Gambar 2.2 Patogenesis dan gejala peradangan Mutschler,1999
2.4.5 Macam-macam inflamasi
Berdasarkan waktu kejadiannya, inflamasi terbagi atas 2 macam: a. Inflamasi Akut
Inflamasi ini merupakan respon langsung dari tubuh terhadap cedera atau kematian sel. Tanda-tanda pokok peradangan akut mencakup kemerahan
rubor, panas kalor, rasa sakit dolor, pembengkakan tumor, dan perubahan fungsi fungsio laesa. Peristiwa penting pada peradangan akut
adalah dilatasi pembuluh darah dan perubahan permeabilitas pembuluh- pembuluh yang sangat kecil yang mengakibatkan kebocoran protein,
sehingga terjadi pembentukan eksudat seluler berupa emigrasi neutrofil polimmorf ke dalam rongga ekstravaskuler yang kemudian menimbulkan
pembengkakan jaringan Price dan Wilson, 1995; Underwood, 1999. Emigrasi
Leukosit Proliferasi sel
Noksi Kerusakan Jaringan
Pembebasan Mediator
Gangguan sirkulasi lokal
Eksudasi Perangsangan
reseptor nyeri
Panas Kemerahan
Pembengkakan Ganguan fungsi
Nyeri
Universitas Sumatera Utara
b. Inflamasi kronik Inflamasi kronik didefinisikan sebagai proses radang dimana limfosit, sel
plasma, dan makrofag lebih banyak ditemukan, dan biasanya disertai pula dengan pembentukan jaringan granulasi, yang menghasilkan fibrosis.
Radang akut dapat menjadi radang kronik apabila pusat membentuk rongga abses yang terletak di dalam, dan pembuangannya berlangsung lama atau
tidak lancar, sewaktu proses pembuangan berlangsung, terbentuk pula penebalan dinding abses yang terdiri dari jaringan granulasi dan jaringan
ikat fibrosa. Oleh karena itu dinding abses yang kaku menyebabkan tidak terjadinya penyatuan sewaktu pembuangan berlangsung, dan sisa pus di
dalam rongga abses mengalami organisasi dengan tumbuhnya jaringan granulasi, yang pada akhirnya akan diganti dengan jaringan parut fibrosa.
Contoh inflamasi kronik adalah inflamasi akibat tuberkolosis Underwood, 1999.
Inflamasi akut secara normal terjadi apabila faktor-faktor yang mempengaruhi dapat dihilangkan oleh respon imun nonspesifik respon imun
bawaan, maka inflamasi terhenti, jika tidak maka respon imun spesifik akan diaktifkan untuk mengatasinya. Inflamasi kronis dapat terjadi karena faktor-
faktor yang mempengaruhi tersebut tidak dapat dihilangkan oleh respon imun spesifik, dikarenakan faktor-faktor tersebut melengkapi diri atau mengekalkan
diri, atau melalui mekanisme tubuh yang gagal dalam proses inflamasi. Kemudian proses inflamasi akan berubah bentuk dari mekanisme protektif, dan
pada kebanyakan kasus menjadi kerusakan yang irreversibel dari jaringan
Universitas Sumatera Utara
normal Santoso, 1999; Soenarto, 2010. Mekanisme sistem imun nonspesifik dan spesifik pada inflamasi akut dan kronis dapat dilihat pada Gambar 2.3.
Gambar 2.3 Mekanisme sistem imun nonspesifik dan spesifik pada inflamasi
akut dan kronis Santoso, 1999; Soenarto, 2010.
2.4.6 Golongan obat antiinflamasi