Kalimat Majemuk KAJIAN TEORI

K3 = Tasnya dilemparkan Bukunya, pensilnya, dan tasnya dilemparkan S1 S2 K3 3 Kalimat majemuk rapatan objek Contoh: a K1 = Adik mencuci pakaian itu K2 = Kakak menjemur pakaian itu KMR : Adik mencuci dan Kakak menjemur pakaian itu c. Kalimat Majemuk Bertingkat Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang hubungan pola- polanya tidak sederajat, salah satu pada bagian yang lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat, sedangkan bagian yang lebih rendah kedudukannya disebut anak kalimat. 27 Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat tunggal yang bagian- bagiannya diperluas, sehingga perluasan itu membentuk satu atau beberapa pola kalimat baru, selain pola yang sudah ada. Bagian kalimat yang diperluas sehingga membentuk pola kalimat baru disebut anak kalimat, sedangkan bagian yang tetap atau lebih tinggi kedudukannya disebut induk kalimat. Contoh: 1 Kalimat tunggal Lusiana menyaksikan pertunjukan. 2 Kalimat majemuk bertingkat Lusiana menyaksikan siswa-siswa menari. Uraian kalimat: 27 Ida bagus putrayasa. 2012. “Tata Kalimat Bahasa Indonesia”. Bandung: PT Refika Aditama. Hlm. 63 Lusiana=Subjek, menyaksikan=predikat, siswa-siswa=subjek; menari=predikat. Lusiana menyaksikan = induk kalimat Siswa-siswa menari = anak kalimat pengganti objek penderita Ketika saya masih tidur ayah berangkat ke sekolah. anak kalimat induk kalimat Kalimat majemuk bertingkat ialah kalimat yang terjadi dari beberapa kalimat tunggal yang kedudukannya tidak setara atau sederajat yakni yang satu menjadi bagian yang lain. Proses terjadinya kalimat majemuk bertingkat sesungguhnya berasal dari sebuah kalimat tunggal. Bagian kalimat majemuk yang berasal dari bagian kalimat yang tidak mengalami pergantianperubahan dinamai induk kalimat sedangkan bagian kalimat yang majemuk yang berasal dari kalimat tunggal yang sudah mengalami pergantianperubahan dinamai anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat majemuk yang hubungan antara unsur-unsurnya tidak sederajat. Salah satu unsurnya ada yang menduduki induk kalimat sedangkan unsur lainnya sebagai anak kalimat. Kalimat majemuk bertingkat antara lain meliputi jenis-jenis sebagai berikut: a Kalimat majemuk hubungan pengandaian yang ditandai oleh kata penghubung jika, seandainya, dan andaikata. Contoh: a Jika tidak hujan, ia akan datang ke pesta itu. b Seandainya engkau tidak hadir malam itu, kami tidak mendapat uang sedemikian banyak. c Andaikan Dina maju ke pengadilan, perkara ini akan disidangkan. b Kalimat majemuk hubungan perbandingan ditandai oleh kata sambung ibarat, seperti, bagaikan, daripada, dan laksana. Contoh: a Pak Bahrun menyayangi semua keponakannya seperti dia menyayangi anak kandungnya. b Lebih baik cepat lima menit di sini, daripada terlambat sama sekali. c Kalimat majemuk hubungan penyebaban ditandai oleh kata sambung sebab, karena, dan oleh karena. Contoh: a Borobudur tentu bukan nama resminya, sebab biasanya suatu bangunan mempunyai nama resmi yang diberikan maknanya dalam keagamaan. b Dia tidak pergi ke sekolah karena sakit. c Teori transformasi lahir oleh karena ketidak puasan para linguis muda terhadap teori struktural. d Kalimat majemuk hubungan akibat, ditandai oleh kata sambung sehingga, sampai-sampai, dan maka. Contoh: a Ia bekerja terlalu keras sehingga jatuh sakit. b Berjam-jam ia berjalan sampai-sampai kakinya bengkak. c Mengenai eksposisinya, dibandingkan dengan museum- museum Angkatan Perang yang telah saya lihat di Eropa Barat, maka apa yang saya lihat di Beograd itu adalah yang paling modern. a Kalimat majemuk hubungan cara ditandai oleh kata sambung dengan. Contoh: a Kesebelasan Persib Bandung berhasil mempertahankan kemenangannya dengan cara memperkokoh pertahanan mereka. f Kalimat majemuk hubungan penjelasan ditandai kata sambung bahwa, dan yaitu. Contoh: a Aku baru mengerti hari ini bahwa Dina benar-benar menaruh perhatian kepadaku. b Kebun itu telah disiangi ayah yaitu dengan memangkas dan membuang pohon-pohon yang tumbuh disekitarnya. g Kalimat majemuk hubungan waktu, ditandai kata sambung ketika, sewaktu dan semasa. Contoh: a Pekerjaan itu sudah selesai ketika ayah datang dari kantor. Menurut Darisman dilihat dari segi bentuknya, kalimat dibedakan menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kalimat tunggal merupakan kalimat yang terdiri dari satu klausa, sedangkan kalimat majemuk terdiri dari dua klausa atau lebih. Kalimat majemuk bertingkat banyak macamnya, misalnya kalimat majemuk bertingkat dengan kata hubung sesudah, sebelum, ketika, dan sementara menyatakan waktu. Selain itu kalimat majemuk bertingkat dengan kata hubung jika menyatakan syarat, sekiranya dan seandainya menyatakan pengandaian. Berikut ini contoh kalimat majemuk bertingkat : 1. Kalimat majemuk bertingkat menggunakan kata sebelum, sesudah, ketika, dan sementara hubungan antar klausanya menyatakan waktu. Contoh:  Sebelum Rima pulang ke rumah, ibu memasak sayur asam.  Ayah berangkat ke kantor sesudah sarapan pagi.  Ketika liburan tiba, kami pergi ke rumah nenek.  Sementara Budi bermain bola, Rima menonton di halaman rumah. 2. Kalimat majemuk bertingkat menggunakan kata jika hubungan antar klausanya menyatakan syarat. Contoh:  Jika hari tidak hujan, aku akan ke rumahmu.  Jika Udin naik kelas, ibu akan membelikannya sepeda. 3. Kalimat majemuk bertingkat menggunakan kata sekiranya dan seandainya hubungan antar klausanya menyatakan pengandaian. Contoh:  Seandainya kamu rajib belajar, pasti nilaimu tidak jelek.  Sekiranya Rima naik kelas, ibu pasti senang. d. Kalimat Majemuk Campuran Kalimat majemuk campuran adalah gabungan kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Dalam kalimat majemuk campuran, sekurang-kurangnya dibentuk tiga kalimat tunggal. Contoh: 1 Pekerjaan ini selesai, ketika ayah datang dari kantor, dan ibu selesai memasak.

B. Kerangka Berpikir

Dengan memperhatikan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka pada bagian ini diuraikan kerangka pikir yang dapat dijadikan pegangan untuk menemukan data dan informasi dalam penelitian ini. Berdasarkan teori, maka ada beberapa hal yang dipandang perlu dijadikan kerangka berpikir untuk pemecahan “penggunaan kata penghubung” dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut: 1. Morfologi adalah bagian dari ilmu bahasa yang mempelajari bentuk- bentuk kata, fungsi dan kegunaannya dalam pembentukan kalimat perlu dicermati. 2. Untuk memahami penggabungan kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk, sangat diperlukan penggunaan yang benar dan matang, supaya penulis dari pembentukan kalimat rancu dan sumbang. 3. Guru bahasa Indonesia yang baik dalam pengajaran kata penghubung untuk membentuk kalimat majemuk harus sesuai dengan Kurikulum KTSP bahasa Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, maka kemampuan memahami kata penghubung digunakan tes objektif sebanyak 20 nomor yang diujikan kepada peserta. Selanjutnya peneliti menganalisis hasil pekerjaan tersebut sehingga diperoleh suatu gambaran tentang kemampuan siswa menganalisis penggunaan kata penghubung dalam kalimat majemuk bahasa Indonesia. Berdasarkan hal itu, berikut ini akan diuraikan kerangka pikir yang dijadikan landasan berpikir peneliti.

C. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan antara lain: 1. Penelitian yang dilakukan oleh Widowarti dalam skipsinya yang berjudul “Analisis Penggunaan Konjungsi Pada Karya Tulis Siswa SMU Kelas III d an Implikasinya Bagi Pembelajaran Keterampilan Menulis”. Hasil penelitian yang Widowarti dapatkan bahwa penggunaan konjungsi koordinatif lebih sering digunakan daripada subordinatif. Konjungsi yang paling sering digunakan siswa yaitu konjungsi yang menyatakan menambah, sedangkan konjungsi yang jarang digunakan adalah konjungsi yang menyatakan waktu. 28 28 Widowarti, Analisis Penggunaan Konjungsi Pada Karya Tulis Siswa SMU Kelas III dan Implikasinya Bagi Pembelajaran Keterampilan Menulis, Jakarta: UIN Jakarta, 2012 2. Penelitian yang dilakukan oleh Maria dalam skripsinya yang berjudul “Konstribusi Penguasaan Konjungsi Subordinatif Kepada Kemampuan Menulis Kalimat Menulis Subordinatif Oleh Siswa Kelas X SMA Tahun Pelajaran 20072008”. Dalam penelitian tersebut Maria menekankan penggunaan konjungsi subordinatif dalam menulis sebuah kalimat. Analisis data tersebut menyatakan bahwa penggunaan konjungsi subordinatif yang sering di gunakan adalah konjungsi subordinatif “sampai, dengan, bahwa dan kalau”. Konjungsi yang digunakan siswa sudah tepat dalam penggunaanya, sehingga dapat dikatakan konjungsi subordinatif yang digunakan dalam menulis kalimat subordinatif sudah dikuasai oleh siswa. 29 3. Penelitian yang dilakukan oleh Ratu Nurrah seorang mahasiswi UIN Jakarta. Dalam skripsinya Ratu meneliti “Upaya Peningkatan Penggunaan Konjungsi pada Karangan Argumentasi Siswa ,”. Seperti Penelitian Tindakan Kelas PTK pada umumnya, skripsi tersebut menitikberatkan penelitiannya pada upaya-upaya yang ditempuh untuk meningkatkan penggunaan konjungsi. Berdasarkan pada uraian-uraian tersebut, pada penelitian ini peneliti mencoba untuk menganalisis penggunaan konjungsi pada tajuk rencana secara lebih kompleks, serta efektifitasnya sebagai sumber belajar. 30 Berdasarkan beberapa penelitian diatas, dapat penulis simpulkan bahwa penelitian yang akan dilakukan penulis berbeda dengan apa yang dilakukan oleh peneliti-peneliti lainnya. Widowati melakukan penelitian dengan menekankan konjungsi mana yang sering digunakan, konjungsi koordinatif atau subordinatif. Maria melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana penguasaan konjungsi subordinatif yang digunakan siswa dalam menulis kalimat subordinatif. Ratu Nurrah melakukan penelitian dengan menitikberatkan penelitiannya pada upaya- 29 Maria, Upaya Peningkatan Penggunaan Konjungsi pada Karangan Argumentasi Siswa, Jakarta: UIN Jakarta, 2011 30 Ratu Nurrah, Upaya Peningkatan Penggunaan Konjungsi pada Karangan Argumentasi Siswa, Jakarta: UIN Jakarta, 2012 upaya yang ditempuh untuk meningkatkan penggunaan konjungsi serta menganalisis penggunaan konjungsi pada tajuk rencana secara lebih kompleks, serta efektifitasnya sebagai sumber belajar. Sedangkan peneliti sendiri melakukan penelitian untuk mengetahui sejauhmana penguasaan materi tentang kata penghubung dalam kalimat majemuk. 32

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di MI Arrahmaniyah Depok yang beralamat di Jl. Raya Masjid Jami Al Ittihad Bojong Pondok Terong Cipayung Depok. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun ajaran 20132014, dari bulan Januari sampai bulan April 2014. Penelitian dilakukan setelah pengurusan izin penelitian, uji coba instrumen dan penyempurnaan instrument. Adapun waktu penelitian dalam proses pengumpulan data sebagai berikut : Tahapan Waktu Proses Awal Penelitian 1. Persetujuan Judul Penelitian oleh Kajur 7 Januari 2014 2. Seminar Proposal Skipsi 25 Januari 2014 3. Bimbingan Skripsi oleh Dosen Pembimbing yang bersangkutan 9 Maret 2014 sd September 2014 Penyususnan Data 1. Revisi Bab I Maret 2014 2. Revisi Bab II April 2014 3. Revisi Bab III Oktober 2014 4. Revisi Bab IV November 2014 5. Revisi Bab V Laporan Penelitian 1. Survei Awal di MI Arrahmaniyah Depok 20 Oktober 2014 2. Penyebaran Uji Instrumen 11 November 2014 3. Pengumpulan data dari MI Arrahmaniyah Depok 12 November 2014