Tabel 4.5. Lanjutan
30. Susunan menu makanan anak 1-2 tahun
44 51,
8 2
2,4 39 45,
9 85
10 31. Ibu mencuci tangan sebelum
mengolah makanan 22
25, 9
25 29,
4 38
44, 7
85 10
32. Sayuran dibersihkan sebelum diolah
13 15,
3 42
49, 4
30 35,
3 85
10 33. Tujuan menjaga kebersihan
tangan sebelum mengolah makanan
33 38.
8 28
32, 9
24 28,
2 85
10 34. Menyimpan makanan
37 45,
3 11
12, 9
37 43,
5 85
10
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa distribusi frekuensi pengetahuan ibu
tentang pola makan pada balita tertinggi pada kategori baik, yaitu 56 responden 65,9, dan terendah pada kategori tidak baik yaitu 29 responden 34,1, seperti
yang ditunjukkan pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Ibu tentang Pola Makan Anak Balita di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011
No. Pengetahuan
Jumlah n
1. Tidak Baik
29 34,1
2. Baik
56 65,9
Jumlah 85
100,0
4.2.2. Sikap Ibu
Pengukuran terhadap sikap ibu dalam memberikan pola makan pada balita terdiri dari ASI eksklusif, susu formula, dan MP-ASI, dilakukan dengan mengajukan
34 pertanyaan. Distribusi jawaban responden tentang sikap ibu dalam pemberian ASI, PASI dan MP-ASI seperti terlihat pada Tabel 4.7. menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
tanggapan responden dalam pemberian ASI eksklusif lebih banyak menjawab tidak setuju. Hal yang berbeda atau dijawab setuju oleh responden diantaranya bayi setelah
lahir sebaiknya langsung diberi ASI tanpa didahului susu formula dan pemberian ASI tidak menyebabkan kemungkinan sakit perut dan diare pada bayi. Pertanyaan sikap
tentang susu formula, dijawab setuju oleh responden. Responden dalam memberikan susu formula kepada bayinya sesuai anjurkan kesehatan dalam pemberian ASI
eksklusif, susu formula dan MP-ASI seperti bayi tidak dianjurkan minum susu formula di bawah usia 6 bulan karena penggunaan susu formula dapat menyebabkan
balita mengalami diare disebabkan kurang higiene botol susu dalam pemberian susu formula. Dalam hal pertanyaan sikap tentang MP-ASI cenderung dijawab tidak
setuju. Responden merasa pengelolaan MP-ASI yang diberikan kepada balita yang dianjurkan kesehatan belum tentu dapat menyebabkan pertumbuhan dan
perkembangan balita dengan baik, seperti terinci pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7. Distribusi Jawaban Responden tentang Sikap Ibu dalam Pola Makan Anak Balita di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011
No .
Sikap Setuju
Tidak Setuju
Total n
n n
1. Bayi setelah lahir langsung diberi asi tanpa
didahului susu formula 47 55,3
38 44,7 85 100
2. ASI yang pertama kali keluar kolostrum tidak
boleh dibuang 29 34,1
56 65,9 85 100
3. Pemberian ASI selama 6 bulan penting untuk
bayi 33 38,8
52 61,2 85 100
4. Pemberian ASI sangat perlu bagi bayi sampai
umur 2 tahun dengan pemberian makanan tambahan setelah usia bayi 6 bulan
40 47,1 45 52,9 85
100 5.
Frekuensi pemberian ASI diberikan sesering mungkin tanpa jadwal
28 32,9 57 67,1 85
100 6.
ASI mengandung zat antibodi kekebalan tubuh terutama dalam air susu yang pertama
kali keluar kolostrum 37 43,5
48 56,5 85 100
7. ASI dapat mengurangi kemungkinan sakit
perut dan diare pada bayi 45 52,9
40 47,1 85 100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.7. Lanjutan
8. Ibu mengatur jadwal untuk tetap menyusui atau
memerah ASI agar bisa diberikan pada bayi jika harus bekerja atau beraktifitas di luar rumah
40 47,1
45 52,9
85 100
9. Bayi usia 0-6 bulan diberi kan susu formula
38 44,7
47 55,3
85 100
10. Pemberian susu formula pada bayi usia kurang dari
6 bulan jika ASI tidak cukup tidak keluar 71
83,5 14
16,5 85
100 11.
Pemberian susu formula harus sesuai dengan umur bayi
84 98,8
1 1,2
85 100
12. Penggunaan susu formula dapat memudahkan bayi
terkena alergi dan diare 83
97,6 2
2,4 85
100 13.
Susu formula tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi sebaik ASI
83 97,6
2 2,4
85 100
14. Pemberian susu formula pada bayi diberikan hanya
pada saat lapar 73
85,9 12
14,1 85
100 15.
Pembuatan susu formula yang tidak baik dapat membuat bayi diare
76 89,4
9 10,6
85 100
16. Botol susu yang digunakan untuk memberi susu
pada bayi direbus dengan air mendidih 67
78,8 18
21,2 85
100 17.
Cincin dan dot susu dibersihkan sebelum digunakan kembali
64 75,3
21 24,7
85 100
18. Pembuatan susu formula harus sesuai dengan
petunjuk di label susu 60
70,6 25
29,4 85
100 19.
Air masak dan masih hangat digunakan untuk mencampur susu formula
46 54,1
39 45,9
85 100
20. Tidak boleh memberikan susu formula yang
dibiarkan di ruangan selama lebih dari 1 jam 39
45,9 46
54,1 85
100 21.
Makanan tambahan MP-ASI diberikan pada bayi setelah berusia 6 bulan
55 64,7
30 35,9
85 100
22. MP-ASI diberikan untuk memenuhi kebutuhan gizi
anak karena tidak dapat dipenuhi oleh ASI seiring pertambahan usia dan perumbuhan anak
30 35,9
55 64,7
85 100
23. Pemberian makanan lain seperti pisang wak pada
bayi berusia kurang dari 6 bulan dapat menganggu pencernaan bayi
42 49,4
43 50,6
85 100
24. Pada usia 6 bulan makanan lumat bubur diberikan
pada bayi 49
57,6 36
42,4 85
100 25.
Makanan lumat tersebut diberikan 2 kali sehari 43
50,6 42
49,4 85
100 26.
Pada usia 9 bulan makanan lembik nasi tim diberikan pada bayi
58 69,4
26 30,6
85 100
27. Makanan lembik tersebut diberikan 4-5 kali sehari
13 15,3
72 84,7
85 100
28. Makanan orang dewasa diberikan setelah bayi
berusia 2 tahun 26
30,6 59
69,4 85
100 29.
Ibu selalu membersihkan tangan dengan sabun sebelum mengolah makanan
21 24,7
64 75,3
85 100
30. Makanan dioalah dari makanan yang bersih dan
aman 31
36,5 54
63,5 85
100 31.
Makanan disimpan dan disajikan pada tempat yang bersih dan aman
39 45,9
46 54,1
85 100
32. Keluarga menggunakan bahan makanan segar untuk
menu makana balita 34
40 51
60,0 85
100 33.
Makanan mengandung pengawet dan berlemak perlu dihindarkan dari menu makanan balita
65 76,5
20 23,5
85 100
34. Makanan jajanan pinggir jalan yang dikemas
dengan baik tertutup boleh diberikan pada balita 57
67,1 28
32,9 85
100
Universitas Sumatera Utara
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi frekuensi sikap ibu dalam pola makan pada balita tertinggi pada kategori baik, yaitu 48 responden 56,5 dan
terendah pada kategori tidak baik yaitu 37 responden 43,5, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Sikap Ibu dalam Pola Makan Anak Balita di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011
No. Sikap Ibu
Jumlah n
1. Tidak Baik
37 43,5
2. Baik
48 56,5
Jumlah 85
100
4.2.3.
Tindakan Ibu
Pengukuran terhadap tindakan ibu dalam memberikan pola makan pada balita terdiri dari ASI eksklusif, susu formula, dan MP-ASI, dilakukan dengan mengajukan
22 pertanyaan. Distribusi jawaban responden dalam memberikan pola makan pada balita dapat disajikan sebagai berikut: ibu menyatakan dalam melakukan pola makan
melalui pemberian ASI ibu dilaksanakan dengan baik. Namun dalam hal aktivitas di luar rumah, ibu tidak memberikan ASI eksklusif kepada bayinya karena
ketidaktersediaan ASI perah membuat bayi diberi susu formula. Pertanyan tentang pemberian susu formula lebih banyak menjawab benar. Tindakan ibu dalam
pemberian susu formula sudah sesuai dengan usia, takaran dan frekuensi yang diberikan kepada balita. Hal ini berbeda dalam hal tindakan ibu membuat susu
dengan menggunakan air mineral atau air dingin, dan juga susu yang sudah dibuat dibiarkan lebih satu jam di ruangan, masih diberikan kepada balita.
Universitas Sumatera Utara
Pemberian makanan tambahan ASI, keseluruhan tidak dilakukan dengan baik. Responden dalam memberikan makanan tambahan belum sesuai dengan usia balita,
tekstur, jumlahbanyaknya dan kebersihan makanan itu sendiri. Ibu balita cenderung memberikan makanan tambahan pada usia bayi di bawah enam bulan, dengan kondisi
tubuh yang belum dapat mengelola makanan dengan tekstru lembik atau padat, bahkan responden dalam membersihkan peralatan makan anak tanpa menggunakan
sabun dan tidak menyimpannya di tempat yang bersih yang dapat menyebabkan kejadian diare, seperti tertuang pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Distribusi Jawaban Responden tentang Tindakan Ibu dalam Pola Makan Anak Balita di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011
No. Tindakan
Benar Salah
Total n
n n
1. Tindakan pertama kali yang dilakukan ibu pada
bayi setelah lahir 78
91,8 7
8,2 85
100 2.
Usia bayi yang diberikan ASI saja oleh ibu 54
63,5 31
36,5 85
100 3.
Waktu Ibu menyusui bayi 72
84,7 13
15,3 85
100 4.
Frekuensi ibu menyusukan bayi dalam sehari 62
72,9 23
27,1 85
100 5.
Ibu berhenti menyusukan bayi 72
84,7 13
15,3 85
100 6.
Cara ibu dapat memberikan ASI Eksklusif bila memiliki kegiatan di luar rumah
40 47,1
45 52,9
85 100
7. Usia bayi pertama kali diberi susu formula oleh ibu
54 63,5
31 36,5
85 100
8. Yang perlu ibu lakukan sebelum membuat susu
formula 43
50,6 42
49,4 85
100 9.
Tindakan ibu sebelum membuat susu formula 44
51,8 41
48,2 85
100 10.
Bagian botol susu yang perlu ibu dibersihkan 43
50,6 42
49,4 85
100 11.
Air yang ibu gunakan untuk membuat susu formula 33
38,8 52
61,2 85
100 12.
Tindakan ibu terhadap susu formula yang dibiarkan berada di ruangan lebih dari 1 jam
31 36,5
54 63,5
85 100
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.9. Lanjutan Distribusi Jawaban Responden tentang Tindakan Ibu dalam Pola Makan Anak Balita di Kecamatan Tanjung Morawa
Tahun 2011
13. Ibu mulai memberikan makanan tambahan kepada anak
27 31,8 5
8 68,2
8 5
10 14. Frekuensi ibu memberikan makanan pada
anak 37 43,5
4 8
56,5 8
5 10
15. Jenis makanan yang pertama kali ibu berikan
27 31,8 5
8 68,2
8 5
10 16. Cara ibu memberikan makanan pada anak
40 47,1 4
5 52,9
8 5
10 17. Tindakan ibu dalam menghindari saat
membuat makanan anak 25 29,4
6 70,6
8 5
10 18. Tindakan yang dilakukan ibu sebelum
mengolah makanan anak 34 40,0
5 1
60,0 8
5 10
19. Bahan makanan yang ibu gunakan untuk membuat makanan anak
15 17,6 7
82,4 8
5 10
20. Tindakan ibu sebelum mengolah bahan makanan segar sayuran
36 42,4 4
9 57,6
8 5
10 21. Tempat ibu menyimpan makana anak
20 23,5 6
5 76,5
8 5
10 22. Tindakan ibu dalam menjaga kebersihan
peralatan makan anak 42 49,4
4 3
50,6 8
5 10
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan ibu dalam pemberian pola makan meliputi ASI, PASI, MP-ASI dan makanan keluarga berdasarkan kelompok
umur anak balita 1 sampai 2 tahun, tertinggi melakukan tindakan baik yaitu 25 responden 58,1. Dari umur anak balita di atas 2 sampai 3 tahun, tertinggi
melakukan tindakan tidak baik yaitu 9 responden 69,2 Dari umur anak balita di atas 3 sampai 5 tahun, tertinggi melakukan tindakan tidak baik yaitu 17 responden
58,6.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.10. Distribusi Tindakan Ibu tentang Pola Makan Berdasarkan Umur Anak Balita di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011
No. Umur Anak Balita
Tahun Tindakan
Total Tidak Baik
Baik n
n n
1. 1 - 2
18 41,9
25 58,,1
43 100
2. 2 - 3
9 69,2
4 30,8
13 100
3. 3 - 5
17 58,6
12 41,4
29 100
Total 44
51,8 41
48,2 85
100 4.2.4.
Kejadian Diare pada Balita
Hhasil penelitian seperti diuraikan pada Tabel 4.11 diperoleh dari umur balita 1 sampai dengan 2 tahun, balita tidak mengalami diare yaitu 22 responden 51,2.
Dari balita berumur 2 sampai dengan 3 tahun, lebih banyak balita mengalami diare yaitu 8 responden 61,5. Dari balita berumur di atas 3 sampai dengan 5 tahun lebih
banyak balita mengalami diare yaitu 16 responden 55,2.
Tabel 4.11. Distribusi Kejadian Diare Anak Balita Berdasarkan Umur di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011
No. Umur Anak Balita
Tahun Kejadian Diare
Total Diare
Tidak Diare
n n
n
1. 1 - 2
21 48,8
22 51,2
43 100
2. 2 - 3
8 61,5
5 38,5
13 100
3. 3 - 5
16 55,2
13 44,8
29 100
Total 45
52,9 40
47,1 85
100 4.2.5.
Hubungan Pengetahuan dengan Kejadian Diare pada Balita
Ibu memiliki pengetahuan tentang pemberian pola makan tertinggi kategori
baik. Dari 56 responden memiliki pengetahuan baik, terdapat 25 orang 44,6 balita
Universitas Sumatera Utara
mengalami kejadian diare. Dari 29 responden yang berpengetahuan tidak baik, terdapat 20 orang 69 balita mengalami kejadian diare.
Hasil analisis bivariat antara tingkat pengetahuan ibu dengan kejadian diare pada balita dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p = 0,041. Artinya ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu tentang pola makan pada balita \dengan kejadian diare di Kecamatan Tanjung Morawa. Hasil penelitian yang lebih
rinci disajikan dalam Tabel 4.12.
Tabel 4.12. Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Pola Makan Anak Balita dengan Kejadian Diare di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun
2011
No. Pengetahuan
Ibu Kejadian Diare
Total P
value Diare
Tidak Diare
n n
n
1. Tidak Baik
20 69,0
9 31,0
29 100
0,041 2.
Baik 25
44,6 31
55,4 56
100
Total 45
52,9 40
47,1 85
100
4.2.6.
Hubungan Sikap Ibu tentang Pola Makan pada Balita dengan Kejadian Diare
Responden dalam menyikapi pola makan yang diberikan kepada balita
tertinggi kategori baik. Dari 48 responden memiliki sikap yang baik, terdapat 20 orang 41,7 balita mengalami. Dari 37 responden yang bersikap tidak baik,
terdapat 25 orang 67,6 balita mengalami diare. Hasil analisis bivariat antara sikap ibu dengan kejadian diare pada balita
dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p = 0,028. Artinya ada hubungan
Universitas Sumatera Utara
yang signifikan antara sikap ibu tentang pola makan pada baliata dengan kejadian diare di Kecamatan Tanjung Morawa. Hasil penelitian yang lebih rinci disajikan
dalam Tabel 4.13.
Tabel 4.13. Hubungan Sikap Ibu tentang Pola Makan Anak Balita dengan Kejadian Diare di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011
No. Sikap Ibu
Kejadian Diare Total
P value
Diare Tidak
Diare n
n n
1. Tidak Baik
25 67,6
12 32,4
37 100 2.
Baik 20
41,7 28
58,3 48 100
0,028
Total 45
52,9 40
47,1 85
100
4.2.7.
Hubungan Tindakan Ibu tentang Pola Makan pada Balita dengan Kejadian Diare
Tindakan responden dalam memberikan pola makan kepada balita tertinggi
kategori tidak baik. Dari 41 responden memiliki tindakan yang baik, terdapat 13 orang 31,7 balita mengalami diare. Dari 44 responden yang memiliki tindakan
tidak baik, terdapat 32 orang 72,7 balita mengalami diare. Hasil analisis bivariat antara tindakan ibu dengan kejadian diare pada balita
dengan menggunakan uji chi square didapat nilai p = 0,000. Artinya ada hubungan yang signifikan antara tindakan ibu tentang pola makan pada balita dengan kejadian
diare di Kecamatan Tanjung Morawa. Hasil penelitian yang lebih rinci disajikan dalam Tabel 4.14.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.14. Hubungan Tindakan Ibu tentang Pola Makan Anak Balita dengan Kejadian Diare di Kecamatan Tanjung Morawa Tahun 2011
No. Tindakan Ibu
Kejadian Diare Total
P value
Diare Tidak
Diare n
n n
1. Tidak Baik
32 72,7
12 27,3
44 100 2.
Baik 13
31,7 28
68,3 41 100
0,000
Total 45
52,9 40
47,1 85
100 4.3.
Analisis Pengaruh Perilaku Ibu tentang Pola Makan Anak Balita terhadap Kejadian Diare
Berdasarkan Tabel 4.15 yang disajikan diperoleh hasil uji regresi logistik berganda varibel perilaku tentang pola makan pengetahuan, sikap dan tindakan
memengaruhi kejadian diare di Kecamatan Tanjung Morawa. Variabel sikap dengan nilai p =0,017 0,05,
β = 1,238 dan Exp β= 3,448, berarti sikap ibu yang kurang baik berpeluang 3,448 kali lebih tinggi kejadian diare
pada balita dibandingkan dengan sikap ibu yang baik. Sikap bukan merupakan faktor penyebab langsung terhadap kejadian diare pada balita.
Variabel tindakan dengan nilai p=0,001 0,05, β = 1,746 dan Exp= 5,732,
berarti tindakan ibu dalam memberikan pola makan yang kurang baik berpeluang 5,732 kali lebih banyak kejadian diare pada balita dibandingkan tindakan ibu yang
baik. Tindakan ibu dalam memberikan pola makan merupakan faktor penyebab langsung terhadap kejadian diare. Variabel tindakan lebih dominan memengaruhi
kejadian diare pada balita, karena memiliki nilai koefisien regresi β yang paling
besar, yaitu 1,746.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.15. Hasil Uji Regresi Logistik Ganda Pengaruh Perilaku Ibu tentang Pola Makan Anak Balita terhadap Kejadian Diare di Kecamatan
Tanjung Morawa Tahun 2011
Variabel Β Koef.
Regresi Wald
P value ExpB
Pengetahuan 0,828
2,356 0,125
2,289 Sikap
1,238 5,672
0,017 3,448
Tindakan 1,746
11,576 0,001
5,732 Constant
-6,054 15,278
0,000 0,002
Berdasarkan hasil analisis multivariat di atas, maka dapat diketahui model persamaan regresi logistik adalah sebagai berikut :
Ŷ = 1
1 + e
– -6,054
Keterangan :
+ 0,828X1 + 1,238X2 + 1,746X3
Ŷ = Kejadian diare pada balita
β
1,
β
2.,
β
3,
X = Konstanta betha tiap variabel independen yang diteliti
1
X = Pengetahuan
2
X = Sikap
3
e = Error tingkat kesalahan yaitu 0,05 5
= Tindakan
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 PEMBAHASAN