BAB III KONSEP MASYARAKAT MADANI
MENURUT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA
A. Keadaan Masyarakat di Indonesia
Masyarakat Indonesia belum berdisiplin. Korupsi sebagai refleksi ketidakjujuran masih menjadi problema berat. Korupsi yang menambah
kemiskinan orang miskin. Korupsi yang telah membudaya dalam kultur Indonesia sangat sukar diberantas. Birokrat yang gajinya kecil menjadikan
korupsi untuk memenuhi kebutuhan primernya. Pejabat tinggi dan orang kaya melakukan korupsi untuk kekayaan tujuh turunan.
Keadaan sosial yang telah menghasilkan banyak orang miskin baru ini merupakan masalah sosial yang
penting untuk segera diatasi. Jumlah siswa yang harus putus sekolah meningkat tajam di saat wajib belajar sedang giat-giatnya digalakkan.
Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat menurun sehingga mencapai titik yang memprihatinkan.
Orang kaya akan dapat pendidikan lebih baik daripada anak orang miskin.
78
Sebagian besar rakyatnya yang umumnya beragama Islam masih buta huruf seperti di daerah-daerah pedalaman masih banyak penduduknya
yang tidak sekolah entah disebabkan ketidaktahuan mereka tentang pentingnya pendidikan atau karena mahalnya biaya pendidikan.
79
78
“Problema Pengembangan Masyarakat Madani”, Republika, 18 Maret 2005, h. 20
79
Masykur Hakim dan Tanu Widjaya, Model Masyarakat Madani, Jakarta: Intimedia, 2003, cet.ke-1, h. 96
Kondisi kesehatan masyarakat Indonesia saat ini masih dalam keadaan terpuruk. Peningkatan derajat kesehatan masyarakat antara lain ditunjukkan
dengan menurunnya gizi kurang pada balita.
80
Standar dan pedoman pelaksanaan pembangunan kesehatan dirasakan masih kurang memadai, baik
jumlah maupun kualitasnya. Penelitian dan pengembangan kesehatan belum optimal termasuk pemanfaatan hasil-hasil penelitian serta pengembangan
sumber daya kesehatan masih belum merata dan belum sesuai dengan kebutuhan pembangunan kesehatan.
Pemerataan ekonomi yang belum sempurna karena dengan pemerataan ekonomi adalah satu cara untuk menciptakan ketenangan dalam masyarakat,
ketimpangan ekonomi dan tingginya pengangguran yang makin lama semakin melebar akan menimbulkan gejolak sosial yang dahsyat.
Dan juga sistem Negara di Indonesia yang selama ini begitu buruk. Keteganggan di Indonesia tidak hanya dalam wacana politik saja, tetapi
diperparah dengan gejala desintegrasi bangsa terutama kasus Timor Timur, Gerakan Aceh Merdeka, dan Gerakan Papua merdeka. Hal itu lebih didorong
karena rezim Orde Baru yang telah mengabaikan ciri-ciri masyarakat madani seperti pelanggaran HAM, tidak tegaknya hukum, dan pemerintahan yang
sentralistisabsolut. Sedangkan, kerusuhan sosial yang sering membawa persoalan SARA menunjukkan bahwa masih banyak masyarakat yang buta
hukum dan politik sebagai prasyarat masyarakat madani, di samping penegakkan hukum yang masih belum memuaskan.
80
“Bermain dengan Kematian“, Kompas Online, 4 November 2007.
Namun masyarakat Indonesia sekarang ini, sedang dalam tahap belajar untuk hidup berdemokrasi dalam arti yang sebenarnya, sehingga memerlukan
proses belajar dengan prioritas nilai-nilai tertentu seperti demokrasi, taat hukum, toleransi, akhlak dan moral yang anggun dan tanggung jawab sosial.
Pembentukan masyarakat madani Indonesia selain menuntut usaha dari dalam, sekaligus pula menghadapi tantangan-tantangan eksternal dalam era
globalisasi dan era informasi. Dengan demikian, pendidikan yang memiliki peran sentral dalam upaya membangun dan mewujudkan masyarakat tersebut
haruslah didasarkan pada paradigma-paradigma baru. Demikian pula, pengembangan pendidikan Islam haruslah didasarkan pada paradigma-
paradigma baru yang bertolak dari pengembangan manusia yang merdeka dan demokratis, yaitu manusia yang bertaqwa, berilmu pengetahuan,
berketerampilan, berakhlak dan bermoral tinggi, sehingga dapat berkarya dalam kehidupan masyarakat madani secara kompetitif.
Dan dengan adanya konsep masyarakat madani digunakan sebagai alternatif untuk mewujudkan good government, menggantikan bangunan Orde
Baru yang menyebabkan bangsa Indonesia terpuruk dalam. Masyarakat madani sukar tumbuh dan berkembang pada rezim Orde Baru karena adanya
sentralisasi kekuasaan melalui korporatisme dan birokratisasi di hampir seluruh aspek kehidupan, terutama terbentuknya organisasi-organisasi
kemasyarakatan dan profesi dalam wadah tunggal, tidak memiliki kemandirian dalam pemilihan pemimpin maupun penyusunan program-
programnya, sehingga mereka tidak memiliki kekuatan kontrol terhadap jalannya roda pemerintahan.
Kebijakan ini juga berlaku terhadap masyarakat politik political societies, sehingga partai-partai politik pun tidak berdaya melakukan kontrol
terhadap pemerintah dan tawar-menawar dengannya dalam menyampaikan aspirasi rakyat. Hanya beberapa organisasi keagamaan yang memiliki basis
sosial besar yang agak memiliki kemandirian dan kekuatan dalam mempresentasikan diri sebagai unsur dari masyarakat madani, Era Reformasi
yang melindas rezim Soeharto 1966-1998 dan menampilkan Wakil Presiden Habibie sebagai presiden dalam masa transisi telah mempopulerkan konsep
masyarakat madani karena presiden beserta kabinetnya selalu melontarkan diskursus tentang konsep itu pada berbagai kesempatan. Bahkan, Habibie
mengeluarkan Keppres No 198 Tahun 1998 tanggal 27 Februari 1999 untuk membentuk suatu lembaga dengan tugas untuk merumuskan dan
mensosialisasikan konsep masyarakat madani itu.
81
Konsep masyarakat madani dikembangkan untuk menggantikan paradigma lama yang menekankan pada stabilitas dan keamanan yang terbukti
sudah tidak cocok lagi. Soeharto terpaksa harus turun tahta pada tanggal 21 Mei 1998 oleh tekanan dari gerakan Reformasi yang sudah bosan dengan
pemerintahan militer Soeharto yang otoriter. Gerakan Reformasi didukung oleh negara-negara Barat yang menggulirkan konsep civil society dengan tema
pokok Hak Asasi Manusia HAM.
81
Www.hidayatullah.com
B. Cita-Cita Partai Keadilan Sejahtera