lxix
D. Faktor Pencetus Agresi
1. Frustasi. Laurent yang memiliki hobi bercinta dengan pelacur, mengalami frustasi karena
tidak dapat menyalurkan hasratnya. Dia tidak memiliki uang untuk menyewa seorang wanita. Pada akhirnya, dia melampiaskan hasrat seksualnya terhadap
Thérèse. Thérèse merupakan istri dari sahabatnya sendiri, Camille. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut:
‘En somme, elle ne lui coûterait rien, les femmes qu’il achetait à bas prix étaient certes, ni plus belles ni plus aimées. L’economie lui conseillait déja de
prendre la femme de son ami. D’autre part, dépuis longtemps il n’avait pas contenté ses appétits; l’argent étant rare.’ TRVI 68
‘Tetapi setidak-tidaknya dia tidak perlu membayar seperti pada gadis-gadis yang pernah dia sewa dengan murah, yang tidak cantik dan tidak dicintainya.
Hanya perhitungan ekonomi saja dia mengambil istri temannya itu. Di samping itu, sudah lama dia tidak menyalurkan kebutuhannya karena tidak mempunyai
uang.’ TRVI 68
Faktor frustasi muncul dalam agresivitas Laurent terhadap Camille. Laurent menganggap Camille sebagai penghalang percintaannya dengan Thérèse. Dia
menganggap Camille hanya sebagai pengganggu yang harus dimusnahkan. Laurent hendak menggantikan posisi Camille sebagai suami Thérèse. Pernyataan ini dapat
dilihat pada kutipan teks sebagai berikut : ‘- Tu as raison, dit-il, il ne faut pas agir comme des enfants. Ah si ton mari
mourait… - Si mon mari mourait…, répéta lentement Thérèse.
- Nous nous marierons ensemble, nous ne craindrions plus rien, nous jouirions largement de nos amours… Quelle bonne et douce vie ’ TRIX91
‘- Kamu benar, kata Laurent, jangan bertingkah seperti anak-anak. Ah, seandainya suamimu mati…
lxx - Jika suamiku mati, kata Thérèse mengulangi dengan perlahan.
- Kita akan menikah, kita tidak perlu takut akan apapun, kita akan menikmati cinta sepenuhnya. Betapa indah dan manisnya hidup ini.’ TRIX91
2. Stres. Camille Raquin mengalami stres karena meresa terganggu dengan perawatan
ibunya yang sangat menjemukannya. Dia merasa muak dengan segala sikap ibunya yang selau memanjakannya, sehingga pada akhirnya dia menantang Thérèse
berkelahi. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut: ‘Le soir, en été, les deux jeunes gens se sauvaient au bord de l’eau. Camille
s’irritait des soins incessants de sa mère; il avait des révoltes, il voulait courir, se render malade, échapper àux câlineries qui lui donnaient des nauseas. Alors il
entrâinait Thérèse, il la provoquait à lutter.’ TRII43
‘Pada suatu malam di musim panas, kedua anak muda itu pergi menuju pinggir sungai. Camille merasa kesal dengan perawatan ibunya yang tiada henti-
hentinya. Dia memberontak, dia ingin berlari menghindari dari pemanjaan yang membuatnya mual. Dalam keadaan itu dia menarik Thérèse ke luar rumah. Dia
menantangnya bergulat.’ TRII43
Laurent mengalami tekanan batin karena telah membunuh Camille. Dia selalu takut apabila kejahatannya terbongkar. Dia mencurigai siapa saja yang dapat
membahayakan dirinya, termasuk kucing Ibu Raquin, François. Laurent mengalami kemunduran pikiran karena menganggap kucing itu suatu saat pasti dapat berbicara
dan mengatakan segala kejahatannya kepada orang lain. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut :
‘Il se disait que le chat, ainsi que Mme Raquin, connaissait le crime et le dénoncerait, si jamais il parlait un jour.’ TRXXX282
lxxi ‘Laurent yakin bahwa François, seperti Ibu Raquin, mengetahui semua
kejahatannya dan akan mengadukannya jika dia dapat berbicara suatu hari.’ TRXXX282
3. Kekuasaan dan Kepatuhan Sebagai seorang suami, Laurent mempunyai kuasa untuk memerintah istrinya
yaitu Thérèse. Laurent memerintahkan istrinya untuk mencium bekas gigitan Camille di lehernya. Dia merasa gigitan itu seperti menusuk-nusuk dirinya. Laurent
memerintahkan supaya istrinya mau melakukan hal yang diinginkannya. Pernyataan ini dapat dilihat pada kutipan teks sebagai berikut :
‘C’est Camille qui m’a mordu, tu sais, dans la barque, ce n’est rien, c’est guèri…Embrasse-moi, embrasse-moi.
Et misérable tendait son cou qui le brûlait. Il désirait que Thérèse le baisât sur la cicatrice, il comptait que le baiser de cette femme apaiserait les mille
piqûres qui lui déchiraient la chair. Le menton levé, le cou en avant, il s’offrait.’ TRXXI192-193
‘Camillelah yang menggigitku dalam perahu, kau tahu itu, tak apa-apa, sudah sembuh…. Cium aku, cium aku.
Dan laki-laki malang itu kembali menyodorkan lagi lehernya yang terasa panas. Dia yakin bahwa ciuman Thérèse akan menyembuhkan ribuan tusukan
yang mengoyak-oyak di lehernya. Dengan dagu terbuka dan leher terjulur dia menawarkan dirinya.’ TRXXI192-193
4. Efek Senjata. Kehadiran senjata menjadi faktor pencetus agresi saat Laurent dan Thérèse
mencoba saling membunuh. Laurent membawa racun untuk meracuni Thérèse, dan Thérèse menggunakan pisau untuk menikam Laurent. Pernyataan ini dapat dilihat
pada kutipan teks sebagai berikut :
lxxii ‘Ils se regardèrent. Thérèse vit le flacon dans les mains de Laurent, et
Laurent aperçut l’éclair blanc du couteau qui luisait entre les plis de la jupe de Thérèse.’ TRXXXII300
‘Mereka saling pandang. Thérèse melihat botol berisi racun di tangan Laurent, dan Laurent melihat kilatan pisau diantara lipatan rok Thérèse.’
TRXXXII300
E. Dampak Agresi.