c. Pencegahan tersier
Sasaran pencegahan tingkat ketiga adalah penderita penyakit diare dengan maksud jangan sampai bertambah berat penyakitnya atau terjadi komplikasi. Bahaya
yang dapat diakibatkan oleh diare adalah kurang gizi dan kematian. Kematian akibat diare disebabkan oleh dehidrasi, yaitu kehilangan banyak cairan dan garam dari
tubuh. Diare dapat mengakibatkan kurang gizi dan memperburuk keadaan gizi yang telah ada sebelumnya. Hal ini terjadi karena selama diare biasanya penderita susah
makan dan tidak merasa lapar sehingga masukan zat gizi berkurang atau tidak ada sama sekali.
2.3.3. Klasifikasi Diare
Klasifikasi diare dapat dikelompokkan menjadi : Hidayat, 2005 : a. Diare Dehidrasi Berat
Diare dehidrasi berat jika terdapat tanda sebagai berikut letargis atau mengantuk atau tidak sadar, mata cekung, serta turgor kulit jelek. Penatalaksanaannya yaitu
lakukan pemasangan infuse, berikan cairan IV Ringer Laktat, pemberian ASI sebaiknya tetap diberikan, pertahankan agar bayi dalam keadaan hangat dan kadar
gula tidak turun. b. Diare Dehidrasi Sedang atau Ringan
Diare ini mempunyi tanda seperti gelisah atau rewel, mata cekung, serta turgor kulit jelek. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih lama untuk
setiap kali pemberian, berikan oralit, ajari ibu cara membuat oralit, lanjutkan
Universitas Sumatera Utara
pemberian ASI, berikan penjelasan kapan harus segera dibawa kepetugas kesehatan.
c. Diare Tanpa Dehidrasi Diare tanpa dehidrasi jika hanya ada salah satu tanda pada dehidrasi berat atau
ringan. Penatalaksanaannya berikan ASI lebih sering dan lebih lama setiap kali pemberian, berikan cairan tambahan yaitu berupa oralit atau air matang sebanyak
bayi mau, ajari pada ibu cara memberikan oralit dengan memberi 6 bungkus oralit, anjurkan pada ibu jumlah oralit yang diberikan sebagai tambahan cairan, anjurkan
untuk meminum sedikit tapi sering. d. Diare Persisten
Diare persisten apabila terjadi diare sudah lebih dari 14 hari. Tindakan dan pengobatan untuk mengatasi masalah diare persisten dan disentri dalam
manajemen balita sakit adalah sebagai berikut : atasi diare sesuai dengan tingkat diare dan dehidrasi, pertahankan kadar gula agar tidak turun, anjurkan agar bayi
tetap hangat, lakukan rujukan segera. e. Disentri
Apabila diare disertai darah pada tinja dan tidak ada tanda gangguan saluran pencernaan. Tindakan dan pengobatan sama dengan diare persisten.
2.4. Landasan Teori
Konsep Blum menjelaskan bahwa status kesehatan itu dipengaruhi oleh 4 faktor utama yaitu, lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan
Universitas Sumatera Utara
hereditas. Dari semua faktor tersebut, perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah lingkungan yang memengaruhi status kesehatan.
Menurut Green dalam Notoatmodjo 2007 ada 3 faktor yang memengaruhi perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut :
1 Faktor yang mempermudah presdisposing factor yang mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat
terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, system nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya.
2 Faktor pendukung Enabling factor antara lain ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat.
3 Faktor pendorong Reinforcing factor yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan sikap suami, orang tua tokoh masyarakat
atau petugas kesehatan. Konsep Bloom dan Green tersebut dapat diilustrasikan seperti pada bagan
Hubungan Status Kesehatan, Perilaku, dan Pendidikan atau Promosi Kesehatan di bawah ini :
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.1. Landasan Teori
Keturunan
Pelayanan Status Kesehatan
Lingkungan Kesehatan
Perilaku
Predisposing Enabling
Reinforcing Factors
Factors Factors
Pengetahuan, sikap ketersediaan sumber- sikap dan perilaku petugas,
kepercayaan, tradisi, sumberfasilitas peraturan UU, dll
nilai, dsb Komunikasi
Pemberdayaan Training
Penyuluhan Masyarakat
Pemberdayaan Sosial
Promosi Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2. Kerangka Konsep 2.5. Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
Berdasarkan kerangka konsep di atas maka dapat kita lihat bahwa perilaku ibu tentang pola makan dalam pengetahuan, sikap dan tindakan dapat memengaruhi
kejadian diare pada anak balita.
Tindakan Ibu tentang Pola Makan pada Balita
Kejadian Diare
Pengetahuan Ibu tentang Pola Makan pada Balita
Sikap Ibu tentang Pola Makan pada Balita
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah explanatory survey yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh antara perilaku ibu tentang pola makan balita terhadap
kejadian diare di Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2011.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah di Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang yang merupakan wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa Pekan dan
Puskesmas Dalu Sepuluh. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja purposive. Alasan pemilihan lokasi karena berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli
Serdang tahun 2010 diketahui bahwa Kecamatan Tanjung Morawa berada pada urutan ke-3 terbesar kejadian diare yaitu 2.250 kasus. Puskesmas Tanjung Morawa
Pekan merupakan puskesmas rawat inap dan memberikan pelayanan prima. Berdasarkan data tersebut dapat diasumsikan bahwa pada masing-masing puskesmas
dapat dijumpai balita yang akan dijadikan sampel penelitian. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2011.
Universitas Sumatera Utara