Faktor Penyebab Konflik TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Faktor Penyebab Konflik

Adalah faktor yang menyebabkan sebuah konflik itu bisa ada dan terjadi dalam kehidupan masyarakat. Menurut Wijono 2012:227 ada empat yang dapat menyebabkan munculnya konflik, yaitu: a Situasi-situasi yang tidak sesuai b Rencana kegiatan dan alokasi waktu yang tidak sesuai c Masalah status pekerjaan yang tidak pasti d Perbedaan persepsi. Menurut Dahrendorf dalam K.J. Veeger, 1993:214 ada tiga celah yang bisa mengantarkan seseorang itu kedalam konflik, yakni: Pertama, kekuasaan, adalah setiap kemampuan untuk memenangkan kemauan sendiri, juga kalau kemampuan itu bertentangan dengan kemauan orang lain. Kedua, kepentingan, pembedaan penting yang dibuat Dahrendorf sehubugan dengan konsep “kepentingan” adalah pembedaan antara kepentingan latent dengan kepentingan manifestt. Ketiga, kelompok konflik, Dahrendof membagi menjadi: kelompok konflik potensial, adalah sekelompok orang yang mempunyai kepentingan bersama, baik kepentingan itu disadari, ataupun tidak. Menurut Sosiolog, Dr Imam B. Prasodjo dalam http:bpsntbandung.com bahwa yang menjadi penyebab timbulnya konflik itu dikarenakan: Lemahnya kontrol sosial yang tidak diikuti dengan langkah penegakkan hukum ini ditanggapi secara keliru oleh para pelaku tindak kejahatan. Kesan tersebut seolah menjadi message tanda yang diterjemahkan bahwa hal yang terjadi akhir- akhir ini, lebih membolehkan untuk melakukan tindakan-tindakan tersebut. Sementara itu pada saat kontrol sosial melemah, juga terjadi demoralisasi pihak petugas yang mestinya menjaga keamanan dan ketentraman, justru melakukan tindak pelanggaran. Sedangkan Sardjono Djatiman dalam http:bpsntbandung.com memperkirakan konflik itu hadir karena: Masyarakat sudah tidak percaya lagi kepada hukum, sistem, dan aparatnya. Ketidakpercayaan itu sudah terakumulasi sedemikian lama, karena ketidakadilan telah menjadi tontonan masyarakat sehari-hari. Mereka yang selama ini diam, tiba-tiba memberontak. Ketika negara yang mewakili masyarakat sudah tidak dipercaya lagi, maka masyarakatlah yang akan mengambil alih kendali hukum. Keadaan masyarakat yang beranekaragam inilah yang membuat masyarakat itu mengambil kesimpulan dan memutuskan apa yang harus mereka lakukan sendiri, walaupun itu bertentangan dengan hukum yang ada. Tindakan yang terjadi di Way Panji adalah salah satu contoh dimana tidak adanya lagi kepercayaan terhadap aparat penegak hukum, sehingga masyarakat bertindak dengan sendirinya dan dengan cara masyarakat itu sendiri. Keberadaan aparat dan tokoh-tokoh hanyalah sebagai symbol yang kini tidak ada lagi fungsinya karena runtuhnya moral para petinggi yang ada dinegri ini. Menurut penjelasan Robin; Walton dan Duton dalam Wijono 2012:220 menjelaskan tentang suber konflik antarpribadiKelompok melalui kondisi-kondisi pemula antecedent conditions yang meliputi: a Persaingan terhadap sumber-sumber competition resources Semakin langkanya sumber yang diinginkan, maka semakin besar terjadinya persaingan atau kompetisi yang semakin tajam pula di antara pribadikelompok yang saling membutuhkan sumber tersebut. Misalnya sumber dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, semakin sempitnya lahan pertanian maka semakin banyak pula orang yang meninginkan lahan tersebut, akibatnya persengketaanlah yang terjadi. b Ketergantungan terhadap tugas task interdependence Konflik ini muncul ketika seseorangkelompok mempunyai tujuan dan prioritas yang berbeda satu sama lain, sehingga mereka akan mengalami ketergantungan tugas. Munculnya konflik ini dapat disebabkan oleh adanya arus komunikasi yang satu arah, atau timbal balik yang mencakup pembagian persediaan, informasi, bantuan, atau pengarahan termasuk juga tuntutan melakukan kordinasi terhadap tugas-tugas yang perlu diprioritaskan oleh keduabelah pihak, sehingga seseorangkelompok itu hanya menjalankan sesuatu atas berdasarkan perintah dari pihak lain. c Kekaburan deskripsi tugas jurisdictional ambiguity Ketika deskripsi tugas yang digagas oleh masing-masing anggota yang ada diberbagai departemen tersebut tugas-tugasnya mulai timpang tindih, tidak jelas kabur, demikian juga tanggung jawab, kewenangan, dan hak serta kewajiban masih kabur, maka hal tersenut akan memicu konflik diantara mereka. d Masalah status status problem Adanya persepsi atas ketidakseimbangan atau ketidakadilan dalam meberi ganjaran reward, penghargaan , penugasan kerja, kondisi-kondisi masyarakat serta status symbol dapat mengalami frustasi. e Rintangan komunikasi communication barriers Komunikasi yang kurang memadai dapat menimbulkan berbagai konflik semu pseudo conflict yang merintangi persetujuan antara dua individukelompok yang posisinya saling melengkapi. Sarana komunikasi yang kurang memadai dapat menghambat upaya-upaya untuk mencapai koordinasi dua kelompok atau lebih akibatnya yang terjadi adalah kesalahan komunikasi miscommunication. f Sifat-sifat individu individual traits Sifat pribadi yang dimiliki oleh individu masing-masing dapat menjadi pemicu timbulnya konflik atarpribadikelompok. Sifat pribadi tersebut di antaranya kurang matang immature atau kekanak-kanakan, kecerdasan emosinya rendah, sulit mengendalikan diri, tidak fleksibel, cenderung menutup diri dari masukan orang lain, dan egois. Pendapat yang sesuai dengan fokus penelitian adalah pendapat Franz Magnis- Suseno 2003:121. Ia mengungkapkan hal yang melatarbellakangi konflik itu timbul adalah : a Modernisasi dan globalisasi. b Akumulasi kebencian dalam masyarakat. c Budaya kekerasan. d Sistem Politik.

2.5. Dampak Konflik