Golongan obat antiinflamasi Natrium diklofenak

normal Santoso, 1999; Soenarto, 2010. Mekanisme sistem imun nonspesifik dan spesifik pada inflamasi akut dan kronis dapat dilihat pada Gambar 2.3. Gambar 2.3 Mekanisme sistem imun nonspesifik dan spesifik pada inflamasi akut dan kronis Santoso, 1999; Soenarto, 2010.

2.4.6 Golongan obat antiinflamasi

Obat-obat antiinflamasi memiliki aktivitas menekan atau mengurangi peradangan. Aktivitas ini dapat dicapai melalui berbagai cara yaitu menghambat pembentukan mediator radang prostaglandin, menghambat migrasi sel-sel leukosit ke daerah radang, menghambat pelepasan prostaglandin dari sel-sel tempat pembentukannya. Bagan penghambatan obat- obat antiradang terhadap pembentukan mediator radang dapat dilihat pada Gambar 2.4. Rangsang Sistem imun nonspesifik bawaan diaktifkan INFLAMASI AKUT Rangsang dihilangkan KESEMBUHAN Ransang dihilangkan Ransang tak dihilangkan Sistem imun spesifik diaktifkan Menghasilkan sel-sel pengingat spesifik Amplifikasi pengerasan INFLAMASI KRONIS JARINGAN RUSAK Universitas Sumatera Utara Gambar 2.4 Bagan penghambatan obat anti radang terhadap pembentukan mediator radang Mansjoer, 2003. Keterangan: = efek penghambatan LTB 4 = dihidroksi leukotrien B 4 , LTC 4 = leukotrien C 4 LTD 4 = leukotrien D 4 LTE 4 = leukotrien E 4 Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antiinflamasi terbagi ke dalam golongan: a. Antiinflamasi Steroid Obat ini bekerja dengan cara menghambat posfolipase, suatu enzim yang bertanggung jawab terhadap pelepasan asam arakidonat dari membran lipid. Termasuk golongan obat ini adalah prednison, hidrokortison, deksametason, dan betametason Katzung, 1996. Pospolipase Posfolipi d Asam arakhidonat Kortikosteroid Endoperoksida Asam hidroperoksida Tromboksan Prostaglandin Prostasiklin Leukotrien: LTB 4 , LTC 4, LTD 4 LTE 4 Siklooksigenase OAINS Lipooksigenase Noksi Kerusakan membran sel Universitas Sumatera Utara b. Antiinflamasi Non Steroid Obat ini bekerja dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Termasuk golongan obat ini adalah ibuprofen, indometasin, diklofenak, fenilbutazon, dan pirosikam Wilmana dan Gan, 2007.

2.4.7 Natrium diklofenak

Natrium diklofenak merupakan obat antiinflamasi nonsteroid. Obat ini bekerja menghambat aktivitas enzim siklooksigenase yang berperan dalam metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin yang merupakan salah satu mediator inflamasi Kertia, 2009. Natrium diklofenak merupakan derivat fenilasetat yang termasuk NSAID yang daya antiradangnya paling kuat dengan efek samping yang kurang dibandingkan dengan obat lainnya seperti indometasin, piroxicam Tjay dan Raharja, 2002. Penghambatan OAINS terhadap enzim COX dapat ditunjukkan dengan logaritma perbandingan IC 80 COX-2COX-1. Inhibitory concentration 80 IC 80 adalah konsentrasi yang dapat menghambat 80 aktivitas COX. Berdasarkan logaritma perbandingan tersebut diklofenak mempunyai nilai logaritma perbandingan IC 80 COX-2 COX-1 lebih kecil dari 0 dan lebih besar dari -1, hal ini berarti diklofenak lebih cenderung menghambat aktivitas COX- 2 tetapi juga masih mempengaruhi aktivitas COX-1 pada konsentrasi yang lebih besar, sehingga efek samping pada gastrointestinal lebih kecil Kerr dan Gailer, 2010. Tingkat selektivitas dari diklofenak dan beberapa OAINS dapat dilihat pada Gambar 2.5. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5 Selektif penghambat COX 2 dan beberapa OAINS berdasarkan logaritma perbandingan inhibitory concentration IC 80 . Garis 0 menunjukkan potensi yang sama dimana hasil perbandingan IC 80 antara COX-2 dan COX-1 adalah 1 Kerr dan Gailer, 2010. Absorpsi obat ini melalui saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap yang terikat 99 pada protein plasma dan mengalami efek lintas awal first- pass sebesar 40-50. Walaupun waktu paruh singkat yakni 1-3 jam, Na diklofenak diakumulasi di cairan sinovilia yang menjelaskan efek terapi di sendi jauh lebih panjang dari waktu paruh obat tersebut. Efek samping yang lazim terjadi ialah mual, gastritis, eritema kulit, dan sakit kepala. Dosis orang dewasa 100-150 mg sehari terbagi dua atau 3 dosis Wilmana dan Gan, 2007. Universitas Sumatera Utara

2.4.8 Beberapa metode uji antiinflamasi

Dokumen yang terkait

Skrining Fitokimia dan Karakterisasi Simplisia serta Uji Efek Antidiare Ekstrak Etanol Majakani Terhadap Tikus

2 67 86

Uji Efek Ekstrak Etanol Majakani (Quercus infectoria G. Olivier) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Yang Diinduksi Aloksan

0 52 100

Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Kayu Siwak (Salvadora persica Wall) Terhadap Tikus Putih yang Diinduksi λ-Karagenan

0 3 88

Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Majakani (Quercus Infectoria G. Olivier) Terhadap Tikus Putih Yang Diinduksi Karagenan

0 2 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Majakani (Quercus Infectoria G. Olivier) Terhadap Tikus Putih Yang Diinduksi Karagenan

0 0 27

Uji Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Majakani (Quercus Infectoria G. Olivier) Terhadap Tikus Putih Yang Diinduksi Karagenan

0 0 15

Uji Efek Ekstrak Etanol Majakani (Quercus infectoria G. Olivier) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Yang Diinduksi Aloksan

0 0 30

Uji Efek Ekstrak Etanol Majakani (Quercus infectoria G. Olivier) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Yang Diinduksi Aloksan

0 0 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan - Uji Efek Ekstrak Etanol Majakani (Quercus infectoria G. Olivier) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Yang Diinduksi Aloksan

0 1 25

Uji Efek Ekstrak Etanol Majakani (Quercus infectoria G. Olivier) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Yang Diinduksi Aloksan

0 0 14