lxvi sebuah rumah pondokan di jalan Saint-Andre-des-Art. Pernyataan ini dapat dilihat
pada kutipan teks sebagai berikut : ‘Lorsque Thérèse eut achevé son absinthe, elle se leva, prit le bras du jeune
homme blond et descendit la rue de la Harpe. Laurent les suivit jusqu’à la rue Saint-Andre-Des-Art. Là, il les vit entrer dans une maison meublée. Il resta au
milieu de la chaussée, les yeux levés, regardant la façade de la maison. Sa femme se montra un instant à une fenêtre ouverte du seconde étage. Puis il crut
distinguer les mains du jeune homme blond qui se glissaient autour de la taille de Thérèse. La fenêtre se ferma avec un bruit sec.’ TRXXXI287
‘Setelah menghabiskan minuman kerasnya, Thérèse berdiri, memegang lengan pria pirang itu lalu berangkat melalui rue de la Harpe. Laurent
mengikutinya sampai ke rue Saint-Andre-Des-Art. di sana dia melihat mereka memasuki sebuah rumah pondokan. Laurent berdiri di tengah jalan, memandang
ke atap pondokan. Thérèse terlihat dari jendela terbuka di lantai tiga. Kemudian dia melihat tangan pria pirang itu meluncur ke pinggul Thérèse. Jendela tertutup
dengan suara keras.’ TRXXXI287
Sama seperti Thérèse, Laurent juga memiliki pasangan kumpul kebo sendiri. Pasangannya yaitu seorang model. Dia hidup bersama si gadis hampir satu tahun. Si
gadis mencintai Laurent karena menganggapnya sebagai pria yang tampan. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut :
‘Il resta jusqu’au soir, il emmena la femme chez lui. Pendant près d’un an, il la garda pour maîtress. La pauvre fille s’était mise à l’aimer, le trouvant bel
homme. Le matin, elle partait, allait poser tout le jour, et revenait régulièrement chaque soir à la même heure.’ TRXVI145
‘Laurent tinggal sampai malam, lalu membawa perempuan itu pulang ke rumahnya. Hampir setahun lamanya Laurent menjadikannya sebagai gundik.
Gadis itu mencintai Laurent karena menganggapnya tampan. Setiap pagi gadis model itu pergi, berpose sepanjang hari, dan secara teratur kembali setiap malam
pada waktu yang sama.’ TRXVI145
C. Tipe-tipe Agresi
lxvii 1. Agresi Antarjantan.
Agresi antarjantan adalah agresi yang secara tipikal dibangkitkan oleh kehadiran sesama jantan pada suatu spesies. Agresi ini timbul karena antara korban dan
pelaku agresi memilki persamaan jenis kelamin. Hal ini dapat dilihat pada saat Laurent, Thérèse, dan Camille sedang beristirahat di bawah pohon. Laurent hendak
menghancurkan wajah Camille dengan sekali tendang. Laurent dan Camille memiliki persamaan jenis kelamin yaitu laki-laki. Laurent tiba-tiba memiliki niat
untuk menendang wajah Camille yang sedang tidur. Laurent berniat membunuhnya karena merasa jijik dan dia menganggap Camille sangat hina di matanya.
Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘Camille, ainsi vautré, était exaspérant et ignoble. Laurent, qui le regardait,
leva le talon, d’un coup, lui écraser la face.’ TRXI105 ‘Camille yang tiduran seenaknya terlihat mengesalkan dan hina. Laurent yang
melihatnya, tiba-tiba mengangkat tumitnya. Dia ingin menghancurkan wajahnya.’ TRXI105
2. Agresi Ketakutan. Agresi ketakutan adalah agresi yang dibangkitkan oleh tertutupnya kesempatan
untuk menghindar dari ancaman. Bentuk agresi ini merupakan bentuk pemertahanan diri dari ancaman keselamatan jiwa individu tersebut. Thérèse
mencoba mempertahankan dirinya dari amukan Camille. Tindakan pemertahanan diri ini dilakukan karena Thérèse merasa terdesak oleh penyerangan yang dilakukan
lxviii Camille. Thérèse menyerang balik Camille, sehingga membuat Camille ketakutan.
Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘La jeune fille se releva d’un bond, avec une sauvagerie de bête, et, la face
ardente, les yeux rouges, elle se précipita sur lui, les deux bras levés. Camille se laissa glisser à la terre. Il avait peur.’ TRII43
‘Thérèse bangkit, dengan kebuasan binatang, lalu dengan muka yang marah dan mata menyala-nyala, menjatuhkan diri ke arah Camille, kedua tangannya
terangkat. Camille menyuruk ke tanah. Dia takut.’ TRII43
Agresi ketakutan juga dilakukan oleh Camille. Dia menerima serangan yang tiba- tiba dari Laurent di atas perahu. Camille semula menganggap agresivitas Laurent
hanya sekedar gurauan. Camille terkejut dengan perubahan raut muka Laurent yang ingin membunuh dirinya. Camille melakukan perlawanan terhadap Laurent sebagai
pembelaan diri. Camille menggigit leher Laurent sebelum Laurent melemparkan dirinya ke dalam sungai. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai
berikut : ‘Alors Laurent se leva et prit Camille à bras-le-corps. Le commis éclata de
rire. – Ah non, tu me chatouilles, dit il, pas de ces plaisanteries-là…Voyons, finis : tu vas me faire tomber. Laurent serra plus fort, donna une secousse.
Camille se tourna et vit la figure effrayante de son ami.’ TRXI111
‘Laurent berdiri lalu memegang Camille pada pinggangnya. Camille tertawa. –Ah tidak, kamu membuatku geli,’’ katanya, jangan bercanda….ayo berhenti
aku bisa jatuh.’’ Laurent memitingnya lalu mendorongnya. Camille berpaling dan melihat muka sahabatnya yang menyeramkan.’ TRXI111
lxix
D. Faktor Pencetus Agresi