Karakter para Tokoh Roman Thérèse Raquin

xlix Pembagian tokoh utama dan tokoh tambahan ini didasarkan atas segi peranan dan frekuensi munculnya tokoh dalam roman Thérèse Raquin. Jadi tokoh utama dalam roman Thérèse Raquin adalah Thérèse Raquin, Camille Raquin, Ibu Raquin, dan Laurent, sedangkan tokoh pembantu dalam roman ini adalah Michaud seorang pensiunan polisi, Grivet seorang pekerja tua di Fer d’Orléans, Olivier Michaud pegawai kantor kepolisian sebagai juru tulis, Suzanne Michaud istri Olivier Michaud, Kapten Degan seorang tentara, ayah Thérèse, dan François seekor kucing milik Ibu Raquin.

B. Karakter para Tokoh Roman Thérèse Raquin

Setelah mengetahui seluruh tokoh yang berperan dalam roman Thérèse Raquin di atas, maka kita dapat menggambarkan karakter-karakter yang terdapat dalam roman tersebut. Penggambaran karakter-karakter ini penting karena penelitian ini adalah penelitian yang didasarkan pada psikologi sastra sehingga kondisi kejiwaan tokoh sebelum dan sesudah melakukan perilaku agresif sangat ditonjolkan. Penggambaran karakter tokoh ini diharapkan agar para pembaca mengetahui latar belakang watak tokoh sebelum melakukan perilaku agresif. Karakter-karakter tokoh dalam roman Thérèse Raquin adalah sebagai berikut : 1. Sabar dan penyayang. Karakter sabar dan penyayang dapat kita lihat pada Ibu Raquin. Ibu Raquin adalah seorang ibu yang sabar dan penyayang dalam merawat anak semata l wayangnya Camille yang penyakitan dan berbadan lemah. Hal ini dapat dilihat dari kutipan teks roman Thérèse Raquin sebagai berikut : ‘Camille avait alors vingt ans. Sa mere le gâtait encore comme un petit garçon. Elle l’adorait pour l’avoir disputé à la mort pendant une longue jeunesse de souffrances. L’enfant eut coup sur coup toutes les fièvres, toutes les maladies imaginables. Mme Raquin soutint une lutte de quinze années contres les maux terribles qui venaient à la file pour lui arracher son fils. Elle les vainquit tous par sa soins, par sa adoration.’ TRII38 ‘Camille berumur 20 tahun. Ibunya memanjakannya sepeti anak kecil. Dia mencintainya karena telah bertarung dengan kematian sepanjang masa kecilnya yang menderita. Si anak mengalami serangan-serangan demam dan segala penyakit. Ibu Raquin berjuang selama 15 tahun melawan penyakit-penyakit yang datang hendak merenggut anaknya. Dia mengalahkan semuanya dengan kesabarannya, dengan perhatiannya dan rasa kasih sayangnya.’ TRII38 2.Gelisah Karakter gelisah dapat kita temukan pada Camille. Camille adalah seorang yang tidak tahan menganggur. Camille lebih suka bekerja keras. Dia akan merasa gelisah apabila tidak ada hal yang dapat dia lakukan. Dia akan merasa lebih sehat jika bekerja. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘Il était d’un esprit qui lui rendait lui l’oisiveté in supportable. Il se trouvait plus calme mieux portant, dans ce labeur de brute, dans ce travail d’employé qui le courbait tout le jour sur des factures, sur d’énormes additions dont il épelait patiemment chaque chiffre.’ TRII39 ‘Dia memiliki watak gelisah yang menyerang dirinya bila menganggur. Dia kelihatan tenang dan lebih baik jika sedang bekerja keras, pada pekerjaanya ini, dia merunduk menghadapi faktur-faktur sepanjang hari, penjumlahan- penjumlahan besar yang setiap angka-angka ditekuninya dengan sabar.’ TRII39 3. Suka berdiam diri. li Karakter suka berdiam diri dapat kita temukan pada Thérèse. Thérèse mengalami perlakuan seperti orang sakit, padahal dia memiliki tubuh yang sehat. Hal ini terjadi karena Ibu Raquin, bibinya, selalu memperlakukan Thérèse seperti orang sakit, sama seperti Camille yang penyakitan. Perlakuan tersebut disebabkan karena dia selalu patuh terhadap semua yang dikehendaki oleh bibinya. Dia selalu menuruti semua hal yang diperintahkan oleh bibinya. Sikap ini menyebabkan dirinya menjadi pasif dan selalu diatur oleh sang bibi. Hal ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘Thérèse grandit, couche dans le même lit que Camille, sous tièdes tendresses de sa tante. Elle était une santé de fer, et elle fut soignée comme une enfant chétive, partageant les médicaments que prenait son cousin.’ TRII40 ‘Thérèse bertambah besar, tidur seranjang dengan Camille , dibawah perawatan yang hangat oleh bibinya. Tubuhnya sehat dan dipelihara seperti anak yang sakit-sakitan, berbagi obat-obatan yang sama dengan yang diminum sepupunya.’ TRII40 4. Dapat menahan perasaan. Thérèse mempunyai kemampuan menahan perasaan dalam segala kondisi. Dia dapat menyembunyikan perasaannya terhadap sesuatu sehingga tak seorangpun dapat mengetahui isi hatinya. Contoh : saat Thérèse menyembunyikan rasa gembiranya ketika Ibu Raquin menjual tokonya dan pindah di rumah kecil yang terletak di tepi sungai. Hal ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘Lorsque Mme Raquin vendit son fonds et qu’elle se retira dans la petite maison du bord de l’eau, Thérèse eut de secrets tressaillements de joie. Sa tante lui avait répété si souvent: “Ne fait pas de bruit, reste tranquille”, qu’elle tenait soigneusement caches, au fond d’elle, toutes les fougues de sa nature. Elle possédait un sang-froid suprême, une apparente tranquillité qui cachait des emportement terribles.’ TRII40-41 lii ‘Ketika Ibu Raquin menjual tokonya dan dia mengundurkan diri dalam rumah kecil di tepi sungai, Thérèse merasakan kebahagiaan tersembunyi. Bibinya berkata sangat sering agar : “jangan ribut, tetaplah tenang “ sehingga dia dengan hati-hati menyembunyikan gelora dan kegembiraan dalam dirinya. Thérèse mempunyai kemampuan menguasai diri dengan sempurna mempunyai air muka tenang yang dapat menyembunyikan kemarahan yang meledak-ledak.’ TRII40-41 5. Pendirian kuat. Sifat ini terdapat pada diri Camille. Dia adalah pemuda yang mempunyai pendirian yang kuat bila dia menginginkan sesuatu. Dia akan melawan siapa saja jika ada seseorang yang menghalang-halangi kemauannya termasuk ibunya sendiri, Ibu Raquin. Hal ini dapat diketahui saat Camille ingin meninggalkan Vernon dan pergi ke Paris untuk menyongsong kehidupan yang lebih baik bersama istrinya, tetapi Ibu Raquin melarangnya. Ibu Raquin menganggap bahwa Camille akan mati bila dia tidak dekat dengannya. Penolakan Ibu Raquin dibantah dengan keras oleh Camille. Camille akan merasa sakit bila ibunya menolak kemauannya ini. Hal ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut: ‘Huit jour après son mariage, Camille déclara nettement à sa mere qu’il entendait quitter Vernon et aller vivre à Paris. Mme Raquin se récria : elle avait arrangé son existence, elle ne voulait point y changer un seul événement. Son fils eut crise de nerfs, il la menaça de tomber malade, si elle ne cédrait pas à son caprice.’ TRIII45 ‘Delapan hari setelah menikah, Camille mengatakan dengan terang-terangan bahwa dia hendak meninggalkan Vernon dan tinggal di Paris. Ibu Raquin berteriak karena terkejut: dia telah menyusun cara kehidupannya sendiri dan tidak ingin merubah kejadian yang sudah ada. Anaknya menjadi histeris, dia liii mengancam akan jatuh sakit, apabila ibunya tidak meluluskan gerak hatinya tersebut.’ TRIII45 6. Egois Camille memiliki sikap egois yang tinggi. Dia hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia tidak mau menemani Ibu Raquin dan Thérèse berjualan di toko. Camille lebih suka mementingkan pekerjaannya di luar daripada harus berkumpul dengan ibu dan istrinya. Pernyataan diatas dapat kita lihat pada kutipan sebagai berikut : ‘-Bah répondait Camille, tout cela est très convenable…D’ailleurs, nous ne monterons ici que le soir. Moi, je ne rentrerai pas avant cinq où six heures…Vous deux , vous serez ensemble, vous ennuierez pas. Jamais le jeune homme n’aurait consenti à habiter un pareil taudis, s’il n’avait compté sur les douceurs tièdes de son bureau.’ TRIII48 ‘Bah jawab Camille, semua itu sangat pantas….Lagi pula kita hanya akan naik ke sini jika malam. Aku tidak akan pulang sebelum jam lima atau jam enam. Kalian berdua akan selalu bersama, dan jangan merasa bosan. Tidak pernah pemuda itu mau tinggal serumah dengan orang yang sama, jika dia tidak memperhitungkan kesenangan yang hangat dari kantornya.’ TRIII48 Laurent pun memiliki sifat egois. Dia yang sudah terbiasa hidup bermalas-malasan, selalu memikirkan tentang kesenangan dirinya sendiri. Dia tidak pernah memikirkan kepentingan orang lain. Dia selalu memikirkan bagaimana hidup layak, hidup dengan enak tanpa harus bekerja. Dia menginginkan kematian ayahnya agar dapat mewarisi hartanya. Dia juga berencana mengawini Thérèse setelah Camille mati. Dia memikirkan rencana itu agar dapat menguasai harta Ibu Raquin. 7. Iri Hati liv Gaji Camille yang sangat kecil sebesar seratus frank sebulan, membuatnya selalu iri dengan temannya yang memiliki gaji yang lebih besar. Camille iri dengan temannya yang bernama Olivier karena memiliki gaji yang lebih besar daripada dirinya, Pernyataan di atas dapat dilihat pada kutipan teks berikut : ‘Olivier occupait à la préfecture de police un emploi de trois mille francs dont Camille se montrait singulièrement jaloux; il était commis principal dans le boureau de la police d’ordre et de sûrété.’ TRIV54 ‘Olivier bekerja di kantor kepolisian wilayah dengan penghasilan tiga ribu frank sebulan. Gajinya membuat Camille merasa sangat iri. Olivier menjadi juru ketik pada kantor polisi pelayanan dan keamanan.’ TRIV54 8. Suka datang terlambat Olivier dan istrinya, Suzanne, selalu datang terlambat pada pertemuan mingguan malam kamis di rumah Ibu Raquin. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘On attendait Olivier et sa femme qui arrivraient toujours en retard.’ TRIV54 ‘Orang-orang menunggu Olivier dan istrinya yang selalu datang terlambat.’ TRIV54 Pertemuan pada setiap Kamis malam merupakan pertemuan yang rutin. Para sahabat Ibu Raquin akan selalu datang secara otomatis setiap Kamis malam. Mereka bersenang-senang sampai pukul sebelas malam. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks berikut : lv ‘Un jour sur sept, le jeudi soir, la famille Raquin recevait. On allumait une grande lampe dans la salle à manger, et l’on mettait une bouilloire d’eau au feu pour faire du thé. Cette soirée-là tranchait sur les autres; elle avait passé dans les habitudes de la famille comme une orgie bourgeoise d’une gaieté folle. On se couchait à onze heures.’ TRIV53 ‘Sekali dalam seminggu, Kamis malam, keluarga Raquin menerima tamu. Sebuah lampu besar dinyalakan di ruang makan, dan merebus air dalam ketel untuk membuat teh. Pada malam itu merupakan hari pengecualian dari hari yang lain. Malam itu berlalu sebagai kebiasaan keluarga sebagai pesta gila-gilaan borjuis yang penuh kesenangan. Mereka tidur pukul sebelas.’ TRIV53 9. Pelamun Selain memiliki kebiasaan berdiam diri, Thérèse juga memiliki sikap yang sesuai dengan kebiasaannya tersebut, yaitu melamun. Thérèse tidak menyukai keramaian dan dia lebih suka menghabiskan waktu menyendiri dan melamun. Hal ini terlihat pada saat Thérèse menghadiri pertemuan Kamis malam. Dia lebih suka berada di toko dan melayani pelanggan daripada harus berada di lantai dua bermain domino bersama dengan teman-temannya. Setelah itu, dia akan duduk di belakang meja kasir dan melanjutkan kebiasaannya yaitu melamun. Peryataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘Elle servait la pratique avec lenteur. Quand elle se trouvait seule, elle s’asseyait derrière le comptoir, elle demeurait là le plus longtemps possible, redoutant de remonter, goûtant une véritable joie à ne plus avoir Grivet et Olivier devant les yeux. L’air humide de la boutique calmait la fièvre qui brûlait ses mains. Et elle retombait dans cette rêverie grave qui lui était ordinaire.’ TRIV56 ‘Dia melayani pelanggannya dengan lambat. Ketika dia sendiri, dia duduk di belakang meja kasir, dia duduk di sana selama mungkin, dengan gelisah untuk kembali ke atas, menikmati kesenangan tanpa harus melihat wajah Grivet dan Olivier. Udara lembab dalam ruang toko melemaskan ketegangan-ketegangan lvi yang terasa pada tangannya. Dia kembali lagi pada kebiasaannya yaitu melamun yang sudah parah.’ TRIV56 10. Pemalas Karakter pemalas dapat kita temukan pada diri Laurent. Dia memiliki selera makan yang besar dan selalu ingin hidup enak tanpa harus bekerja. Dia selalu membayangkan hidup yang enak, makan enak, tidur nyenyak, dapat memenuhi kebutuhan jasmani sepuas-puasnya tanpa bekerja. Pernyataan ini dapat ditemukan pada kutipan teks sebagai berikut : ‘Il venait, en quelques mots, de conter une histoire caractéristique qui le peignait en entier. Au fond, c’était un paresseux, ayant des appétits sanguins, des désirs très arrêtés de jouissances faciles et durables. Ce grand corp puissant ne demandait qu’à ne rien faire, qu’à se vautrer dans une oisiveté et un assouvissement de toutes les heures. Il aurait voulu bien manger, bien dormir, contenter largement ses passions, sans remuer de place, sans courir la mouvaise chance d’une fatigue quelconque.’ TRV60 ‘Dia datang, dengan beberapa kata, dia menceritakan cerita karakter yang melukiskan dirinya. Pada dasarnya, ia seorang pemalas dengan selera makan yang besar, penikmat kepuasan yang mudah didapat dan yang berlangsung lama. Tubuh yang besar itu menuntut untuk tidak bekerja, bermalas-malasan dalam menganggur dan hanya meminta berpesta pora dalam kemalasan dan kepuasan yang setiap saat. Dia selalu mendambakan makan dengan baik, tidur nyenyak, memenuhi nafsunya, tanpa bergerak, tanpa mengejar kesempatan yang melelahkan semacamnya.’ TRV60 Sifat pemalas Laurent disebabkan karena dia tidak terbiasa bekerja keras. Dia terbiasa hidup tanpa bekerja dan mengandalkan kiriman uang dari ayahnya dulu saat dia bersekolah. Dia tidak pernah berkeinginan untuk bersekolah. Dia ingin menikmati hidup sepuas-puasnya di dalam sebuah studio lukis. Dia lvii menghamburkan uangnya untuk melukis dan merokok bersama seorang temannya. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan teks sebagai berikut : ‘Ma foi non, reprit son ami en riant…Pendant deux ans, j’ai fait semblant de suivre les cours, afin de toucher la pension de douze cents frans que mon père me servait. Je vivais avec un de mes camarades de collège, qui est peintre, et je m’étais mis à faire aussi de la peinture. Cela m’amusait; le métier est drôle, pas fatigant. Nous fumions, nous blaguions tout le jour…’ TRV60 ‘Tentu saja tidak, kawannya menjawab dengan tertawa. Dua tahun lamanya aku seolah-olah mengikuti kuliah, sehingga dapat menerima uang tunjangan seribu dua ratus frank yang disediakan oleh ayah. Aku tinggal bersama seorang kawan satu sekolah. Dia seorang pelukis dan aku mulai belajar melukis. Hal itu sangat menyenangkan. Melukis itu pekerjaan menyenangkan, tidak melelahkan. Kami merokok, kami bergurau sepanjang hari….’ TRV60 11. Tidak mudah tersinggung dan gampang bergaul Laurent mempunyai sifat tidak mudah tersinggung dan gampang bergaul dengan siapa saja. Hal ini menyebabkan dirinya mudah menyesuaikan diri terhadap lingkungan yang baru. Dia tidak merasa tersinggung dengan perlakuan dingin para peserta perkumpulan Kamis malam yang tidak menginginkan tambahan anggota baru dalam perkumpulan tersebut. Pada akhirnya Laurent dapat diterima dalam kumpulan itu karena dia riang dan dapat membuat suasana menjadi lebih gembira. Terlebih lagi dia dapat menjadi sahabat Grivet. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘Les hôtes des Raquin ne pouvaient recevoir un inconnu sans quelque froideur. Laurent se comporta en bon enfant. Il comprit la situation, il voulut plaire, se faire d’accepter d’un coup. Il ranconta des histoires, égaya la soirée par son gros rire, et gagna l’amitié de Grivert lui-même.’ TRV63 ‘Tamu-tamu keluarga Raquin tidak dapat menerima seorang yang tak dikenal kecuali dengan sikap dingin. Laurent berkelakuan seperti anak baik. Dia dapat lviii memahami situasi tersebut dan menginginkan kesenagan agar dapat diterima. Dia bercerita macam-macam, membuat suasana menjadi gembira dengan tawanya yang riang, dan membuat Grivert menjadi kawannya.’ TRV63 12. Pengkhayal Thérèse yang diperlakukan seperti orang sakit oleh bibinya memiliki kebiasaan melamun dan berkhayal. Dia ingin hidup bebas di luar tanpa ada seorangpun yang mengekangnya. Dia sejak kecil selalu mengkhayal, hidup bebas di jalanan sebagai orang Gypsi. Dia tidak tahan harus hidup di dalam rumah yang dia anggap seperti penjara. Hidupnya seperti dikekang tanpa kebebasan. Oleh karena itu, dia sering mengkhayal bertemu ibunya kembali dan menata hidupnya dari awal. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut: ‘Je ne leur souhaite pas de mal. Ils m’ont élévée, ils m’ont recueillie et défendue contre la misère…Mais j’aurais préféré l’abandon à leur hospitalité. J’avais de besoins cuisants de grand air ; toute petite, je rêvais de courir les chemins, les pieds nus dans la poussière, demandant l’aumône, vivant en bohémienne. On m’a dit que ma mère était fille d’un chef de tribu, en Afrique ; j’ai souvent songé à elle, j’ai compris que je lui appartenais par le sang et les instincts, j’aurais voulu ne la quitter jamais et traverser les sables, pendue à son dos.’ TRVII74-75 ‘Aku tidak mengharapkan kemalangan mereka. Mereka telah membesarkan aku, telah merawatku dan menyelamatkanku dari penderitaan….Tetapi sebenarnya aku lebih suka ditelantarkan daripada menerima kebaikkan mereka. Aku membutuhkan udara segar, sejak kecil, aku sudah memimpikan berjalan- jalan di jalan yang besar, dengan kaki telanjang di atas debu, meminta sedekah dan hidup sebagai orang Bohemian. Mereka berkata bahwa ibuku seorang putri kepala suku di Afrika. Aku sering berfikir tentang dirinya. Aku mengerti bahwa aku miliknya secara insting dan darahku. Aku sebenarnya tidak mau meninggalkannya dan melintasi padang pasir, menggantung di atas pundaknya.’ TRVII74-75 lix 13. Munafik Thérèse sejak kecil mampu menyembunyikan gelora dalam jiwanya. Dia terbiasa berbohong untuk menyukai sesuatu yang sebenarnya dia benci. Dia menahan nafsunya agar Ibu Raquin dan Camille senang. Dia selalu dapat memasang muka senang di hadapan mereka walaupun dia sebenarnya tidak suka. Ketika Laurent datang berkunjung, Thérèse dapat bersikap seperti biasanya tanpa ekspresi apapun. Thérèse menyembunyikan perasaannya kepada Laurent agar semua orang tidak mengetahuinya. Ketika semua pergi dan hanya ada Thérèse dan Laurent, maka Thérèse begitu bernafsunya menciumi kekasihnya itu. Dia memainkannya dengan sempurna sekali sikap kemunafikan yang sudah biasa dilakukannya sejak kecil. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut: ‘Thérèse, plus nerveuse, plus frémissante que lui, était obligée de jouer un rôle. Elle le jouait à la perfection, grâce à l’hypocrisie savante que lui avait donnée son éducation. Pendant près de quinze ans, elle avait menti, étouffant ses fièvres, menttant une volonté implacable à paraître morne et endormie.’ TRVIII82-83 ‘Thérèse yang lebih gugup dan lebih tegang dari pada Laurent, terpaksa menjalankan peranannya. Dia dapat memainkannya dengan sempurna sekali berkat kemunafikan yang sudah menjadi kebiasaannya semenjak kecil. Hampir selama lima belas tahun dia terbiasa berbohong, memasang keinginan yang sangat kuat untuk memunculkan wajah yang muram dan membosankan.’ TRVIII82- 83 Zola memunculkan sifat munafik dari manusia yaitu suka berbohong. Dalam sebuah kecelakaan pastilah ada satu atau dua orang yang mengaku-aku sebagai saksi kecelakaan itu secara rinci. Mereka sebenarnya belum tahu apa-apa tentang kejadian yang sedang berlangsung. Mereka berlagak sebagai pahlawan dan seakan- lx akan hanya mereka yang mengetahui kejadian secara pasti dan dapat dipercaya. Hal ini terjadi pada saat Camille tengelam dan ada beberapa pendayung yang lain yang mengaku telah melihat kejadian itu dengan detail. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut: ‘Il y eut, parmi les canotiers, comme cela arrive toujours, deux ou trois jeunes, gens qui voulurent avoir été témoins de l’accident.’ TRXI113 ‘Ada, selalu ada dua atau tiga orang pendayung yang menghendaki menjadi saksi mata kecelakaan dengan pasti.’ TRXI113 14. Perhatian Ibu Raquin adalah seorang yang penuh perhatian terhadap Thérèse dan Camille. Dia tidak henti-hentinya menasihati mereka agar selalu berhati-hati dalam perjalanan. Karakter ini dapat dilihat dalam kutipan teks sebagai berikut: ‘Le jour de promenade, Mme. Raquin accompagnait ses enfants jusqu’au bout du passage. Elle les embrassait comme s’ils fussent partis pour un voyage. Et c’étaient des recommandations sans fin, des prières pressantes.’ TRXI101 ‘Pada hari jalan-jalan, Ibu Raquin suka mengantar anak-anaknya sampai sejauh ujung jalan. Dia mencium keduanya seperti mereka hendak bepergian jauh. Setelah itu memberi mereka setumpuk nasihat dan doa-doa penting tanpa henti.’ TRXI101 lxi 15. Pembohong Laurent selalu mengarang sebuah cerita tentang kejadian tengelamnya Camille. Dia melakukan semua kebohongan itu untuk menutupi kejahatannya. Dia selalu dapat menyakinkan semua orang dengan cerita rekaannya. Ketika Laurent mengarang sebuah cerita kepada para pendayung tentang tenggelamnya Camille, dia berdalih bahwa Camille menari-nari di atas sampan sehingga sampannya terbalik. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut: ‘C’est ma faute, criait-il, je n’aurait pas dû laisser ce pauvre garçon danser et remuer comme il le faisait …A un moment, nous nous sommes trouvés tous les trois du même côté de la barque, et nous avons chaviré…En tombant, il m’a crie de sauver sa femme…’ TRXI113 ‘Ini salahku,’ teriaknya. ‘Sebenarnya aku tidak boleh membiarkan dia menari- nari dan bergerak seperti yang dia lakukan… Pada suatu saat kami bertiga berada dalam sisi perahu yang sama, dan terbalik… Ketika dia tercebur dia berteriak padaku meminta aku menyelamatkan istrinya…’ TRXI113 16. Setia kawan Michaud, Olivier, Suzanne, dan Grivet tetap datang pada acara Kamis malam walaupun Camille telah mati. Mereka membesarkan hati Ibu Raquin agar tidak terlalu bersedih denghan kematian anaknya. Mereka memberikan dorongan moral kepada Ibu Raquin agar tetap tabah. Mereka mengalihkan perhatian Ibu Raquin ke permainan domino agar dia tidak merasa sedih. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut: ‘Et comme Mme. Raquin sanglotait plus fort, ne pouvant arrêter ses larmes : - Allons, alllons, reprit Michaud, un peu de courage. Vous comprenez bien que nous venons ici pour vous distraire. Que diable ne nous attristons pas, lxii tâchons d’oublier…Nous jouons à deux sous la partie. Hein qu’en dites-vous ?’ TRXV136 ‘Karena Ibu Raquin menangis tersedu dan air matanya tak kunjung berhenti, Michaud berkata lagi, ‘Ayolah, kuatkan sedikit hati Nyonya Hendaklah diketahui bahwa kami semua datang kemari justru untuk menghibur Nyonya. Sudah, jangan merusak suasana, berusahalah melupakannya…. Kita bermain taruhan dua sou, Bagaimana pendapat Anda?’ TRXV136 17. Suka mencari perhatian Setelah rencana pembunuhannya berhasil, Laurent mencoba untuk mendapatkan perhatian dari Ibu Raquin. Laurent datang setiap malam dan membantu menutup toko. Dia menjadi penurut kepada Ibu Raquin. Sehingga dia mendapatkan perhatian dari wanita itu. Laurent selalu datang pada pertemuan Kamis malam untuk menyalakan lilin dan bertindak sebagai tuan rumah di rumah Ibu Raquin. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut: ‘Laurent revint bientôt chaque soir à la boutique, comme par le passé. Mais il n’y mangeait plus, il ne s’y établissait plus pendant des soirées entières. Il arrivait à neuf heures et demie, et s’en allait après avoir fermé le magasin. On eût dit qu’il accomplissait un devoir en venant se mettre au service des deux femmes. S’il négligeait un jour sa corvée, il s’excusait le lendemain avec des humilitiés de valet. Le jeudi, il aidait Mme. Raquin à allumer le feu, à faire les honneurs de la maison. Il avait des prévenances tranquilles qui charmaient la vieille mercière.’ TRXVI138 ‘Laurent segera berkunjung lagi setiap malam seperti dahulu tetapi sekarang tidak lagi makan di sana, dan tidak lagi bertamu sampai jauh malam. Datang pukul setengah sembilan dan pulang setelah toko tutup. Boleh dikatakan datangnya sekarang ini semata-mata hanya untuk menjalankan kewajiban membantu kedua perempuan itu. Apabila sekali waktu dia mengabaikan sehari datang, keesokan harinya segera dia meminta maaf dengan kerendahan hati seorang pelayan. Pada setiap malam Jum’at dia membantu Ibu Raquin menyalakan perapian dan menjadi tuan rumah. Sikapnya sangat penurut, sehingga menyenangkan hati perempuan tua itu.’ TRXVI138 lxiii 18. Cemas Laurent mengalami kecemasan karena sudah lama tidak dapat bertemu dengan Thérèse. Dia mengalami ketakutan akan menemukan seseorang di kolong tempat tidurnya. Dia selalu memeriksa dibawah tempat tidurnya untuk memastikan tak ada seorangpun memasuki rumahnya. Dia tak dapat menjelaskan kecemasannya yang tidak beralasan tersebut. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘Quand il fut en haut, il ouvrit sa porte et s’enferma, rapidement. Son premier soin fut de regarder sous son lit, de faire une visite minutieuse dans la chambre, pour voir si personne ne s’y trouvait cache. Il ferma la fenêtre du toit, en pensant que quelqu’un pourrait bien descendre par là. Quand il eut pris ces dispositions, il se sentit plus calme, il se déshabilla, en s’étonnant de sa poltronnerie. Il finit par sourire, par se traiter d’enfant. Il n’avait jamais été peureux et ne pouvait s’expliquer cette crise subite de terreur.’ TRXVII150 ‘Ketika sampai di lantai teratas, Laurent membuka pintu kamarnya dan cepat- cepat menutupnya kembali. Perhatian yang pertamanya adalah melihat kolong ranjang, lalu memeriksa sekeliling ruangan dengan teliti kalau-kalau ada orang bersembunyi. Jendela atap ditutupnya, karena berpendapat orang akan mudah turun melalui lubang itu. Setelah melakukan semua susunan itu, perasaannya bertambah tenang. Laurent berganti baju sambil merasa heran akan kepengecutannya. Akhirnya dia tersenyum dan menyebut dirinya seperti anak kecil. Belum pernah Laurent merasa takut seperti itu, namun tidak dapat menjelaskan serangan ketakutan itu.’ TRXVII150 19. Mudah percaya kepada orang lain. Ibu Raquin sangat bahagia dengan perkawinan Thérèse dan Laurent. Dia tidak mengetahui bahwa merekalah yang sebenarnya telah membunuh Camille. Ibu Raquin terlena dengan kebaikan mereka dan melakukan sebuah tindakan yang lxiv tergesa-gesa. Dia memberikan seluruh hartanya sebagai hadiah perkawinan berupa uang sebesar empat puluh ribu dan beberapa ribu frank. Dia mempercayakan kelanjutan hidupnya kepada kebaikan hati mereka dan mengharapkan kehidupan yang bahagia bersama pasangan baru itu. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut: ‘Mme. Raquin, après avoir lu la lettre de ce père dénaturé, eut un élan de bonté qui la poussa à faire une sotisse. Elle mit sur la tête de sa nièce les quarante et quelque mille francs qu’elle possédait, elle se dépouilla entièrement pour les nouveaux époux, se confiant à leur bon cœur, voulant tenir d’eux toute sa félicité.’ TRXIX178 ‘Ibu Raquin setelah membaca surat dari ayah yang sudah tidak memenuhi kewajibannya terhadap anak, merasakan gejolak kebaikan hati yang menghantarkannya pada sebuah kebodohan. Dia meletakkan kepala pada keponakannya dengan memberikan seluruh hartanya yang empat puluh ribu dan beberapa ribu frank. Ibu Raquin melepaskan semua hartanya untuk pengantin baru itu. Dia percaya kebaikan hati mereka akan memberikannya kebahagiaan.’ TRXIX178 20. Kasar. Laurent yang terbiasa hidup keras karena dia adalah anak dari seorang petani, memiliki karakter yang kasar. Tubuhnya besar dan kuat. Otot-ototnya menonjol dan memiliki selera makan yang besar. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘Laurent était un vrai fils de paysan, d’allure un peu lourde, le dos bombé, les mouvements lents et précis, l’air tranquille et entêté. On sentait sous ses vêtements des muscles ronds et développés, tout un corps d’une chair épaisse et ferme.’ TRV58 ‘Laurent benar-benar seorang anak petani, dengan tingkah laku sedikit kasar, punggung membusung, gerakan yang lamban namun pasti, raut muka tenang dan keras. Kita dapat merasakan di bawah pakaiannya terdapat otot-otot bundar dan lxv mengembang. Semua bagian tubuh terdiri dari otot yang kekar dengan daging yang keras.’ TRV58 ‘Laurent parlait d’une voix tranquille. Il venait, en qulques mots, de contrer une histoire caractéristique qui le peignait entier. Au fond, c’était un paresseux, ayant des appétits sanguins, des désirs très arrêtés de jouissances facile et durable.’ TRV60 ‘Laurent berbicara dengan tenang sekali. “Dia datang, dengan beberapa kata, dia menceritakan cerita karakter yang melukiskan dirinya. Pada dasarnya, ia seorang pemalas dengan selera makan yang besar, penikmat kepuasan yang mudah didapat dan berlangsung lama.’ TRV60 21. Suka berzina. Laurent memiliki kebiasaan menyewa seorang pelacur untuk memuaskan nafsunya. Sebelum bertemu Thérèse, dia sudah sering menyewa pelacur, kemudian setelah menikah dengan Thérèse dia masih meneruskan hobinya itu. Laurent meminta uang lima ribu frank untuk bersenang-senang dengan wanita lain kepada Thérèse. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘Des que eut de l’or dans ses poches, il se grisa, fréquenta les filles, se traina au milieu d’une vie bruyante et affolée. Il découchait, dormait le jour, courait la nuit, recherchait les emotions fortes, tâchait d’échapper au réel.’ TRXXXI291 ‘Setelah mendapat uang di sakunya, dia bersenang-senang, mengunjungi gadis-gadis, mencoba dalam kehidupan yang ramai dan kalang kabut. Dia tidur di luar, siang hari tidur, malamnya berkeliaran, mencari luapan perasaan yang kuat melarikan diri dari kenyataan.’ TRXXXI291 Setelah menikah dengan Laurent, Thérèse mengalami perubahan perilaku. Thérèse juga memiliki perilaku yang sama dengan suaminya. Dia memiliki hobi suka berzina dengan pria lain. Dia berselingkuh dengan pria berambut pirang di lxvi sebuah rumah pondokan di jalan Saint-Andre-des-Art. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘Lorsque Thérèse eut achevé son absinthe, elle se leva, prit le bras du jeune homme blond et descendit la rue de la Harpe. Laurent les suivit jusqu’à la rue Saint-Andre-Des-Art. Là, il les vit entrer dans une maison meublée. Il resta au milieu de la chaussée, les yeux levés, regardant la façade de la maison. Sa femme se montra un instant à une fenêtre ouverte du seconde étage. Puis il crut distinguer les mains du jeune homme blond qui se glissaient autour de la taille de Thérèse. La fenêtre se ferma avec un bruit sec.’ TRXXXI287 ‘Setelah menghabiskan minuman kerasnya, Thérèse berdiri, memegang lengan pria pirang itu lalu berangkat melalui rue de la Harpe. Laurent mengikutinya sampai ke rue Saint-Andre-Des-Art. di sana dia melihat mereka memasuki sebuah rumah pondokan. Laurent berdiri di tengah jalan, memandang ke atap pondokan. Thérèse terlihat dari jendela terbuka di lantai tiga. Kemudian dia melihat tangan pria pirang itu meluncur ke pinggul Thérèse. Jendela tertutup dengan suara keras.’ TRXXXI287 Sama seperti Thérèse, Laurent juga memiliki pasangan kumpul kebo sendiri. Pasangannya yaitu seorang model. Dia hidup bersama si gadis hampir satu tahun. Si gadis mencintai Laurent karena menganggapnya sebagai pria yang tampan. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘Il resta jusqu’au soir, il emmena la femme chez lui. Pendant près d’un an, il la garda pour maîtress. La pauvre fille s’était mise à l’aimer, le trouvant bel homme. Le matin, elle partait, allait poser tout le jour, et revenait régulièrement chaque soir à la même heure.’ TRXVI145 ‘Laurent tinggal sampai malam, lalu membawa perempuan itu pulang ke rumahnya. Hampir setahun lamanya Laurent menjadikannya sebagai gundik. Gadis itu mencintai Laurent karena menganggapnya tampan. Setiap pagi gadis model itu pergi, berpose sepanjang hari, dan secara teratur kembali setiap malam pada waktu yang sama.’ TRXVI145

C. Tipe-tipe Agresi