Pencegahan Diare a. Pencegahan Primer

dengan kejadian diare yang menggunakan desain penelitian cross sectional menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sanitasi lingkungan dengan kejadian diare dengan nilai p=0,000p0,05. Berdasarkan hasil penelitian Susanto, dkk 2004 diketahui bahwa kesehatan lingkungan keluarga yang tidak baik berpengaruh terhadap periode dan durasi kejadian diare anak umur 6 – 59 bulan. Keluarga di daerah penelitian dengan sarana penyediaan air bersih dan WC yang baik memiliki risiko terkena penyakit diare lebih kecil. Hasil studi yang dilakukan Kosek et.al episode diare pada anak usia di bawah 5 tahun di Negara-negara berkembang 3,2 per anak per tahun. Ditinjau dari lamanya menderita diare, Irianto et. al menyatakan balita dengan keadaan lingkungan yang tidak baik 2,35 lebih lama menderita diare, sedangkan pada hasil penelitiannya 2,69 kali.

2.3.2. Pencegahan Diare a. Pencegahan Primer

Pencegahan tingkat pertama ini dilakukan pada masa prepatogenesis dengan tujuan untuk menghilangkan faktor resiko terhadap diare. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan dalam pencegahan primer yaitu : 1 Pemberian Air Susu Ibu ASI Berikan hanya ASI selama 4-6 bulan pertama kemudian teruskan pemberian ASI paling sedikit untuk 1 tahun pertama. Saat mengalami diare berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi dan teruskan ASI. Bila anak tidak mendapat ASI berikan susu yang biasa diberikan. Untuk anak kurang dari 6 bulan dan belum Universitas Sumatera Utara mendapatkan makanan padat dapat diberikan susu yang diencerkan dengan air yang sebanding selama 2 hari Herry, 2005. 1 Memperbaiki Cara Penyapihan Berikan makanan sapihan yang bersih dan bergizi mulai usia 4-6 bulan, makanan yang diberikan adalah yang tidak merangsang misalnya pedas, asam atau masakan yang berbumbu. Selain itu, pilihlah bahan makanan yang tidak keras, namun harus lembut seperti bubur nasi atau roti panggang. 2 Pemberian Makanan Pendamping ASI Pemberian makanan pendamping ASI adalah saat bayi secara bertahap mulai dibiasakan dengan makanan orang dewasa. Pada masa tersebut merupakan masa yang berbahaya bagi bayi sebab perilaku pemberian makanan pendamping ASI dapat menyebabkan meningkatnya resiko terjadinya diare ataupun penyakit lain yang menyebabkan kematian. Perilaku pemberian makanan pendamping ASI yang baik meliputi perhatian kapan, apa dan bagaimana makanan pendamping ASI diberikan. 3 Menggunakan Air Bersih yang cukup Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur fecal-oral mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan atau benda yang tercemar dengan tinja misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air yang benar-benar bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil dibandingkan dengan masyarakat yang tidak Universitas Sumatera Utara mendapatkan air bersih. Masyarakat dapat mengurangi resiko terhadap serangan diare yaitu dengan menggunakan air yang bersih dan melindungi air tersebut dari kontaminasi mulai dari sumbernya sampai penyimpanan di rumah. 4 Mencuci Tangan Kebiasaan yang berhubungan dengan kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan. Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makanan anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare. 5 Pengolahan sampah Sampah ada sebagai akibat dari sisa-sisa aktivitas manusia. Sesuatu yang telah diambil manfaatnya oleh manusia akan dibuang sebagai sampah. Akan tetapi, pembuangan sampah yang tidak terkendali dengan baik akan kembali pada manusia sebagai bom waktu yang siap menimbulkan berbagai macam masalah penyakit. Tumpukkan sampah merupakan tempat yang kondusif untuk perkembangbiakan kuman dan bakteri penyebab utama penyakit. Kuman dan bakteri tersebut kemudian ditularkan pada manusia melalui tikus, lipas, lalat, kutu, kecoak, nyamuk, dan lain sebagainya. Jadi, pencegahan penyakit diare yang pertama dan utama adalah pengelolaan sampah dengan baik. Pengelolaan sampah merupakan masalah kolektif yang perlu disadari oleh semua orang Anneahira, 2011. Universitas Sumatera Utara 6 Menggunakan Jamban Pengalaman di beberapa negara membuktikan bahwa upaya penggunaan jamban mempunyai dampak yang besar dalam penurunan resiko terhadap penyakit diare. Keluarga yang tidak mempunyai jamban harus membuat jamban, dan keluarga harus buang air besar di jamban. Menggunakan jamban tertutup dan membuang tinja bayi secara baik dan benar gunakan jamban untuk anak kecil, buang secepatnya tinja dengan cara memasukannya ke dalam jamban atau menguburkan. 7 Membuang Tinja Bayi yang Benar Banyak orang beranggapan bahwa tinja anak bayi itu tidak berbahaya. Hal ini tidak benar karena tinja bayi dapat pula menularkan penyakit pada anak-anak dan orangtuanya. 8 Imunisasi campak Diare sering timbul menyertai campak sehingga pemberian iimunisasi campak juga dapat mencegah diare oleh karena itu beri anak imunisasi campak segera setelah berumur 9 bulan. Anak harus diimunisasi terhadap campak secepat mungkin setelah usia 9 bulan. Diare dan disentri sering terjadi dan berakibat berat pada anak-anak yang sedang menderita campak dalam 4 mingggu terkahir. Hal ini sebagai akibat dari penurunan kekebalan tubuh penderita. Selain imunisasi campak, anak juga harus mendapat imunisasi dasar lainnya seperti imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC, imunisasi DPT untuk mencegah penyakit diptheri, pertusis dan tetanus, serta imunisasi polio yang berguna dalam pencegahan penyakit polio. Universitas Sumatera Utara

b. Pencegahan Sekunder

Dokumen yang terkait

Karakteristik Anak dan Ibu, Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2014

4 89 208

Gambaran Status Gizi Balita Pada Penderita Diare dan ISPA di Ruang Rawat Inap Bagian Anak RSU.H.Adam Malik Medan Periode Januari sampai Juni Tahun 2000

1 38 45

Pengaruh Pola Asuh terhadap Status Gizi Anak Balita di Kecamatan Sukamakmur Kabupaten Aceh Besar

3 41 99

Pengaruh Pola Asuh Ibu terhadap Status Gizi Balita Keluarga Miskin di Kecamatan Panyabungan Utara Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2011

3 53 96

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Tindakan Ibu Terhadap Kejadian Diare Pada Balita Di Kelurahan Tanjung Sari Tahun 2011

0 54 75

Analisis Kejadian Diare pada Anak Balita di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

1 48 110

Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Diare dan Kondisi Jamban Dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita Di Desa Blimbing Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen Tahun 2011

1 32 98

PENGARUH PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DAN POLA PEMBERIAN MAKAN TERHADAP KEJADIAN GIZI Pengaruh Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dan Pola Pemberian Makan Terhadap Kejadian Gizi Kurang Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Gajahan Surakarta.

0 3 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit surakarta.

0 2 12

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENATALAKSANAAN DIARE DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Penatalaksanaan Diare dengan Kejadian Diare Pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Pucangsawit surakarta.

0 3 13