lingkungan di sekitarnya, dibutuhkan standar operasional prosedur kemoterapi yang menjadi acuan bagi petugas kesehatan untuk melakukan
pemberian kemoterapi yang aman. Prosedur pelaksanaan yang dilakukan dengan baik dan sesuai SOP dapat meminimalisir risiko. Untuk itu maka saat
ini para ahli riset kanker telah berupaya dan berlomba lomba untuk menciptakan obat-obatan baru yang lebih efektif namun relatif memiliki efek
samping yang lebih minimal bagi kualitas hidup pasien Barron. 2010. Laporan penelitian yang menunjukan bahwa kemoterapi praoperasi
dapat mengurangi 50 besar tumor pada lebih dari 90 kasus. Tanpa kemoterapi pasien tersebut memerlukan tindakan bedah yang lebih berat,
yaitu mastektomi Saryono, 2008. Berdasarkan hasil observasi peneliti jumlah Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan pada Bulan April
Tahun 2012 sebanyak 162 orang, dan 58 orang yang menjalani kemoterapi. Dengan demikian, berdasarkan hasil penjelasan diatas peneliti tertarik
untuk meneliti tentang bagaimanakah pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara di Hope Clinic Medan.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah “ bagaimanakah pengetahuan tentang pengobatan kemoterapi pada
pasien kanker payudara? ” .
Universitas Sumatera Utara
3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengetahuan Tentang Pengobatan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic
Medan.
4. Manfaat Penelitian
4.1 Bagi Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada mahasiswa mengenai pengetahuan tentang
pengobatan kemoterapi pada pasien kanker payudara.
4.2 Bagi Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi Praktisi Keperawatan mengenai bahan acuan yang efektif yang dapat
digunakan oleh perawat dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya.
4.3 Bagi Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pedoman dalam bidang penelitian agar dapat meningkatkan mutu asuhan
keperawatan, khususnya pada pasien kanker payudara.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengetahuan
1.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya mata, hidung,
telinga, dan sebagainya. Penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sampai dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.
Sebagian besar pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh indra pendengaran telinga, dan indra penglihatan mata Notoatmodjo, 2005.
1.2 Tingkatan Pengetahuan
Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besar dibagi menjadi beberapa
bagian, yaitu:
1.2.1 Tahu
Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Pernyataan-
pernyataan dapat digunakan untuk mengetahui atau mengukur bahwa
orang tahu sesuatu. 1.2.2
Memahami
Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tetapi dapat secara tidak sadar dapat menyebutkan, tetapi
Universitas Sumatera Utara
orang tersebut harus dapat menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya tersebut.
1.2.3 Aplikasi
Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain. 1.2.4
Analisis
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-
komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai
pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokan, membuat bagan
diagram terhadap pengetahuan atas objek tersebut. 1.2.5
Sintesis
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakan dalam suatu hubungan yang logis dari
komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari
formulasi-formulasi yang telah ada. 1.2.6
Evaluasi
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.
Universitas Sumatera Utara
Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat
Notoatmodjo, 2005.
1.3 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
1.3.1 Pendidikan
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah seseorang untuk
menerima informasi. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang yang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah
pula. Pengetahuan tidak mutlak didapat dari pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non formal.
1.3.2 Media Massa Informasi
Teknologi yang maju terdiri dari berbermacam – macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang
inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi berbagai bentuk media massa mempunyai pengaruh besar tehadap pembentukan opini dan
kepercayaan orang. Media massa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang. 1.3.3
Sosial budaya dan Ekonomi
Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan
demikian seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukannya. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan
Universitas Sumatera Utara
tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan
seseorang.
1.3.4 Lingkungan
Lingkungan perperan terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini
terjadi karena adanya reaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu. 1.3.5
Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Pengalaman belajar dalam bekerja yang
dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar selama bekerja akan dapat
mengembangkan kemampuan mengambil keputusan. 1.3.6
Usia
Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap atau pola fikir seseorang. Semakin bertambah usia maka akan semakin bertambah
pula daya tangkap atu pola fikir seseorang, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin membaik. Saat dewasa madya individu
berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih
Universitas Sumatera Utara
banyak melakukan persiapan demi suksesnya upaya penyesuiaan diri menuju hari tua.
2. Kanker Payudara
2.1 Defenisi Kanker Payudara
Kanker adalah sekelompok penyakit dimana sel tumbuh, berkembang, berubah dan menduplikasikan diri di luar kendali. Kanker payudara adalah
pertumbuhan serta perkembangbiakan sel yang abnormal yang muncul pada jaringan payudara Dewi. 2009.
2.2 Faktor Resiko Terjadinya Kanker Payudara
Beberapa faktor resiko yang dapat menyebabkan seseorang menderita kanker payudara, diantaranya adalah:
2.2.1 Faktor Genetik
Kanker payudara terkait dengan keluarga kira-kira sebesar 20 , tetapi penyakit tersebut tidak menunjukan pola pewarisan yang
pasti. Pewarisan gen yang hanya menyebabkan sedikit peningkatan resiko kanker. Wanita yang dicurigai memiliki resiko kanker payudara
karena riwayat keluarga dapat dilakukan pengkajian terhadap individu yang memiliki resiko menderita kanker payudara dan kecenderungan
adanya mutasi genetik jika mutasi gen yang diwariskan dalam keluarga telah diidentifikasi, pengujian terhadap mutasi spesifik dapat
dilakukan pada setiap kerabat lain, baik yang menderita kanker ataupun tidak.
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Riwayat Menstruasi
Menstruasi pertama sebelum usia 12 tahun dan usia menopouse yang lambat yaitu setelah usia 55 tahun, akan
meningkatkan faktor resiko. Sedangkan wanita yang mengalami ooforektomi pramenopouse pada dasarnya mengalami penurunan
resiko menderita kanker payudara. 2.2.3
Usia
Usia adalah faktor lain yang sangat penting, wanita yang lebih tua memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita kanker
payudara dibandingkan dengan wanita yang lebih muda. Resiko ini
mulai meningkat mulai usia 40 tahun. 2.2.4
Riwayat Reproduksi
Wanita yang nulipara lebih beresiko menderita kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang sudah memiliki
keturunan, tetapi faktor resiko penting lainnya adalah usia wanita saat pertama kali hamil. Resiko kanker payudara pada wanita yang
memiliki anak pertama setelah ia berusia lebih dari 30 tahun memiliki resiko dua kali lipat dibandingkan dengan memiliki anak pertama
pada usia 20 tahun dan memiliki anak pertama dengan usia lebih dari 35 tahun tampak lebih beresiko menderita kanker payudara
dibandingkan wanita nulipara.
Universitas Sumatera Utara
2.2.5 Menyusui
Roesli 2010 mengatakan bahwa menyusui dapat mengurangi resiko kanker payudara pada ibu dan infeksi, alergi, dan autoimunitas
pada bayi. Dengan menyusui bayi selama 3 bulan atau lebih dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap kanker payudara.
2.2.6 Kontrasepsi Oral
Kanker payudara yang didiagnosis pada wanita yang pernah manggunakan kontrasepsi oral kombinasi kurang
progresif dibandingkan pada kanker yang didiagnosis pada wanita yang tidak
pernah menggunakan kontrasepsi oral. Pada sebuah penelitian ditemukan adanya sedikit peningkatan resiko didiagnosis kanker
payudara pada pengguna kontrasepsi oral dibandingkan dengan non pengguna.
2.2.7 Terapi Sulih Hormon
Penelitian yang menunjukan adanya peningkatan resiko kanker payudara pada klien terapi sulih hormon dalam jangka waktu yang
lama. Collaboratif Group on Hormonal Factors in Breast Cancer melakukan analisis ulan terhadap sebagian besar bukti epidemiologis
di seluruh dunia mangenai hubungan antara resiko kanker payudara dengan terapi sulih hormon. Mereka menemukan bahwa insiden
kumulatif kanker payudara pada wanita yang berusia antara 50 sampai 70 tahun, dan yang tidak pernah menjalani terapi sulih hormon sekitar
45 per 1000 wanita. Wanita yang mulai menjalani terapi sulih hormon
Universitas Sumatera Utara
pada usia 50 tahun dan menggunakannya selama 5 tahun, diperkirakan bahwa wanita yang didiagnosis kanker payudara memiliki resiko 2
kali lipat, dan apabila penggunaan selama 10 tahun maka penambahan jumlah ini akan meningkat sebanyak 6 kali lipat dan pada penggunaan
15 tahun akan meningkatkan sebanyak 12 kali lipat.
2.2.8 Pemajanan terhadap Radiasi
Korban kasus bom nuklir di Jepang yang selamat menunjukan peningkatan resiko terjadinya kanker payudara pada korban tersebut
yang terpajan radiasi nuklir. Banyak uji lain pada wanita yang mendapat radiasi ionisasi dosis tinggi untuk alasan medis juga
menunjukkan adanya peningkatan resiko.
2.2.9 Keadaan Geografis
Insiden dan mortalitas kanker payudara bervariasi antara yang satu dengan yang lainnya. Contohnya pada keluarga dari jepang
Negara dengan insiden rendah migrasi ke Amerika Negara dengan insiden tinggi, hasil uji menunjukan bahwa wanita generasi kedua
pada keluarga dari Jepang memiliki insidensi yang sama dengan insiden pada negara dimana tempat ia tinggal Andews, 2009.
2.3 Stadium Pada Kanker Payudara
American Joint Committee on Cancer Staging of Breast Carcinoma membagi stadium karsinoma menjadi :
Stadium 0 Ductal Carsinoma In Situ DCIS dan Lobular Carsinoma
In Situ LCIS
Universitas Sumatera Utara
Stadium I Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang serta
kelenjar getah bening negatif
Stadium IIA Karsinoma invasif dengan ukuran 2 cm atau kurang disertai
metastasis ke kelenjar getah bening atau karsinoma invasif lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dan kelenjar getah
bening negatif Stadium IIB
Karsinoma invasif dengan diameter lebih dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm dengan kelenjar getah bening positif, atau
karsinoma invasif berukuran lebih dari 5 cm dan kelenjar getah bening negatif
Stadium IIIA Karsinoma invasif ukuran berapapun dengan kelenjar getah
bening terfiksasi atau karsinoma berukuran garis tengah lebih dari 5 cm dengan metastasis kelenjar getah bening
nonfiksasi Stadium IIIB
karsinoma inflamasi, karsinoma yang menginvasi dinding
dada, karsinoma yang manginvasi kulit, atau setiap
karsinoma dengan metastasis ke kelenjar getah bening
Stadium IV karsinoma yang metastasis ke tempat yang jauh
Robins. 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Jenis Jenis Kanker Payudara
Jenis jenis kanker payudara yang umum terjadi antara lain:
2.4.1 Lobular Karsinoma Insitu
Kata insitu merupakan kanker yang tidak menyebar dari area dimana kanker mulai muncul. Pada LCIS Lobular Carsinoma Insitu
pertumbuhan jumlah sel jelas terlihat, berada didalam kelenjar susu lobules.
2.4.2 Ductal Karsinoma Insitu
Merupakan kanker payudara non invasif yang paling umum terjadi. DCIS Ductal Carsinoma Insitu sering sekali terdeteksi pada
mammogram sebagai microcalcifications tumpukan kalsium dalam jumlah kecil. Dengan deteksi dini, rata-rata tingkat bertahan hidup
penderita DCIS Ductal Carsinoma Insitu mencapai hasil hampir 100 , dengan catatan kanker tidak menyebar dari lobules mammae
ke jaringan lemak payudara dan bagian lain dari tubuh.
2.4.3 Infiltrating Lobular Karsinoma
Infiltrating Lobular Jarsinoma juga dikenal sebagai invasive lobular carsinoma. Infiltrating lobular carsinoma mulai terjadi di
dalam kelenjar susu lobules mammae, tetapi sering metastasis ke bagian tubuh yang lain.
2.4.4 Infiltrating Ductal Karsinoma
Infiltrating Ductal Karsinoma juga dikenal sebagai invasive ductal carsinoma. Infiltrating ductal carsinoma terjadi di dalam
Universitas Sumatera Utara
saluran susu payudara dan menjebol dinding saluran, menyerang jaringan lemak payudara dan kemungkinan terjadi dibagian tubuh
yang lain Dewi. 2009.
2.5 Pengobatan Kanker Payudara
2.5.1 Operasi
Secara umum semakin kecil tumor maka semakin dianjurkan untuk operasi, berikut adalah tipe tipe operasi:
a. Lumpectomy
Lumpektomi disebut juga sebagai partial mastectomysegmental mastectomy, mengangkat tumor dan membersihkan jaringan sekitar
tumor. Untuk ductal carsinoma insitu dan kanker yang invasif, biasanya terapi radiasi pada area yang terkena tumor diberikan.
b. Axillary Limph Node
Mengangkat titik titik kelenjar getah bening ketiak, kemudian sel kankernya diteliti oleh ahli patologi.
c. Sentinel Lymp Node Biopsy
Sentinel Lymp Node Biopsy merupakan suatu prosedur dimana
ahli bedah akan mencari dan kemudian mengangkat kelenjar getah bening utama pada ketiak yang langsung berhubungan dengan
payudara. Ahli patologi kemudian akan meneliti sel sel kankernya.
Universitas Sumatera Utara
2.5.2 Adjuvant Terapi
Adjuvan Terapi adalah pengobatan yang diberikan sebagai tambahan pengobatan setelah operasi.
a. Terapi Radiasi
Terapi ini menggunakan X-Ray berenergi tinggi atau partikel lain untuk membunuh sel kanker. Terapi ini diberikan secara regular
perminggu. Tujuannya adalah untuk mematikan sel kanker yang mungkin masih ada atau tertinggal di area tumor yang sudah dioperasi,
mengecilkan ukuran tumor sebelum dioperasi. b.
Kemoterapi
Kemoterapi adalah suatu cara pengobatan dengan menggunakan suatu obat yang fungsinya adalah untuk membunuh sel kanker. Sistemik
kemoterapi adalah obat kemoterapi yang dialirkan lewat pembuluh darah, targetnya adalah membunuh sel kanker yang ada di tubuh.
c. Hormon Terapi
Terapi hormon berguna bagi pasien yang biopsinya menunjukan hasil positif untuk estrogen reseptor ER+ dan progesteron reseptor
PR+ tipe kanker ini berarti pertumbuhannya dipengaruhi oleh hormon sehingga diperlukan obat untuk memblok hormon untuk membatasi
pertumbuhannya.
Universitas Sumatera Utara
d. Targeted Terapi
Target terapi adalah obat yang bekerja untuk menghentikan aksi dari protein abnormal yang menyebabkan sel kanker tumbuh dan
membelah tak terkontrol Dewi. 2009.
3. Kemoterapi
3.1 Defenisi Kemoterapi
Kemoterapi adalah suatu cara pengobatan dengan menggunakan suatu obat yang fungsinya adalah untuk membunuh sel kanker Dewi, 2009.
Kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat menyebar keseluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh
atau metastase ke tempat lain Rasjidi, 2007.
3.2 Tujuan Kemoterapi
3.2.1 Terapi adjuvan
Kemoterapi yang diberikan sesudah operasi, dapat sendiri atau bersamaan dengan radiasi, dan bertujuan untuk membunuh sel kanker
yang telah bermatastase.
3.2.2 Terapi neoadjuvan
Kemoterapi yang diberikan sebelum terapi untuk mengecilkan masa tumor, biasanya dikombinasi dengan radioterapi.
Universitas Sumatera Utara
3.2.3 Kemoterapi primer
Kemoterapi yang digunakan sendiri dalam penatalaksanaan tumor, yang kemungkinan kecil untuk diobati, dan kemoterapi
digunakan hanya untuk mengontrol gejalanya.
3.2.4 Kemoterapi induksi
Kemoterapi yang digunakan sebagai terapi pertama dari beberapa terapi berikutnya.
3.2.5 Kemoterapi kombinasi
Kemoterapi yang menggunakan dua atau lebih agen kemoterapi Rasjidi, 2007.
3.3 Cara Pemberian Kemoterapi
3.3.1 Pemberian Per Oral
Beberapa jenis kemoterapi telah dikemas untuk pemberian peroral, diantaranya adalah chlorambucil dan etoposide VP-16.
3.3.2 Pemberian secara intramuskular
Pemberian dengan cara ini relatif lebih mudah dan sebaiknya suntikan tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian
dua-tiga kali berturut-turut. Yang dapat diberikan intramuskulus antara lain Bleomicin dan Methotrexate.
3.3.3 Pemberian secara intravena
Pemberian secara intavena dapat diberikan secara bolus perlahan-lahan atau diberikan secara infus drip. Cara ini merupakan
kemoterapi yang paling umum dan banyak digunakan.
Universitas Sumatera Utara
3.3.4 Pemberian secara intra arteri
Pemberian intraarteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang cukup banyak, antara lain radiologi diagnostik, mesin,
atau alat filter, serta memerlukan keterapilan tersendiri.
3.3.5 Pemberian secara intraperitoneal
Cara ini jarang dilakukan karena membutuhkan alat khusus kateter intraperitoneal serta kelengkapan kamar operasi karena
pemasangan perlu narkose. Pemberian kemoterapi diindikasikan dan disyaratkan pada minimal tumor residu pada kanker. Penelitian yang
dilakukan membandingkan pemberian kemoterapi secara intavena dan intraperitoneum. Keduanya tidak berbeda baik dalam respons,
survival, maupun toksisitasnya Rasjidi, 2007.
3.4 Persiapan Kemoterapi
3.4.1 Persiapan yang harus dipenuhi oleh Pasien
a. Sebelum menjalani pengobatan kemoterapi maka terlebih dahulu pasien dilakukan pemeriksaan darah yang menunjukkan
hemoglobin lebih dari 10g, leukosit lebih dari 5000mm
3
, dan trombosit lebih dari 150.000mm
3
b. Pemeriksaan fungsi hepar, fungsi ginjal, dan EKG. c. Keadaan umum pasien harus baik
d. Pasien mengetahui tentang tujuan pengobatan dan efek samping yang kemungkinan terjadi.
e. Jenis kanker diketahui cukup sensitif terhadap kemoterapi.
Universitas Sumatera Utara
3.4.2 Persiapan yang harus dipenuhi oleh Tenaga Kesehatan
Persiapan yang harus dipenuhi oleh Tenaga Kesehatan adalah
Tenaga Kesehatan harus mempunyai pengetahuan dan manajemen kanker pada umumnya dan mempunyai sarana laboratorium yang
lengkap Rasjidi, 2007.
3.5 Efek Samping Dari Kemoterapi dan Cara Mengatasinya
Efek samping kemoterapi biasanya disebabkan oleh jenis obat obatan yang digunakan dan biasanya terbatas pada bagian tubuh yang aktif
melakukan pembelahan sel. Berikut ini beberapa efek samping dari pengobatan kemoterapi:
3.5.1 Kerontokan Rambut
Kerontokan rambut secara total tidak terlalu sering terjadi, kecuali obat atrasiklin kuat yang digunakan dalam regimen tersebut.
Informasi mengenai perawatan rambut, penggunaan syal, atau topi, juga memakai wig jika perlu dapat mengurangi distres pasien
sehingga informasi tersebut harus diberikan sebelum kemoterapi dimulai. Rambut biasanya kembali tumbuh 4-6 minggu setelah
kemoterapi selesai. Pendinginan kulit kepala dengan menggunakan kantong es
atau cap kepala dingin dapat membantu mempertahankan rambut karena dengan menurunkan suhu pada kulit kepala, aliran darah
menuju folikel rambut akan menurun.
3.5.2 Sakit Mata
Universitas Sumatera Utara
Kemoterapi atrasiklin dan anti folat sering kali mempengaruhi konjungtiva mata, menyebabkan mata lengket dan dapat menyebabkan
rasa sakit serta kering. Asam folinat tablet yang diberikan peroral dapat mengurangi efek antifolat dan penggunaan tetes mata juga dapat
memberikan kenyamanan.
3.5.3 Luka Mulut
Membran mukosa mulut normalnya memperbaiki selnya secara cepat dan mudah dipengaruhi oleh kemoterapi. Pasien harus
diberikan informasi untuk menggunakan sikat gigi yang lembut guna mancegah luka gores pada mulut, kebersihan mulut harus dijaga serta
mempertahankan asupan cairan perhari minimal 2 – 2,5 liter. Apabila ditemukan stomatitis pada mulut disarankan untuk membersihkannya
dengan kapas lidi yang telah dicelupkan kedalam air hangat atau obat kumur klorheksidin 0,2. Ulserasi pada mulut dapat diobati dengan
obat kumur sukralfat yang dapat mengurangi kekeringan pada mulut. Diet yang tinggi vitamin dan protein dapat membantu mempercepat
penyembuhan luka.
3.5.4 Mual dan Muntah
Mual muntah dapat terjadi karena tubuh mengenali agens kemoterapi sebagai zat toksik dan mengakibatkan terjadinya
peningkatan asam lambung. Mual yang disebabkan oleh karena kemoterapi dapat dikurangi dengan makan sedikit tetapi sering dengan
Universitas Sumatera Utara
mengkonsumsi makanan lunak. Pasien biasanya diberi tablet anti emetik untuk dikonsumsi di rumah.
3.5.5 Penurunan Hitung Sel Darah
Sumsum tulang terus memproduksi sel-sel yang membentuk darah, yaitu trombosit, leukosit dan eritrosit. Darah yang bersirkulasi
berkurang banyaknya akibat kemoterapi. Berdasarkan obat kemoterapi yang diberikan, banyaknya sel darah mencapai titik terendah, biasanya
8-12 hari setelah kemoterapi dilaksanakan. Pasien harus mendapatkan informasi jika mengalami gejala
trombositopenia, seperti mudah memar atau gusi berdarah, serta tanda indikasi penurunan hitung sel darah putih seperti infeksi, dan suhu
tubuh yang meningkat.
3.5.6 Diare
Diare dapat disebabkan oleh efek kemoterapi yang merusak mukosa saluran pencernaan. Pemberian agen anti diare efektif untuk
mengatasi diare, jika diare berlanjut, penetalaksanaan perlu ditambah dengan pemberian nutrisi parenteral.
3.5.7 Letargi
Letargi adalah suatu keadaan yang sangat lelah, yang tidak hilang hanya dengan tidur. Kondisi ini diderita oleh sebagian besar
pasien yang menjalani kemoterapi dan meningkat sampai akhir pengobatan selama 6 bulan. Pasien harus beristirahat jika merasa lelah
Universitas Sumatera Utara
dan perlunya dukungan orang-orang terdekat dalam memahami efek samping dari kemoterapi Andrews, 2009.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian dalaam penelitian ini menggambarkan bagaimana Pengetahuan tentang Pengobatan Kemoterapi pada Pasien Kanker Payudara di
Hope Clinic Medan. Berdasarkan tujuan penelitian dan tinjauan kepustakaan maka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut
:
Skema 3.1
Kerangka Penelitian Pengetahuan Tentang Pengobatan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara di Hope Clinic Medan
Pengetahuan Tentang Pengobatan Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara
Di Hope Clinic Medan Tahun 2012. 1. Baik
2. Cukup 3. Kurang
Universitas Sumatera Utara
2. Defenisi Operasional
Tabel. 3.1
Defenisi Operasional Variabel Penelitian
No. Variabel Defenisi
Operasional Alat ukur
Hasil Ukur Skala
1. Pengetah
uan tentang
pengobat an
kemotera pi
pada pasien
kanker payudara
Pengetahuan tentang
pengobatan kemoterapi pada
pasien kanker payudara adalah
pengetahuan pasien kanker
payudara yang
datang ke Hope Clinic
Medan antara tanggal 1
Oktober sampai 31 Oktober 2012.
Kuesioner dengan 22
pertanyaan yaitu
nomor 1 sd 22
dengan pemilihan
jawaban sebagai
berikut: 1. Ya
2. Tidak
Tingkat pengetahuan
Baik apabila responden
memiliki skor antara 38 sampai
dengan 44, Cukup
apabila responden
memiliki skor antara 30 sampai
dengan 37 dan Kurang apabila
responden memiliki skor
antara 22 sampai dengan 29.
Ordinal
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini akan menguraikan mengenai desain penelitian, populasi dan sampel, lokasi dan waktu penelitian, pertimbangan etik, instrumen penelitian, uji
validitas dan reliabilitas, pengumpulan data, dan analisis data.
1. Desain Penelitian