a. dalam hal melakukan pelanggaran ringan, dapat dikenakan
tindakan berupa tegoran tertulis oleh pejabat yang berwenang menghukum.
b. dalam hal melakukan pelanggaran sedang, dapat dikenakan
tindakan berupa tidak diperkenankan menangani perkara selama 6 enam bulan.
c. dalam hal melakukan pelanggaran berat, dapat dikenakan tindakan
berupa Tidak diperkenankan menangani perkara selama paling kurang 1 satu tahun dan paling lama 2 dua tahun, atau
Diberhentikan.
66
B. Tindakan Komisi Yudisial Dalam Menangani Pelanggaran Kode Etik dan
Perilaku Hakim
Melalui Undang-undang no 18 tahun 2011 perubahan atas Undang- Undang 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial, Komisi Yudisial bisa
melakukan penindakan terhadap hakim yang melanggar kode etik dan perilaku hakim. Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran
martabat, serta perilaku hakim, Komisi Yudisial mempunyai tugas: a.
melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap perilaku hakim, b.
menerima laporan dari masyarakat berkaitan dengan pelanggaran kode etik dan atau pedoman perilaku hakim,
66
Pasal 15 Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor : KMA058SKVI2006 Tentang Petunjuk pelaksanaan pedoman Perilaku Hakim
c. melakukan verifikasi, klarifikasi, dan investigasi terhadap laporan dugaan
pelanggaran kode etik atau pedoman perilaku hakim secara tertut, d.
memutuskan benar tidaknya laporan dugaan pelanggaran kode Etik atau pedoman perilaku hakim, dan
e. mengambil langkah hukum danatau langkah lain terhadap orang
perseorangan, kelompok orang, atau badan hukum yang merendahkan kehormatan dan keluhuran martabat hakim.
67
Dalam rangka menjaga dan menegakkan kehormatan, keluhuran martabat, serta perilaku hakim, Komisi Yudisial dapat meminta bantuan
kepada aparat penegak hukum untuk melakukan penyadapan dan merekam pembicaraan dalam hal adanya dugaan pelanggaran kode etik dan pedoman
perilaku hakim oleh hakim. Aparat penegak hukum wajib menindaklanjuti permintaan Komisi Yudisial.
68
Dalam hal dugaan pelanggaran kode etik atau pedoman perilaku hakim dinyatakan terbukti bersalah, maka Komisi Yudisial mengusulkan penjatuhan
sanksi terhadap Hakim yang diduga melakukan pelanggaran kepada Mahkamah Agung. Diantaranya sanksi ringan, sedang, dan berat. Sanksi
ringan terdiri dari: teguran lisan, teguran tertulis, pernyataan tidak puas secara tertulis.
Sementara sanksi sedang terdiri dari: penundaan kenaikan gaji berkala paling lama 1 satu tahun, penurunan gaji sebesar 1 satu kali kenaikan gaji
67
Pasal 20 ayat 1 Undang-Undang nomor 18 tahun 2011 perubahan atas Undang- Undang 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial
68
Pasal 20 ayat 3 Undang-Undang nomor 18 tahun 2011 perubahan atas Undang- Undang 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial
berkala paling lama 1 satu tahun, penundaan kenaikan pangkat paling lama 1 satu tahun, atau hakim nonpalu paling lama 6 enam bulan. Dan sanksi
berat terdiri dari: pembebasan dari jabatan structural, hakim nonpalu lebih dari 6 enam bulan sampai dengan 2 dua tahun, pemberhentian sementara,
pemberhentian tetap dengan hak pension, atau pemberhentian tetap tidak dengan hormat.
69
C. Analisis Implementasi Peraturan Bersama Mahkamah Agung dan Komisi
Yudisial Nomor 02PBMAIX2012 dan 02PBP.KY092012 Terhadap Kasus Hakim Agung Achmad Yamanie dan Kasus Hakim Vica Natalia
Urgensi pengawasan terhadap perilaku hakim merupakan hal yang sangat dibutuhkan dalam membangunan peradilan yang dapat dipercaya oleh
publik. Selain menyeleksi hakim agung, berdasarkan undang-undang memiliki fungsi pengawasan terhadap perilaku hakim. Secara normatif, sebagaimana
yang diatur dalam Undang-Undang, mekanisme pengawasan perilaku hakim yaitu:
a. Laporan-laporan dari masyarakat,
b. Meminta laporan secara berkala kepada badan peradilan berkaitan dengan
perilaku hakim, c.
Melakukan pemeriksaan terhadap dugaan pelanggaran perilaku hakim, d.
Memanggil dan meminta keterangan dari hakim yang diduga melanggar kode etik perilaku hakim, dan
69
Pasal 22D Undang-Undang nomor 18 tahun 2011 perubahan atas Undang-Undang 22 tahun 2004 tentang Komisi Yudisial
e. Membuat laporan hasil pemeriksaan yang berupa rekomendasi dan
disampaikan kepada Mahkamah Agung serta tindasannya kepada Presiden dan DPR.
Pelanggaran terhadap perilaku hakim yang serius yakni pelanggaran dengan ancaman hukuman pemecatan, disediakan forum pembelaan diri
melalui Majelis Kehormatan Hakim yang terbuka untuk publik. Sidang Majelis Kehormatan Hakim yang terbuka pada saat ini merupakan suatu
kemajuan jika dibandingkan dengan proses serupa pada masa lampau yang tertutup dan didominasi oleh Mahkamah Agung. Melalui majelis ini, Hakim
bisa diberhentikan dengan hormat dan secara tidak hormat apabila memenuhi syarat-syarat pemberhentian sesuai Pasal 23 ayat 2 Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2003 Tentang Mahkamah Konstitusi. Upaya untuk menjalankan efektifitas penegakkan kode etik dan
perilaku hakim maka Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial mengeluarkan Peraturan Bersama Nomor 02PBMAIX2012 dan 02PBP.KY092012
Tentang Panduan Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim. Sebelumnya Mahkamah Agung dan Komisi Yudisial sudah mengeluarkan
Keputusan Bersama
Nomor 047KMASKBIV2009
dan 02SKBP.KYIV2009 Tentang Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim,
namun karena keputusan bersama tersebut belum terlalu berpengaruh terhadap perilaku hakim, maka dikeluarkan peraturan bersama tersebut.
Di dalam Panduan Penegakan Kode Etik dan Pedoman Perilaku Hakim didasarkan pada prinsip-prinsip yaitu: