Konflik fungsional dapat diarahkan untuk menambah perubahan adanya kesadaran terhadap masalah atau kebutuhan yang ditunjukan tersebut, hasil
yang lebih luas dan produktif mengkaji untuk solusi dan secara umum memfasilitasi perubahan positif, adaptasi, dan inivasi.
Konflik disfungsional adalah berbagai konfrontasi atau interaksi di antara kelompok-kelompok yang merugikan dan menghalangi tercapainya tujuan
bersama. Pada tingkatan yang sama, stress dan konflik dapat memengaruhi kesehatan
dan bergerak untuk mencapai tujuan kelompok yang dapat merusak secara ekstrem dan disfungsional dalam kelmpok yang lainya.
2.6.Konflik staf-line line-staff conflict Konflik antar staf lini ini dapat muncul ketikia hubungan antara garis
wewenang dan tanggung jawab keduanya saling tumpang-tindih dan tidak jelas.
2.7.Konflik kelompok formal dan informal formal non formal conflict Terjadinya konflik ini ketika ada dua kelompok, yaitu formal dan informal
mempunyai perbedaan kepentingan dalam mencapai tujuanya.
Dari ketiga bentuk konflik diatas dapat kita ketahui, bahwa konflik Antarpribadi Interpersonal Conflict adalah bentuk konflik yang sesuai dengan permasalahan
yang akan diteliti. Faktor-faktor yang menjadi penyebab dalam konflik ini merupakan acuan untuk dijadikan sebuah landasan dasar teori dalam menjalankan
penelitian tentang konflik antar warga di Kecamatan Way Panji Kabupaten Lampung Selatan ini.
2.3.4. Tahap Perkembangan konflik
Menurut Sutarto Wijono 2012:232-234 atas dasar pemahaman bahwa konflik tersebut adalah proses yang dinamis dan bukan statis atau kaku yang berarti
konflik itu dapat berubah ubah smengikuti perkembangan hal-hal yang terjadi ketika konflik. Maka konsekuensi terjadinya konflik ddapat digambarkan melalui
proses perkembanganya.
Adapun tahapan perkembangan konflik itu adalah: a Konflik masih tersembunyi laten
Berbagai macam kondisi emosi negative seperti takut, cemas, khawatir, rasa bersalah, curiga, iri, benci, dan dendam yang silih berganti didalam diri
individu, kelompok ataupun organisasi yang kesemuanya itu dirasakan sebagai suatu yang biasa dan tidak terlalu dipersoalkan tersembunyi,
dianggap bukan sebagai suatu masalah yang mengganggu dirinya.
b Kondisi yang mendahului antecedent condition Tahapan kedua ini adalah tahap perubahan dari apa yang dirasakan secara
tersembunyi dan belum dirasakan sebagai suatu yang mengganggu individu, kelompok, atau organisasi secara keseluruhan. Kondisi yang mendahului
tersebut di antaranya timbulnya tujuan berbagai system nilai yang berbeda, berbagai hambatan komunikasi, perbedaan peran underloadoverload, dan
tugas-tugas yang ambigus, manusia dan prilakunya, struktur organisasi, kebijakan organisasi, analisis tugas dan performance appraisals. Jika kondisi-
kondisi yang mendahului tersebut mulai dirasakan mengganggu atau merintangi tujuan individu, kelomok, maupun organisasi, maka akan muncul
konflik. Ketika konflik yang tidak diselesaikan dengan tepat yang dapat menimbulkan
dua macam sifat konflik yaitu konflik yang dapat diamati dan konflik yang dapat dirasakan.
c Konflik yang dapat diamati perceived conflict Konflik ini muncul ketika dalam situasi telah terjadi adanya serangan gejala
seperti yang tercermin dalam tahap kedua diatas. Pada tahap kedua t\diatas dapat memeberikan gambaran suatu kondisi yang mengancam secara
individu, interpersonalkelompok, dan organisasi. Selain itu juga dapat menimbulkan suasana yang tidak diharapkan oleh pihak-pihak yang terlibat
dalam konflik tersebut.
Konflik yang dapat dirasakan felt conflict Dalam proses perkembangan berikutnya, individu, interpersonalkelompok
atau organisasi bukan hanya mengamati terjadinya konflik, melainkan juga merasakan serta menghayati apa yang dirasakan sebagai konflik yang dapat
mengganggu, merintangi, mengancam, dan menimbulkan kegoncangan- kegoncangan serta ketegangan-ketegangan dalam dirinya secara individu,
interpersonalkelompok, dan organisasi. Akibat dari penghayatanya terhadap konflik tersebut secara emosional, maka muncullah beberapa emosi negative
seperti yang dijelaskan pada tahap pertama diatas.
d Konflik terlihat secara terbuka manifesr behavior Sebagai usaha untuk memenuhi rasa frustasi, mengantisipasi timbulnya
konflik, baik yang dialami oleh individu, interpersonalkelompok, dan organisasi akan terjadi mekanisme pertahanan diri. Beberapa mekanisme
pertahanan dari akibat frustasi seperti agresi, regresi, fikasi, kompromi dan penarikan.
2.3.5. Dinamika konflik