xxxiv menyakiti atau melukai mahluk hidup lain yang terdorong untuk menghindari
perlakuan tersebut. Agresi menurut Baron dalam Koeswara 1988:5, adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau mencelakakan individu lain yang
tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut
E. Tipe-Tipe Agresi
Pembagian tipe-tipe agresi menurut Myers dalam Sarwono 2002:298 ada dua jenis yakni sebagai berikut:
1. Agresi Rasa Benci atau Agresi Emosi Hostile Agression Agresi rasa benci adalah ungkapan kemarahan dan ditandai dengan emosi yang
tinggi. Akibat dari jenis ini tidak dipikirkan oleh pelaku dan pelaku memang tidak peduli jika akibat perbuatannya lebih banyak mengakibatkan kerugian dari pada
manfaat, contoh adalah seorang membunuh tetangganya sebagai ungkapan kemarahan karena si tetangga sering menginjak-injak kebun ketela miliknya
Sarwono 2002:296. 2. Agresi Instrumental Instrumental Agression
Agresi instrumental adalah agresi yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu, contohnya polisi menembak kaki seorang tahanan karena si tahanan
tersebut mencoba melarikan diri dari penjara.
F. Faktor Pencetus Agresi
Koeswara 1988 :82-113 membahas faktor pencetus agresi yang menurut para teoretis dan peneliti agresi sangat sering ditemukan sebagai pengarah dan pencetus
perilaku agresi, yaitu :
xxxv 1. Frustrasi.
Frustrasi adalah situasi individu yang terhambat atau gagal dalam usaha mencapai tujuan tertentu yang diinginkannya, atau mengalami hambatan untuk
bebas bertindak dalam rangka mencapai tujuan. Perilaku individu frustrasi dipengaruhi oleh stimulus negatif yang membuat agresi menjadi pilihan perilaku
yang paling menonjol. 2. Stres
Hinggga saat ini, belum ada kesepakatan mengenai definisi stres. Menurut teori Engle, stres merujuk pada segenap proses, baik yang bersumber pada
kondisi-kondisi internal maupun kondisi-kondisi eksternal yang menuntut penyesuian atas organisme.
3. Deindividuasi atau Depersonalisasi Deindividuasi dapat digolongkan sebagai faktor pencetus tindakan agresif
karena menyingkirkan atau mengurangi peranan beberapa aspek yang terdapat pada individu, yaitu identitas diri dan keterlibatan emosional individu pelaku
agresi terhadap korbannya. 4. Kekuasaan dan Kepatuhan
Spekulasi filsafat atau uraian-uraian teorits sering menyiratkan keyakinan tentang hubungan antara akekuasaan dengan agresi atau tentang kecenderungan
manusia menggunakan agresi sebagai instrumen untuk mencapai dan mempertahankan kekuasaannya. Misalnya Max Weber menyebutkan bahwa
kekuasaan adalah kesempatan dari seseorang atau sekelompok orang untuk
xxxvi merealisasikan keinginan-keinginannya dalam tindakan komunal bahkan
meskipun harus berhadapan dengan perlawanan dari seseorang atau sekelompok orang lainnya yang berpartisipasi dalam tindakan komunal tersebut. Kekuasaan
dimasukkan ke dalam faktor-faktor pencetus agresi karena didasari pemikiran yang dinyatakan oleh Lord Acton bahwa kekuasaaan itu cenderung
disalahgunakan, misalnya Hitler, Mussolini Koeswara 1988 :100. 5. Efek Senjata
Senjata diduga memiliki peranan dalam pencetus perilaku agresif , bukan saja karena berfungsi mengefektifkan dan mengefisiensikan pelaksanaan perilaku
agresif, tetapi juga karena efek kehadirannya. Sejarah pun telah mencatat bahwa sejak ditemukan senjata bom nuklir, agresi intraspecies pada manusia menjadi
lebih efektif dan efisien. Tragedi Hiroshima dan Nagasaki merupakan bukti bahwa senjata mampu mengefisiensikan pemusnahan ratusan ribu manusia.
6. Provokasi Peranan provokasi turut mengambil bagian dalam kemunculan agresi.
Penelitian Wolfgang dalam Koeswara 1988 :106 mengemukakan bahwa tiga perempat dari 600 pembunuhan yang diselidikinya terjadi karena adanya
provokasi dari korban.
7. Alkohol dan Obat-obatan Krahé 2005 :129 menyebutkan bahwa dalam pengaruh alkohol, waktu yang
dibutuhkan individu untuk memperhatikan sesuatu menjadi berkurang, sehingga
xxxvii hanya stimulus negatif yang paling menonjol yang akan keluar sebagai tindakan
agresif. 8. Suhu Udara
Suhu udara adalah faktor yang jarang diperhatikan oleh para peneliti agresi meski sesungguhnya ada dugaan suhu udara memiliki pengaruh terhadap tingkah
laku, termasuk tingkah laku agresif. Krahé 2005 :147 menyatakan bahwa tindakan kriminal lebih banyak terjadi di daerah yang memiliki temperatur udara
tinggi daripada di daerah yang memiliki temperatur udara rendah.
G. Dampak Agresi