa sangat heran melihat kebaikan suaminya. Ia tidak mencurigai apa yang telah dilakukan suaminya. Ia percaya pada suaminya. Ia masuk ke kamar anak-anaknya dan betapa terkejutnya ia saat ia melihat ketujuh anaknya tergorok dan berlumuran darah. Ia pingsan. Itu yang akan terjadi pada hampir semua wanita saat mengalami hal yang sama.’ Tokoh ini merupakan tokoh yang selalu menampilkan kebaikan. Walaupun kebaikan hatinya diabaikan oleh orang-orang yang ditolongnya, ia tetap tidak menaruh dendam kepada mereka. 4.2.3.6 Saudara-saudara Le Petit Poucet 4.2.3.6.1 Sombong Keenam saudara Le Petit Poucet selalu menganggap remeh adik mereka karena ukuran tubuhnya yang sangat kecil dan kondisi badannya yang ringkih. 39 Il était fort petit, et, quand il vint au monde, il nétait guère plus gros que le pouce, ce qui fit quon lappela Le Petit Poucet. Ce pauvre enfant était le souffre-douleur de la maison, et on lui donnait toujours tort. p.191 ‘Ia bertubuh sangat kecil, dan ketika ia lahir, ukuran tubuhnya hampir tidak lebih besar dari jari jempol sehingga ia dijuluki Le Petit Poucet. Anak malang itu merupakan anak yang paling menderita dalam keluarganya karena mereka selalu menyalahkan dirinya.’ 71 4.2.3.7 Anak-anak Perempuan Sang Raksasa 4.2.3.7.1 Kanibal Anak-anak perempuan raksasa berjumlah tujuh orang dan mereka masih kecil-kecil. Mereka menyerupai ayahnya karena sama-sama memakan daging manusia. 40 LOgre avait sept filles, qui nétaient encore que des enfants. Ces petites ogresses avaient toutes le teint fort beau, parce quelles mangeaient de la chair fraîche, comme leur père ; mais elles avaient de petits yeux gris et tout ronds, le nez crochu, et une fort grande bouche, avec de longues dents fort aiguës et fort éloignées lune de lautre. Elles nétaient pas encore fort méchantes; mais elles promettaient beaucoup, car elles mordaient déjà les petits enfants pour en sucer le sang. p.196 ‘Sang Raksasa mempunyai tujuh anak perempuan yang masih kecil. Mereka mempunyai kulit yang bagus karena mereka memakan daging segar seperti ayah mereka namun mereka mempunyai mata yang kecil dan bulat berwarna abu-abu, hidung yang bengkok, serta mulut yang besar dengan gigi yang panjang, runcing, dan terletak berjauhan satu sama lain. Mereka belum cukup jahat tetapi mereka mempunyai peluang untuk menjadi jahat karena mereka sudah membunuh anak-anak kecil untuk dihisap darahnya.

4.3 Analisis Tindak Kekerasan