Delegasi Wewenang Di KPU Dalam Sosialisasi e-Voting Pemilihan

kebutuhan yang mendesak. Namun seringnya proses delegasi wewenang dalam suatu organisasi juga tidak baik karena masing-masing pegawai sudah memiliki tugasnya masing-masing sesuai struktur organisasi yang ada dalam suatu organisasi tersebut. Delegasi wewenang diberikan kepada orang yang benar-benar tepat untuk melaksanakan tugas yang telah dilimpahkan. Orang yang diberikan delegasi wewenang harus memiliki kemampuan untuk melaporkan hasil dari tugas yang diberikan oleh ketua atau atasannya. Berarti delegasi wewenang terjadi di KPU Kabupaten Pandeglang dalam kegiatan sosialisasi e-Voting. oleh karena ketua tidak bisa memantau jalannya sosialisasi e-Voting di Kabupaten Pandeglang sampai akhir dikarenakan urusan lain yang tidak bisa ditinggalkan oleh ketua. Ketua KPU Kabupaten Pandeglang memberikan kewenangannya itu kepada sekretariat dan beberapa petugas KPPS yang ada di lapangan untuk selalu memantau jalannya proses sosialisasi e-Voting. Setelah kegiatan tersebut selesai pihak KPPS memberikan laporan kegiatan tersebut sesuai dengan hasil pantauan KPPS. Delegasi wewenang yang terjadi di KPU Kabupaten Pandeglang merupakan hal yang masih dibilang wajar. Seperti yang terjadi pada suatu organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga negara lainnya. Delegasi wewenang itu dilakukan apabila keadaan sedang terdesak dimana ketua atau pimpinan yang seharusnya menjalankan tugas utama karena suatu dan lain hal ada urusan lainnya yang sama pentingnya. Sehingga salah satu urusan harus dilimpahkan kepada pihak-pihak yang terpercaya dan mampu melaksanakannya. Melihat delegasi wewenang yang terjadi di KPU Kabupaten Pandeglang sudah cukup baik karena delegasi wewenang yang diberikan ketua KPU Kabupaten Pandeglang kepada petugas KPPS di lapangan dilakukan atas dasar kepentingan yang mendesak.

4.2.5 Mekanisme Koordinasi Di KPU Dalam Sosialisasi e-Voting Pemilihan

Umum Kepala Daerah Di Kabupaten Pandeglang. Mekanisme koordinasi hanya mungkin dilakukan apabila terdapat kesadaran dan kesediaan sukarela dari individu-individu di dalam unit organisasi yang memiliki pekerjaan yang saling bergantung. Dengan demikian dalam koordinasi dilakukan hubungan dua atau lebih individu atau unit organisasi. Keberhasilan suatu koordinasi dipengaruhi apabila ada mekanisme komunikasi yang terjalin antara atasan atau ketua dalam suatu organisasi dengan bawahannya. Komunikasi akan mempermudah proses kerjasama yang akan dilakukan antara pimpinan atau ketua dengan bawahannya. Dengan begitu pekerjaan akan dengan cepat diselesaikan dan tujuan yang diharapkan dapat tercapai sesuai dengan tujuan organisasi. Organisasi juga menggunakan berbagai macam mekanisme, maka peneliti dalam hal ini mempersempit dengan memilih salah satu metode dalam mekanisme koordinasi pada kasus kinerja KPU Kabupaten Pandeglang dalam sosialisasi e- Voting pemilihan umum kepala daerah di Kabupaten Pandeglang. Metode yang digunakan yaitu Standardisasi proses kerja. Standardisasi proses kerja yaitu tugas-tugas yang dapat dikoordinasikan sesuai prosedur standar operasi. Menurut peneliti bahwa suatu kinerja organisasi terlebih lagi KPU sebagai lembaga negara dalam melaksanakan setiap program yang berkaitan dengan pencapaian visi dan misinya maka standar operasi itu sangat diperlukan bagi keberhasilan tujuannya. KPU Kabupaten Pandeglang dalam melakukan mekanisme koordinasi ini dalam rangka pelaksanaan sosialisasi e-Voting di Kabupaten Pandeglang sebenarnya telah melakukan mekanisme koordinasi kepada pihak pemerintah daerah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat, kepala Rukun Tetangga RT dan Rukun Warga RW. Namun hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. KPU Kabupaten Pandeglang sudah merencanakan untuk berdiskusi dengan para stakeholder tersebut namun hasilnya nihil. Menurut salah satu komisioner KPU Kabupaten Pandeglang bahwa “Minimnya pemahaman mereka mengenai e-Voting maka dari itu musyawarah yang akan dilaksanakan menjadi tidak terlaksana” 25 Juli 2012. Menurut hasil analisis peneliti bahwa hal tersebut terjadi karena kurang terciptanya hubungan yang harmonis antara pemerintah daerah dengan KPU Kabupaten Pandeglang dikarenakan oleh beberapa faktor salah satunya yaitu faktor politis. KPU Kabupaten Pandeglang sebagai lembaga negara yang independen artinya bahwa KPU Kabupaten Pandeglang haruslah bersikap netral. Namun yang terjadi dilapangan masih ditemukan tindakan-tindakan yang mengarah kepada pelanggaran kode etik pada pemilukada di Kabupaten Pandeglang. Peneliti berpendapat bahwa hubungan yang tidak harmonis antara KPU Kabupaten Pandeglang dengan para stakeholder yang terkait khususnya dengan pemerintah daerah Kabupaten Pandeglang akan berdampak bagi buruknya kinerja KPU Kabupaten Pandeglang. Kinerja KPU Kabupaten Pandeglang akan buruk apabila KPU Kabupaten Pandeglang tidak dapat melaksanakan aktivitas-aktivitas yang terkait dengan meminimalisir tindakan curang dalam pelaksanaan pemilukada di Kabupaten Pandeglang. Aktivitas KPU Kabupaten Pandeglang yang menurut peneliti penting yaitu pelaksanaan sosialisasi e-Voting. e-Voting ini merupakan salah satu produk BPPT yang dibuat untuk pemungutan suara secara elektronik. Artinya pemungutan suara dengan metode e-Voting ini tidak menggunakan kertas lagi namun sudah menggunakan mesin komputer yang didesain seperti papan pemilih dan layar sentuh. KPU Kabupaten Pandeglang dalam melakukan sosialisasi e-Voting tersebut membutuhkan dana yang cukup besar. Apabila pihak pemerintah daerah tidak mau terlibat dan mendukung jalannya proses sosialisasi e-Voting maka dana tidak akan keluar. Otomatis sosialisasi yang dilakukan akan menggunakan anggaran seadanya saja. Segala macam pembiayaan kegiatan KPU berasal dari pemerintahan daerah Kabupaten Pandeglang yang bersumber dari dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD dan ada juga dana dari Anggaran Pendapatan Belanja

Dokumen yang terkait

Kinerja Komisi Pemilihan Umum (KPU) Dalam Proses Verifikasi Calon Anggota DPRD Provinsi Sumatera Utara Pada Pemilu Legislatif Tahun 2014(Studi Kasus : KPU Sumatera Utara)

2 84 93

Kebijakan Partai Politik Pada Pemilihan Kepala Daerah Langsung (Studi Kasus: Kebijakan Partai Demokrat Dalam Penetapan Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Sumut Periode 2013-2018)

0 51 95

Perbandingan Partisipasi Politik Masyarakat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kota Medan Putaran I Dan II Tahun 2010 Di Kecamatan Medan Denai

1 37 82

Peranan Komisi Independen Pemilihan (KIP) Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Dalam Lingkungan Wilayah Propinsi Aceh (Studi Kasus Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Aceh Tenggara Periode 2007-2012)

2 58 135

Etnisitas Dan Pilihan Kepala Daerah (Suatu Studi Penelitian Kemenangan Pasangan Kasmin Simanjuntak dan Liberty Pasaribu di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir)

3 45 67

Perilaku Memilih Birokrat Dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2010

1 48 200

Peranan Komisi Pemilihan Umum dalam Penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Untuk Meningkatkan artisipasi Politik Masyarakat (Studi pada Kantor Komisi Pemilihan umum Tapanuli Utara)

16 168 113

Model Pemrograman Kuadratik Dalam Pembagian Daerah Pemilihan Umum .

2 32 59

ANALISIS KINERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) KOTA YOGYAKARTA DALAM PEMILUKADA TAHUN 2011

0 4 160

Aplikasi Penerapan Teknologi E -Voting Pemilihan Umum Pada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Banyuasin Provinsi Sumatera Selatan

0 0 13