Faktor-Faktor di Balik Kekalahan Cagub/Cawagub Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Pada Pilgub DKI Jakarta Tahun 2012

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)

Oleh :

FARHAN SALIMAN NIM : 108045200002

KONSENTRASI SIYASAH SYAR’IYYAH

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

Syar’iyyah ( Ketatanegaraan Islam ) Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Juli 2015

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui Faktor-faktor di balik kekalahan Cagub/Cawagub Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Pilgub DKI Jakarta 2012 dengan waktu penelitian Mei s/d Juli 2015. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan teknik penelitian deskriptif dengan data kualitatif yaitu hasil dari wawancara dan observasi juga dengan literatur yang ada.

Penelitian dilakukan di Dewan Pimpinan Wilayah Partai Keadilan Sejahtera ( DPW PKS ) DKI Jakarta dan telah melakukan wawancara dengan Bapak Arif Priambodo, S.Psi. MM. ( Sekretaris Biro Perencanaan DPW PKS ). Selain itu untuk melengkapi data hasil wawancara data diperoleh dari literatur yang berkenaan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kekalahan PKS dalam pilgub DKI Jakarta seperti studi pustaka, jurnal-jurnal dari intenet dan lain-lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: pertama, strategi DPW PKS DKI untuk memenangkan pemilihan gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta pada 2012 adalah capacity building, institution building dan social building, kedua, gerakan politik Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta yaitu memadukan antara politik dan dakwah. Berdasarkan gerakan tersebut terjadi hubungan politik dan dakwah yang kolaboratif dan menjadikan politik tidak saja berdimensi kekuasaan dan ketiga faktor-faktor kekalahan Partai Keadilan Sejahtera pada Pilgub DKI tahun 2012 yaitu diajukannya cagub/cawagub dari internal PKS yang dianggap belum merepresentasikan semua kalangan.

Saran yang dapat diberikan adalah, dengan adanya sekularisasi politik yang terlihat menguat dengan makin merosotnya dukungan pada partai Islam di DKI hendaknya PKS dapat menata ulang strategi dakwah dan gerakan politiknya, sehingga PKS menjadi partai yang terbuka dapat diterima oleh masyarakat luas.


(6)

v

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan atas

segala rahmat, hidayah dan Inayah-Nya yang telah diberikan kepada penulis

sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Sholawat serta

salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rosul yang

berjasa besar kepada kita semua dalam membuka gerbang ilmu pengetahuan.

Skripsi yang berjudul “Faktor-faktor Di Balik Kekalahan Cagub/Cawagub Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Pada Pilgub DKI Tahun

2012” Penulis susun dalam rangka memenuhi dan melengkapi persyaratan mencapai gelar Sarjana Syariah (S.Sy) pada Program Studi Jinayah Siyasah

Konsentrasi Siyasah Syar’iyyah (Ketatanegaraan Islam) Fakultas Syariah dan

Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Setulus hati, penulis sadari bahwa tidak akan sanggup menghadapi dan

mengatasi berbagai macam hambatan dan rintangan yang mengganggu lancarnya

penulisan skripsi ini, tanpa adanya bantuan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, dalam kesempatan yang berharga ini perkenankan penulis untuk

menyampaikan rasa terima kasih yang tulus dan mendalam kepada yang

terhormat:

1. Bapak. Dr. Asep Saepudin Jahar, MA. Selaku Dekan Fakultas Syariah dan


(7)

vi

Siyasah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif

Hidayatullah Jakarta. Terima kasih atas waktu, bimbingan dan solusinya

selama ini.

3. Bapak Dr. Iding Rosyidin, M.Si., sebagai Dosen Pembimbing I penulis

yang senantiasa membimbing dan meluangkan waktunya untuk membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Atep Abdurrofiq, M.Si,. sebagai Dosen Pembimbing II yang

senantiasa membimbing dan memberikan motivasinya, waktunya untuk

membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

5. Segenap Dosen Fakultas Syari’ah dan Hukum yang memberikan berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan selama proses studi yang sangat berarti

bagi perkembangan pemikiran dan wawasan yang luas bagi penulis.

6. Segenap Pengelola Perpustakaan Utama serta Perpustakaan Fakultas

Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

atas pelayanan referensi buku-bukunya.

7. Orang tua penulis Ibunda Maemunah S.Pd.I, Alm. Kakak Tercintaku

Nanang Sufriyadi, Adikku Helmi Ma’arif dan segenap keluarga Besarku

H. Nisan Jafat (Kakek), Ustd. Drs. Muhammad Rifai’e, Munawaroh, Siti Rohmah, S.Pd., Nunung Suhaya, S.Pd. yang telah merawat dengan penuh

kesabaran dan keikhlasan dengan selalu memberikan motivasi, dukungan,


(8)

vii

Keluarga IKPA BBPP (Ikatan Peneriman dan Alumni Bantuan Biaya

Penunjang Pendidikan) Bazis Provinsi DKI Jakarta, Keluarga KKN Tahun

2011 Garut.

9. Serta seluruh pihak yang telah berjasa namun tidak penulis sebutkan satu

per satu.

Semoga Allah SWT dengan ridha-Nya membalas segala kebaikan

dengan pahala yang berlipat ganda. Dengan segala kekurangan, besar

harapan penulis agar skripsi ini mampu memberikan manfaat serta

pengetahuan bagi penulis pribadi dan para pembaca lainnya.

Jakarta, 08 Juli 2015


(9)

viii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN ... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... viii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Kerangka Pemikiran ... 10

E. Kerangka Konseptual ... 11

F. Langkah-langkah Penelitian ... 13

G. Sistematika Penulisan ... 16

BAB II : TINJAUAN TEORITIS TENTANG GERAKAN POLITIK DAN SIYASAH DUSTURIYAH A. Pengertian dan Model-model Gerakan Politik ... 17

1. Pengertian Gerakan Politik ... 17

2. Model-model Gerakan Politik ... 23

B. Pengertian dan Ruang Lingkup Siyasah Dusturiyah ... 27


(10)

ix

A. Sejarah Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ... 42

1. Munculnya Fenomena Gerakan Dakwah ... 43

2. Tahapan Strategi Gerakan Dakwah ... 45

3. Gerakan Dakwah dalam Pentas Seni ... 45

B. Karakteristik Gerakan Politik Partai Keadilan Sejahtera ... 47

C. Prinsip-prinsip Kebijakan dalam Gerakan Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ... 78

D. Profil Dewan Pimpinan Wilayah PKS DKI Jakarta ... 50

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Strategi Pemenangan PKS dalam Pemilihan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Tahun 2012 ... 60

2. Gerakan Politik DPW PKS DKI Jakarta dalam Pemenangan Pilgub ... 66

3. Faktor-faktor Kekalahan PKS dalam Pemilihan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Tahun 2012 ... 68

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ... 77


(11)

(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang merupakan kelanjutan dari Partai Keadilan (PK) yang didirikan di Jakarta 9 Jumadil Ula 1423 H yang bertepatan pada tanggal 20 April 2002 lahir dari sekumpulan anak-anak muda

terdidik yang senantiasa melakukan aktivitas pengajian di kampus-kampus. Aktivitas mengkaji itu kemudian diikuti dengan keinginan menerapkan atau mengimplementasikan dalam realitas kehidupan. Dan tampil sebagai sebuah kekuatan sosial politik di Indonesia adalah sebagai bukti nyata implementasi gerakannya. Dengan kata lain, eksistensi gerakan sosial politik kelompok ini merupakan konsekuensi logis dari sebuah eksistensi ideologis yang teruji ketangguhannya dalam kurang lebih 20 tahun kehadirannya di Indonesia.

Sebelum mewujud ke dalam sebuah partai, orang-orang PKS adalah orang-orang yang lebih bergelut di seputar kegiatan dakwah. Sesuai dengan kondisi Orde Baru yang sangat represif dan "anti Islam", gerakan mereka bersifat bawah tanah karena kegiatan mereka relatif tertutup dan terbentuk dalam kelompok-kelompok kecil (gerakan usroh atau tarbiyyah). Mereka relatif mengisolasi diri untuk bersentuhan dengan kegiatan politik karena jika mereka tampil dalam wacana ini maka yang akan terjadi adalah kegagalan dengan ditangkap, diintimidasi, dimatisosialkan, dan akhirnya lebur ke dalam suasana mayoritas yang diam terhadap represi dan ketidakadilan Orde Baru. Walau mengisolasi diri, bukan berarti mereka adalah sekumpulan orang-orang yang asing dan berjarak dengan negara Indonesia. Mereka mengisolasi diri untuk membentuk masyarakat yang solid untuk melawan kediktatoran.

Terbukti ketika Orde Baru mulai melemah, mereka segera ambil posisi, meskipun pada awalnya aktivitas mereka hanra mengambil tema-tema Dunia Islam Internasional seperti soal Palestina ataupun Bosnia. Walau demo-demo yang mereka gelar diikuti massa yang sangat besar, namun mereka


(13)

aman dari represi pemerintah pada saat itu. Hal itu sebenarnya dijadikan ajang pelatihan karena massa mereka merupakan yang paling efektif, berdisiplin, dan damai. Saat gerakan reformasi Mei 1998, saat itulah mereka benar-benar menghadapkan diri ke publik, sehingga publik pun menyadari ada kekuatan yang besar yang terorganisasi dengan rapi yang sebelumnya berada di bawah permukaan.1

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) lahir sebagai gerakan sosial keagamaan, karena dari awal pertumbuhan gerakan ini di kampus-kampus, agama Islam lebih tepatnya esensi atau nilai dari lslam itu sendiri menjadi nilai utama yang selalu dikedepankan, bukan hanya sekedar wacana belaka, tetapi juga implementasi praksisnya. Islam adalah agama yang sempurna" mencakup seluruh urusan kehidupan manusia yang terdiri dari kehidupan individu, keluarga, masyarakat, dan negara" serta segala aktivitas yang meliputinya, seperti ekonomi (al-Iqtishadiyah), politik (as-Siyasiyah), pendidikan (at-Tarbawiyah), hukum (al-hukniah) dan sebagainya. Islam tidak memilah antara kehidupan dunia dan akhirat, karenanya dalam setiap aktivitas mengandung unsur dunia dan akhirat sekaligus.

Politik termasuk di dalamnya karena politik adalah bagian dari keuniversalan Islam, maka setiap muslim harus meyakini bahwa Islam memiliki sistem politik yang bersumber dari Allah, dicontohkan oleh Rasulullah SAW, dan dikembangkan oleh para sahabat dan salafusshalih, sesuai dengan dinamika perkembangan hidup manusia setiap masa. Karenanya, merupakan sebuah kewajiban bagi setiap Muslim untuk siap menjalankan sistem itu, dan tidak akan menjalankan sistem lain. 2

Hal serupa diungkapkan pula oleh Hasan Al-Banna bahwa Islam adalah sistem yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah Negara dan tanah air, pemerintah dan umat, akhlaq dan kekuatan, kasih sayang dan keadilan, peradaban dan undang-undang, ilmu dan peradilan, materi dan

1

Sekjen PKS Bid. Arsip dan Sejarah, Dari Kader untuk Bangsa, (Bandung: Fitrah Rabbani, 2007), hlm. x

2

Nasir Fahmi, Menegakkan Syari‟at Islam Ala PKS, (Solo: Era Intermedia, 2008), hlm. 24


(14)

sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih. Karenanya, Dia mengkritik pemisahan antara agama dan politik. Dia menjelaskan bahwa setiap gerakan Islam yang menjauhkan politik tidak tepat untuk dikatakan sebagai gerakan lslam dengan pemahaman yang universal terhadap ajaran agama ini.

Penyatuan agama dan politik untuk menghadirkan kesejatian ajaran Islam bagi perbaikan kualitas kehidupan manusia selalu saja menarik untuk diwacanakan, dikaji, diteliti, bahkan diwaspadai. Terlebih ketika hal ini menyangkut wilayah publik dan kekuasaan. Bentuk perhatian orang dikemukakan sesuai dengan posisi dan kepentingan masing-masing. Karenanya, hubungan antara agama dengan politik sejak dahulu kala selalu difahamkan sebagai dua karakter yang terpisah. Agama adalah sesuatu yang diyakini suci, oleh karena itu harus dijauhkan dari aktivitas politik yang penuh intrik licik dan kotor. Sehingga jelas, posisi pengdikotomian ini telah menjadi mind set atau cara berfikir banyak kalangan.

Di Indonesia yang merupakan negara dunia ketiga sekaligus negeri dengan penganut Islam terbesar, proses modernisasi dalam berbagai lapangan kehidupan khususnya politik dilakukan dengan sangat efektif oleh kekuasaan Orde Baru. Orientasi pembangunan politik Orde Baru menghendaki terciptanya tatanan yang dapat mendukung terciptanya sistem yang kuat, stabil dan demokratis pasca kegagalan Orde Lama. Dalam batasan tersebut, modernisasi politik kemudian dilirik sebagai acuan untuk mewujudkan suasana politik yang sehat dan berguna bagi proses demokratisasi.

Pendapat Hutington yang dikutip oleh Ali Said Damanik,3 berkenaan dengan modernisasi politik yang dimaksud di atas memiliki tiga pengertian, yaitu:

(l) Melibatkan Rasionalitas Otoritas. dengan mengganti sejumlah sumber otoritas politik tradisional, keagamaan, kekeluargaan dan etnik dengan otoritas politik yang benar-benar sekuler dengan bendera kebangsaan. (2) Diferensiasi fungsi-fungsi politik baru dan

3


(15)

pembangunan struktur yang menekankan aspek-aspek pengkhususan agar lebih berfungsi. (3) Peningkatan partisipasi politik bagi kelompok sosial seluruh masyarakat.

Dalam kasus orde Baru ini, para pengamat umumnya sepakat bahwa proses modernisasi yang berlangsung di bawah naungan politik Orde Baru telah mendorong dilakukannya upaya-upaya penafsiran ulang dan penyesuaian-penyesuaian diri dalam tubuh umat Islam, sehingga mereka setidaknya tetap dapat eksis dalam gejolak perubahan yang berlangsung. Ini terutama dirasakan dalam wacana dan kiprah politik yang sejak dini mengagendakan dan melancarkan restrukturisasi mendasar yang kemudian dipergunakan untuk menopang proses akselerasi modernisasi dan pembangunan ekonomi.

Ada sebagian pengamat yang mencatat bahwa restrukturisasi politik yang dilakukan oleh Orde Baru telah menghasilkan sebuah format politik baru yang ciri-ciri umumnya adalah: 4

(l) Munculnya negara sebagai aktor atau agen otonom yang posisinya "mengatasi" masyarakat yang sebetulnya merupakan asal-usul eksistensinya. (2) Menonjolnya peran dan fungsi birokrasi serta teknokrasi dalam proses rekayasa sosial, ekonomi dan politik. (3) Semakin terpinggirkannya sektor-sektor popular dalam masyarakat termasuk kaum inteleklual. (4) Diterapkannya model politik eksklusioner melalui jaringan korporatis untuk menangani berbagai kepentingan politik. (5) Penggunaan secara efektif hegemoni ideologi untuk memperkokoh dan melestarikan legitimasi sistem politik yang ada.

Dengan format politik seperti itu, pemerintah Orde Baru berhasil melakukan konsolidasi ke dalam yang hasilnya adalah tersingkirkannya kekuatan-kekuatan politik yang cenderung bersikap oposisi dalam ruang politik resmi versi Orde Baru. Termasuk dalam hal ini adalah keberhasilan Orde Baru dalam menjinakkan kiprah politik kelompok umat Islam yang dinilai akan menghambat proses stabilisasi politik seperti penyederhanaan partai-partai politik dan kebijakan masa mengambang (floating mass), marginalisasi tokoh-tokoh Islam yang dianggap menganut garis keras, represi

4


(16)

terhadap gerakan-gerakan Islam, kooptasi para pemimpin Islam yang dianggap berpengaruh dan popular, kontrol birokrasi terhadap lembaga-lembaga Islam baik milik negara maupun swasta.

Merupakan sejarah yang tertunda karena pasca tumbangnya kekuasaan yang pongah tepatnya pada tanggal 2l Mei 1998, kembali memberikan banyak harapan menuju pintu pentas politik Indonesia yang baru. Salah satunya adalah partai-partai politik yang pada saat itu hanya terpusat pada tiga partai politik saja karena mengalami penyederhanaan, kini dibiarkan untuk menyelenggarakan kampanye dan berorganisasi secara bebas. Ini memberikan banyak peluang kepada partai-partai politik termasuk partai politik Islam untuk berkiprah kembali, di mana sebelumnya pada era itu, rezim Soeharto sangat represif dengan kebijakan deideologisasi dan depolitisasinya. Jangankan untuk menyuarakan gagasan Islam sebagai dasar negara, menjadikan Islam sebagai asas dan simbol partai pun tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, pada rezim ini wacana tentang ideologi politik lslam relatif sepi di permukaan. Siapapun yang ingin menyuarakan gagasan mengenai politik Islam atau Islam ideologi yang berbeda dengan arus utama pandangan politik keislaman versi Orde Baru, harus melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Kenyataan seperti ini telah mendorong banyak orang untuk menilai bahwa pemerintahan Orde Baru memberlakukan kebijakan depolitisasi Islam. Namun terbatasnya ruang untuk mengembangkan wacana politik keislaman khususnya, dan politik secara keseluruhan pada umumnya telah mendorong para pemikir dan aktivis lslam untuk mencari alternatif-altematif yang memungkinkan. Salah satunya ada yang mengembangkan gagasan mengenai diversifikasi makna politik Islam dan ada pula yang merancang agenda dalam jangka panjang yaitu dengan meningkatkan kajian-kajian terhadap Islam dalam spektrum yang lebih dalam dan luas. 5

Kajian-kajian ini dilakukan dengan cara melakukan pembinaan

(tarbiyyah) secara intensif kepada umat secara keseluruhan dengan

5

Sekjen DPP PKS, Mereka Bicara PKS: Sebuah Bunga Rampai, (Jakarta: Fitrah Rabbani, 2006), hlm. 32


(17)

memberikan kesadaran dan pencerahan tentang hakikat kesempurnaan lslam. Dilakukan dengan berupaya untuk membangun ruh keislaman melalui tabligh, seminar, aktivitas sosial, ekonomi, dan juga pendidikan. Sementara dalam bidang politik mereka mencoba menyadarkan masyarakat muslim khususnya, serta pemuda dan mahasiswa akan tanggungjawabnya terhadap masa depan bangsa Indonesia.

Dalam konteks ini, kampus, masjid, forum-forum studi menjadi alternatif yang dinilai strategis. Di situlah kajian demi kajian dilakukan. Lebih dari sekedar keinginan untuk menambah wawasan tentang Islam semata, tetapi pendalaman aqidah dan praktik keagamaan yang menyeluruh. Alhasil, Islam menjadi buku atau text yang terbuka di negeri ini, yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia termasuk politik, yang siapa pun bisa membacanya.

Di awal telah dibahas bahwa agama adalah suatu hal yang diyakini sakral atau suci, karenanya harus dijauhkan dari politik yang cenderung kotor. Sangatlah jelas, dalam pernyataan ini posisi pemisahan antara agama dan

politik telah menjadi cara berfikir banyak kalangan. Demikian pula apa yang disampaikan oleh Presiden Cheko, Vaclav Havel, politik itu kotor, dan puisi yang membersihkannya. Selain itu, banyak pula orang yang mencibir kepada hal yang bernama politik, karena dandanan politikus yang meriah, saling sikut

menyikut yang gentar dan pengkhianatan. Seperti itulah anomali dunia politikus, setiap celah akan dimanfaatkan untuk mendapatkan keuntungan, maksimal bagi kepentingan kekuasaan dan penguasa.

Tetapi tidak dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Partai yang merupakan transformasi gerakan tarbiyyah atau gerakan dakwah kampus yang sebagian menjadikan dirinya sebagai Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), kemudian pasca momentum reformasi, tepatnya pada tanggal 09 Agustus 1998, gerakan dakwah tarbiyyah ini justru melakukan langkah yang lebih berani untuk memunculkan dirinya ke hadapan publik dengan mengumumkan secara legal formal sebagai gerakan yang berkekuatan politik pula.


(18)

Transformasi dari gerakan tarbiyyah menjadi partai politik dilakukan karena seperti apa yang dikatakan oleh Hasan Al-Banna dalam sebuah Konfrensi pelajar Ikhwanul Muslimin pada bulan Muharram 1357 H, yaitu:

"Dapat aku sampaikan dengan tegas bahwa seorang Muslim tidak akan sempurna agamanya kecuali jika ia menjadi politisi, memiliki pandangan yang jauh tentang problemotika umatnya, memperhatikan urusan-urusan mereka dan bersedia untuk membantu mencari jalan

keluarnya. Karenanya pembatasan dan pembuangan terhadap agama ini

adalah sikap yang tidak diakui oleh agama Islam. Maka kepada setiap organisasi Islam agar menjadikan prioritas programnya adalah memperhatikan urusan politik umat Islam, kalau tidak maka ia sendiri

perlu untuk memahami kembali makna Islam." 6

Dengan mentransformasi dari gerakan tarbiyah menjadi gerakan politik

tersebut, ternyata menjelaskan bahwa PKS dalam gerak politiknya memainkan dua peran, yaitu legal formalis dan subtansialis. Formalis berarti gerakannya terpusat pada usaha menjadikan salah satu aspek hukum Islam dalam hukum

positif lndonesia.

Islam di Daerah Khusus Ibukota Jakarta adalah agama yang dianut oleh mayoritas penduduk provinsi ini. Sensus BPS tahun 2010 menyebutkan 85,36% atau sebanyak 8.200.796 jiwa penduduk Jakarta menganut agama Islam.7 Islam berkembang di Jakarta sekitar awal abad ke-15, yaitu saat wilayah ini masih bernama Sunda Kelapa dan berada di bawah kekuasaan Kerajaan Sunda Pajajaran. Menurut budayawan Betawi Ridwan Saidi, penyebar agama Islam pertama di wilayah ini adalah Syekh Hasanuddin (Syekh Quro) yang datang dari Champa. Ia menikah dengan penduduk setempat dan mendirikan pondok pesantren Quro pada tahun 1428 di Tanjungpura, Karawang.8 Selanjutnya penyebaran juga dilakukan oleh para

menak Pajajaran yang telah memeluk Islam, serta para pendatang baik dari

6

M. Abd. Qadir Abu Faris, Fiqh Politik Hasan Al-Banna, (Solo: Media Insani Press, 2003), hlm. 27

7

Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Agama yang Dianut: Provinsi DKI Jakarta, Sensus Penduduk 2010, www.bps.go.id. Diakses 10 Nopember 2012

8

Kiki, Rakhmad Zailani, Genealogi Intelektual Ulama Betawi, © 2006 Hak Cipta oleh Republika Online, Jumat, 13 April 2007. Diakses 21 Nopember 2012


(19)

wilayah Nusantara lainnya maupun para pedagang muslim asal Cina, Gujarat, atau Arab.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang dikenal sebagai partai dakwah ini memiliki basis terbesar di Ibu Kota. Pada Pemilu legislatif 2004 PKS behasil medapat 24 % suara sekaligus menjadi partai terbesar di DKI Jakarta. Perolehan tersebut tentu tergolong fenomenal mengingat PKS sebagai partai baru yang berlaga dalam belantara politik Indonesia. Bahkan pada pilgub DKI 2007, Kandidat yang diusung sendiri oleh PKS berhasil meraih lebih dari 44%

suara sah, bersaing ketat dengan “partai sekutu” yang mengusung Foke.

Walaupun kalah dalam pilkada, namun opini publik justru menganggap PKS sebagai partai yang fenomenal dengan melihat perolehan suara yang sangat

fantastis walau “dikeroyok” oleh partai-partai lain.

Bercermin dari Pilkada DKI 2007, para pembesar PKS menjadi sangat percaya diri dengan menargetkan 50% suara di DKI pada pemilu legislatif 2009. Rasa percaya diri itu di perkuat dengan kemenangan PKS di beberapa Pilkada seperti Jabar, Sumut, dan NTB menjadikan para elit PKS semakin optimis untuk dapat meraih 20% suara nasional dan 50% suara di Ibu Kota. Namun kenyataan berkata lain. PKS gagal total untuk mencapai targetnya, baik di Jakarta ataupun di tingkat nasional. PKS hanya berhasil memperoleh 18% suara di Ibu Kota dan menjadi partai kedua terbesar di Jakarta setelah Partai Demokrat. Ini adalah untuk kali pertama trafik PKS turun dalam sejarah politik PKS di Ibu Kota.

Pada Pilkada DKI 2012 PKS masih sangat percaya diri untuk maju sendiri. Tidak tanggung-tanggung, kandidat yang diusung adalah kader terbaik PKS sekaligus mantan Presidennya, Hidayat Nurwahid. Kemunculan Hidayat Nurwahid dalam bursa Pilkada DKI 2012 mengejutkan banyak pihak, pasalnya nama Hidayat justru muncul pada detik-detik terakhir. Para pengamat politik bahkan menganalisa Hidayat akan menjadi kuda hitam dan menjadi ancaman serius bagi pasangan incumbent. Apalagi dikuatkan dengan mesin politik PKS yang sudah sangat mengakar hingga tingkat RT/RW dan militansi kader PKS yang dianggap paling loyal tentu akan semakin berapi-api


(20)

karena yang diusung adalah tokoh sekaligus kader terbaiknya. Melihat dari modal politik itu, para elit PKS yakin akan dapat memenangkan Pilkada DKI, atau setidaknya, memperoleh angka yang signifikan.

Namun sekali lagi, ternyata kenyataan berkata lain. Hasil perhitung perolehan suara calon gubernur, menunjukan PKS hanya berada di posisi ketiga. Perolehan suara calon yang diusung PKS hanya sekitar 11% merupakan fenomena yang menarik untuk dikaji. Padahal PKS sudah mengerahkan kekuatan penuh dan segenap tenaganya dengan sangat maksimal pada Pilkada DKI. Setidaknya kekuatan penuh itu terlihat dari dua hal: Pertama, karena DKI adalah basis masa PKS terbesar di Indonesia, dan kedua karena kandidat yang diusung PKS adalah public figur sekaligus kader terbaiknya. Jika dengan kekuatan penuh PKS hanya mendapat 11% di kandang sendiri, hal ini menjadi fenomena yang menarik untuk diteliti.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji, meneliti dan mengetahui lebih jauh mengenai gerakan politik PKS. Dengan demikian penulis menentukan judul skripsi ini adalah "FAKTOR-FAKTOR DI BALIK KEKALAHAN CAGUB/CAWAGUB PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) PADA PILGUB DKI JAKARTA TAHUN 2012.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis mengemukakan bahwa fokus masalah dalam penelitian ini akan berkisar pada hal-hal berikut: 1. Bagaimana strategi pemenangan pemilu yang dilakukan oleh PKS di DKI

Jakarta ?

2. Bagaimana gerakan politik Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta?

3. Apa saja faktor-faktor kekalahan Partai keadilan Sejahtera pada Pilgub DKI tahun 2012?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian penulis dari rumusan masalah di atas yaitu:


(21)

1. Untuk mengetahui strategi pemenangan pemilu yang dilakukan oleh PKS di DKI Jakarta.

2. Untuk menggambarkan gerakan politik Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta.

3. Untuk mengetahui faktor-faktor kekalahan Partai keadilan Sejahtera pada Pilgub DKI tahun 2012.

D. Kerangka Pemikiran

Dalam pemikiran politik Islam modern, hubungan agama (Islam) dengan politik telah menjadi bahan perdebatan yang sebelumnya tidak pernah terjadi. Perdebatan itu muncul setelah kolonialisme Barat berhasil menancapkan penjajahan fisik dan perang pemikirannya di dunia Islam dalam waktu yang cukup lama.

Akibatnya terjadi pengubahan pola pemikiran pada sebagian umat Muslim. Sebagian dari mereka mulai meragukan keabsahan hubungan agama dan politik dan sebagiannya lagi bahkan mengalami pergeseran ke arah pemikiran politik yang telah lama berkembang di Barat, yaitu sekulerisme dalam arti memisahkan antara agama dan negara (politik).

Paham sekulerisme dalam dunia siyasah yang umumnya lahir dari kajian-kajian dan pengalaman manusia yang bersiyasah secara pragmatis itu telah memasuki kalangan cendekiawan dan para pemimpin di dunia Islam. Secara umum, kelompok yang mempertahankan sekulerisme adalah orang-orang yang jahil tentang Islam, atau dikarenakan belum adanya negara Islam modern yang dapat dijadikan contoh, atau dikarenakan pula sisi-sisi positif siyasah Islam sengaja tidak dimunculkan baik dalam tataran wacana atau dalam aplikasi siyasah kontemporer. Sehingga dalam praktiknya, faham sekuler secara tidak langsung menjadi sebuah paksaan untuk dianut oleh umat Muslim sebagai model gerakan politiknya.

Aqidah dan syari'ah telah menetapkan dasar siyasah dan kedudukannya dalam agama. Islam juga telah memastikan bahwa setiap muslim harus bersiyasah dengan cara yang Islami, yaitu bagaimana memperjuangkan implementasi tuntutan Islam itu melalui cara yang demokratis, yang kita kenal


(22)

sebagai produk Barat. Dan bagaimana pula sebuah ketentuan Allah harus dikonsultasikan dengan berbagai kalangan manusia yang notabene sebagai makhluk Allah, tetapi memiliki cara pandang yang berbeda.

Demokrasi memang bukan sistem Islam, tapi inilah sistem politik modern yang lebih dekat kepada Islam karena dalam sistem demokrasi terdapat unsur-unsur implementatif yang mempunyai kesesuaian dengan Islam. Dalam hal ini, tentu dapat menjadi sarana untuk merealisasikan gagasan, wacana serta implementasi penegakkan syari' at Islam.

Berkaitan dengan uraian di atas maka dapat diketahui bahwa sesungguhnya Islam adalah suatu agama yang komprehensif. bersifat integral yang tidak mengenal pemisahan, yang menyatukan berbagai persoalan moril dan materil, serta mencakup berbagai kegiatan manusia dalam kehidupan dunia dan akhiratnya9, termasuk kehidupan politik.

Politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam negara untuk mewujudkan kebaikan bersama, sehingga dalam pelaksanaan program atau gerakan politiknya, kemaslahatan bersama yang menjadi prioritas gerakan politiknya. 10

Dalam buku Miriam Budiarjo, 11 secara teori, politik dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu (l) Teori-teori yang mempunyai dasar moril dan yang menentukan norma-norma politik (norms for political behavior), (2) Teori-teori yang menggambarkan dan membahas fenomena dan fakta-fakta politik dengan tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai.

E. Kerangkan Konseptual

1. Partai Politik dan Kekuasaan

Partai politik adalah organisasi politik yang menjalani ideologi tertentu atau dibentuk dengan tujuan khusus. Definisi lainnya adalah kelompok yang terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini ialah

9

Yusuf Qordhawi, Fiqh Negara, (Jakarta: Rabbani Press, 1999), hlm. 23

10

http://id.wikipedia.org

11


(23)

untuk memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik - (biasanya) dengan cara konstitusionil -untuk melaksanakan kebijakan-kebijakan mereka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), partai politik berarti perkumpulan yang didirikan untuk mewujudkan ideologi politik tertentu.

Sedangkan kekuasaan adalah adalah kemampuan yang mungkin untuk memaksa orang lain. Kekuasaan sangat berkaitan erat dengan wewenang. Perbedaan antara kekuasaan dengan wewenang adalah bahwa setiap kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain dapat dinamakan kekuasaan. Sedangkan wewenang adalah kekuasaan yang ada pada seseorang atau sekelompok orang, yang mempunyai dukungan atau mendapat pengakuan dari masyarakat. Oleh karena itu, kekuasaan sangat menarik perhatian para ahli ilmu pengetahuan kemasyarakatan.Kekuasaan dapat menciptakan kelas-kelas sosial di masyarakat, adapun yang menciptakan kelas-kelas sosial dan ketimpangan kekuasaan adalah pembagian kerja dalam kegiatan produksi dan hubungan sosial dalam produksi. Kekuasaan senantiasa ada di dalam setiap masyarakat, baik yang masih bersahaja, maupun yang sudah besar atau rumit susunannya.

Kekuasaan adalah kemampuan untuk bertindak atau memerintah sehingga dapat menyebabkan orang lain bertindak, pengertian disini harus meliputi kemampuan untuk membuat keputusan mempengaruhi orang lain dan mengatasi pelaksanaan keputusan itu. Biasanya dibedakan antara kekuasaan yang berarti dalam kemampuan untuk mempengaruhi orang lain sehingga dapat menyebabkan orang lain tersebut bertindak dan wewenang yang berarti hak untuk memerintah orang lain. Kekuasaan dapat didefinisikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin. Keberhasilan seorang pemimpin banyak ditentukan oleh kemampuannya dalam memahami situasi serta ketrampilan dalam menentukan macam kekuasaan yang tepat untuk merespon tuntutan situasi.


(24)

2. Pemilihan Kepala Daerah Langsung

Pilkada langsung merupakan perwujudan konstitusi dan UUD 1945. Seperti telah diamanatkan Pasal 18 Ayat (4) UUD 1945, Gubernur, Bupati dan Wali Kota, masing-masing sebagai kepala pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota dipilih secara demokratis. Hal ini telah diatur dalam UU No 32 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah.

Pilkada langsung sebagai sarana pembelajaran demokrasi (politik) bagi rakyat (civic education). Ia menjadi media pembelajaran praktik berdemokrasi bagi rakyat yang diharapkan dapat membentuk kesadaran kolektif segenap unsur bangsa tentang pentingnya memilih pemimpin yang benar sesuai nuraninya.

Pilkada langsung sebagai sarana untuk memperkuat otonomi daerah. Keberhasilan otonomi daerah salah satunya juga ditentukan oleh pemimpin lokal. Semakin baik pemimpin lokal yang dihasilkan dalam pilkada langsung 2005, maka komitmen pemimpin lokal dalam mewujudkan tujuan otonomi daerah, antara lain untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan selalu memerhatikan kepentingan dan aspirasi masyarakat agar dapat diwujudkan.

F. Langkah-langkah penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa langkah penelitian, yaitu: 1. Penentuan Lokasi penelitian

Penelitian dilaksanakan di Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta. Alasan penulis menjadikan lokasi tersebut sebagai lokasi penelitian adalah, di lokasi tersebut terdapat data-data langsung berkaitan dengan judul skripsi penulis.

2. Penentuan Metode penelitian

Penelitian ini diarahkan pada salah satu partai politik yaitu Partai Keadilan Sejahtera dengan menggunakan metode penelitian studi kasus dengan teknik penelitian deskriptif. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah


(25)

untuk mendeskripsikan suatu satuan analisis secara utuh sebagai suatu kasatuan yang terintegrasi.12 Yaitu menggambarkan kembali faktor-faktor kekalahan Partai Keadilan Sejahtera dalam Pilgub DKI Jakarta tahun 2012. 3. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu sumber data primer dan sekunder.

a. Sumber data primer ialah data yang diperoleh langsung yang berhubungan dengan penelitian yang berfungsi dapat dijadikan rujukan pokok tentang variabel-variabel dalam penelitian studi kasus.13

b. Sumber data sekunder ialah data pendukung dan pelengkap dari data primer, 14 yaitu data yang diperoleh dari literatur yang berkenaan dengan factor-faktor yang mempengaruhi kekalahan PKS dalam pilgub DKI Jakarta seperti studi pustaka jurnal-jurnal dari intenet dan lain-lain.

4. Jenis Data

Jenis data adalah jawaban atas pertanyaan penelitian yang diajukan terhadap masalah yang dirumuskan dan pada tujuan yang telah ditetapkan.15 Jenis data yang digunakan dalam penulisan penelitian ini adalah kualitatif yaitu hasil dari wawancara dan observasi juga dengan literatur yang ada. 5. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah penentuan metode pengumpulan data-data yang tergantung pada jenis dan sumber data yang diperlukan. 16 Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Studi lapangan: yaitu mengumpulkan, meneliti dan menyeleksi data yang tersedia di lokasi penelitian yang sesuai dengan pembahasan penelitian dengan cara:

1) Observasi, yaitu suatu studi sengaja dan sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan, sehingga

12

Cik Hasan Bisri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi,

(Jakarta: Raja Grafindo Persada), 2001, hlm. 62

13

Hasan Basri, Penuntun……….., hlm. 64

14

Hasan Basri, Penuntun……….., hlm. 64

15

Hasan Basri, Penuntun………..hlm. 63

16


(26)

dapat diamati dan dapat diukur sampai informasi yang didapat menjadi sangat abstrak. 17 Tehnik penelitian ini dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung ke sekretariat Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta.

2) Interview, yaitu dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang diwawancara. Ini digunakan untuk memperoleh informasi dari pengurus Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta mengenai faktor-faktor kekalahan Partai Keadilan Sejahtera dalam Pilgub DKI Jakarta.

3) Studi Dokumentasi, yaitu pengumpulan data dengan mencari data mengenai hal-hal atau veriabel yang berkaitan dengan faktor-faktor kekalahan Partai Keadilan Sejahtera pada Pilgub di DKI Jakarta. b. Studi Pustaka: yaitu mempelajari teori-teori atau informasi lain dari buku,

surat kabar, dan literatur lain, terutama untuk mendapatkan data tentang Gerakan Politik.

6. Analisis Data

Analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data "mengorganisasikan data memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.18 Atau penguraian data melalui tahapan-tahapan seperti kategorisasi, dan klasifikasi, serta pencarian hubungan antar data yang secara spesifik tentang hubungan antar peubah.19

Dalam penelitian yang dilakukan di DPW PKS DKI Jakarta, maka analisa-analisa data dilakukan dengan:

a. Membuat daftar pertanyaan

b. Mengumpulkan data melalui wawancara

c. Mengumpulkan data melalui studi dokumentasi

17

Hasan Basri, Penuntun……….., hlm. 66

18

Lexi J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 248.

19


(27)

d. Setelah data terkumpul kemudian dikelompokkan untuk mengetahui mana data yang dibutuhkan dan mana data yang tidak dibutuhkan

e. Setelah mengetahui data yang dibutuhkan, maka penulis menghubungkan atau mencari hubungan antara data yang satu dengan data yang lain, kemudian diolah menggunakan kerangka berfikir yang sudah ditulis

f. Menafsirkan data-data yang dianalisis dengan memperhatikan rumusan masalah

g. Setelah menafsirkan data-data yang dianalisis, kemudian ditarik menjadi sebuah kesimpulan.

G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan gambaran jelas mengenai materi yang menjadi pokok penulisan skripsi ini agar memudahkan para pembaca dalam mempelajari tata urutan penulisan ini, maka penulis menyusun sistematika penulisan sebagai berikut.

Bab Pertama, Pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, kerangka konseptual, langkah-langkah penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab Kedua, menggambarkan secara umum tentang Gerakan Politik dan Siyasah Dusturiyah.

Bab Ketiga, Menjelaskan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang mencakup Sejarah Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Karekteristik Gerakan Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Prinsip-prinsip Kebijakan dalam Gerakan Politik Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Profil Dewan Pimpinan Wilayah PKS DKI Jakarta.

Bab Keempat, Hasil Penelitian dan pembahasan yang mengenai strategi pemenangan PKS dalam Pemilihan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta tahun 2012, Gerakan politik DPW PKS DKI Jakarta dalam pemilihan Pilgub dan faktor-faktor kekalahan PKS dalam pemilihan Cagub dan Cawagub DKI Jakarta Tahun 2012.

Bab Kelima merupakan akhir dari seluruh rangkaian pembahasan dalam


(28)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS TENTANG

GERAKAN POLITIK DAN SIYASAH DUSTURIYAH A. Pengertian dan Model-model Gerakan Politik

1. Pengertian Gerakan Politik

Secara teori, politik adalah bahasan dan generalisasi dari berbagai fenomena yang bersifat politik. Dengan kata lain teori politik adalah bahasan dan renungan atas tujuan dari kegiatan politik, cara-cara mencapai tujuan, kemungkinan-kemungkinan dan kebutuhan-kebutuhan yang ditimbulkan oleh situasi politik yang tertentu dan kewajiban-kewajiban (obligations) yang diakibatkan oleh tujuan politik tersebut. Adapun konsep-konsep yang dibahas dalam teori politik mencakup antara lain masyarakat, kelas sosial, negara, kekuasaan, kedaulatan, hak dan kewajiban, kemerdekaan, lembaga-lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik (political development), modernisasi dan lain-lain.

Menurut pendapat Thomas P. Jenkin yang dikutip oleh Miriam Budiarjo,20 teori-teori politik dapat dibedakan menjadi dua macam, meskipun perbedaan diantara keduanya bersifat mutlak. Adapun perbedaan tersebut adalah:

a. Teori-teori yang mempunyai dasar moril dan yang menentukan norma-norma politik (norms for political behavior). Teori ini disebut juga dengan valuational (mengandung nilai) karena memiliki unsur norma-norma dan nilai.

b. Teori-teori yang menggambarkan dan membahas fenomena dan fakta-fakta politik dengan tidak mempersoalkan norma-norma atau nilai. Teori-teori ini dapat dinamakan dengan non-valuational (value free).

Teori-teori politik yang mempunyai dasar moril fungsinya menentukan pedoman dan patokan yang bersifat moral dan sesuai dengan norma-norma moral. Semua fenomena politik ditafsirkan dalam rangka tujuan dan pedoman moral ini. Dianggap bahwa dalam kehidupan politik yang sehat diperlukan pedoman dan patokan ini. Teori-teori semacam ini mencoba mengatur

20


(29)

hubungan-hubungan antara anggota masyarakat sedemikian rupa sehingga di satu pihak memberi kepuasan perorangan, dan dipihak lain dapat membimbingnya menuju ke suatu struktur masyarakat politik yang dinamis dan stabil. Untuk keperluan itu, teori-teori politik semacam ini memperjuangkan suatu tujuan yang bersifat moral dan atas dasar itu menetapkan suatu kode etik atau tata cara yang harus dijadikan pegangan dalam kehidupan berpolitik. Fungsi utama dari teori-teori politik ini adalah untuk mendidik warga masyarakat mengenai norma-norma dan nilai-nilai itu.

Dalam teori politik moral, terdapat beberapa golongan yaitu golongan filsafat politik, golongan teori politik sistematis dan golongan ideologi politik. Golongan ideologi politik merupakan himpunan nilai-nilai, ide, norma-norma, kepercayaan dan keyakinan yang dimiliki seseorang atau sekelompok orang atas dasar mana dia menentukan sikapnya terhadap kejadian dan problema politik yang dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politiknya. Karena nilai-nilai dan ide-ide tersebut merupakan suatu sistem yang saling berpautan. Dan yang menjadi dasar dari ideologi politik adalah keyakinan adanya suatu pola tata tertib sosial politik yang ideal.

Ideologi politik mencakup pembahasan dan diagnosa, serta saran-saran mengenai bagaimana mencapai tujuan yang ideal tersebut. Ideologi yang berkembang luas mau tidak mau dipengaruhi oleh kejadian-kejadian dan pengalaman-pengalaman dalam masyarakat di mana dia berada dan harus sering mengadakan kompromi dan perubahan-perubahan secara luas.21

Berdasarkan penjelasan tentang teori politik di atas, cara untuk mencapai tujuan politik yang diinginkan tidak terlepas dari bagaimana dia sebagai pelaku yang melakukan kegiatan politik baik secara personal atau komunal melakukan gerakan politiknya dengan dipengaruhi oleh kejadian atau pengalaman-pengalaman dalam masyarakat di mana dia berada. Oleh karena itu, secara sederhana, gerakan dapat difahami sebagai suatu tindakan terencana

21


(30)

yang dilakukan oleh kelompok masyarakat disertai program terencana yang ditujukan untuk suatu perubahan ke arah yang lebih baik.22

Dalam buku Fiqh Responsibilitas, gerakan atau pergerakan lebih cenderung ke dalam masalah amal atau perbuatan, baik dalam bidang akhlak, hukum, nilai-nilai dan etika bagi seluruh manusia. Karenanya, pergerakan ini memiliki beberapa ciri khas dan asas-asas yang masyhur. Adapun ciri khas tersebut antara lain sebagai berikut: 23

(1) Senang bergaul dengan manusia, hidup bersama dan bergabung dengan mereka pada saat kesusahan dan sabar terhadap hal-hal yang meletuhkan, (2) Cinta dan kasih sayang terhadap sesama manusia, menghormatinya, dan cinta kepada Allah serta agama Islam dengan mengikuti petunjuk Nabi SAW, (3) Cinta kebenaran kepada manusia dan menolongnya semata-mata untuk mendekatkan diri kepada Allah, (4) Memiliki kemampuan gerak untuk mempengaruhi orang lain untuk beramal baik dan konsisten pada Islam, (5) Memiliki kemampuan gerak untuk mengumpulkan manusia dan memiliki kemampuan untuk mengatur mereka sesuai dengan kebutuhan amal gerakannya.

Sedangkan politik, ditilik dari sudut pandang berbeda, yaitu antara lain:

(1) Politik adalah usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama (teori klasik Aristoteles), (2) Politik adalah hal yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara, (3) Politik merupakan kegiatan yang diarahkan untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan di masyarakat, (4) Politik adalah segala sesuatu tentang proses perumusan dan pelaksanaan kebijakan publik.24

Dari pengertian dua variabel di atas, dapat dipahami bahwa gerakan politik baik itu gerakan yang dilakukan oleh pergerakan Islam ataupun bukan adalah suatu tindakan terencana yang dilakukan oleh kelompok masyarakat disertai program terencana yang ditujukan untuk suatu perubahan ke arah yang lebih baik dalam hal yang berkaitan dengan kekuasaan ataupun yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemerintahan dan negara.

22“Gerakan Politik Islam” tersedia online di http://hidayatulloh.com

diakses tgl. 12 Januari 2013

23

Ali A. Halim Mahmud, Fiqh Responsibilitas: Tanggung Jawab Muslim dalam Islam,

(Jakarta: Gema Insasi Press, 1998), hlm. 315

24Pengertian Politik” tersedia online

http:///id.wikipedia.org diakses, Tanggal 12 Januari 2013


(31)

Pada dasarnya politik adalah suci, yaitu untuk kesejahteraan, kemakmuran dan keamanan umat manusia (social welfare). Kotoran politik muncul ketika proses bagaimana memperoleh kekuasaan, menjalankan kekuasaan, dan mempertahankan kekuasaan tersebut dilaksanakan dengan cara atau metode yang salah, kotor, penuh kecurangan dan pengkhianatan, sehingga kekuatan nilai atau moral dalam beraktivitas politik tidak menjadi patokan utama.

Politik lahir akibat proses sosial yang dialami sekelompok manusia, sehingga patronase kehidupan politik masyarakat akan sangat khas dan heterogen antara satu masyarakat dengan masyarakat lainnya. Begitu pula dalam hal ini, gerakan politik yang dilakukan antara kelompok gerakan politik yang satu akan berbeda pula dengan kelompok gerakan politik yang lain, baik itu dari segi karakter, cara, ideologi, dan tujuannya.

Gerakan politik biasanya merupakan upaya kolektif untuk membangun tatanan kehidupan yang baru, upaya kolektif untuk mengubah tatanan politik, upaya kolektif untuk mengubah norma dan nilai, tindakan kolektif yang berkelanjutan untuk mendorong atau menghambat perubahan dalam masyarakat atau dalam kelompok politik yang menjadi bagian dalam masyarakat itu, dan upaya kolektif untuk mengendalikan perubahan atau untuk mengubah arah perubahan.25

Dari penjelasan tentang gerakan politik di atas, bisa diambil kesimpulan bahwa gerakan politik yang dimaksud adalah upaya-upaya atau tindakan-tindakan yang dilakukan oleh kelompok gerakan politik yang bertindak bersama dan memiliki tujuan bersama dalam tindakannya.

Kelompok gerakan politik yang dimaksud, salah satunya bisa diidentikkan dengan partai politik. Partai politik disefinisikan sebagai suatu kelompok terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuan partai politik adalah memperoleh

25


(32)

kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik yang biasanya dengan cara konstitusional untuk melaksanakan kebijaksanaan-kebijaksanaan partai.26

Adapun fungsi partai politik, menurut Sigmund Neumann (1981),27 ada 4 (empat) yaitu:

a. Fungsi agregasi, yaitu Partai menggabungkan dan mengarahkan kehendak umum masyarakat yang kacau.

b. Fungsi edukasi. Partai mendidik masyarakat agar memahami politik dan mempunyai kesadaran politik berdasarkan ideologi partai.

c. Fungsi artikulasi. Partai merumuskan dan menyuarakan (mengartikulasikan) berbagai kepentingan masyarakat menjadi suatu usulan kebijakan yang disampaikan kepada pemerintah agar dijadikan suatu kebijakan yang disampaikan kepada pemerintah agar dijadikan suatu kebijakan umum (public policy).

d. Fungsi rekrutmen. Ini berarti partai melakukan upaya rekrutmen, baik rekrutmen politik dalam arti mendudukan kader partai ke dalam parlemen yang menjalankan peran legislasi dan koreksi maupun ke dalam lembaga-lembaga pemerintahan, maupun rekrutmen partai dalam arti menarik individu masyarakat untuk menjadi kader baru ke dalam partai. Rekrutmen politik dilakukan dengan jalan pemilihan umum dalam segala tahapannya hingga proses pembentukan kekuasaan.

Dilihat dari fungsi di atas, maka upaya-upaya yang dilakukan haruslah bertujuan untuk kemaslahatan masyarakat umum. Memberikan pendidikan politik merupakan upaya yang wajib untuk dilakukan sehingga masyarakat pun memiliki kesadaran, kepribadian dan identitas politik untuk berpartisipasi dalam kehidupan politik. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa dalam kehidupan bernegara ada yang harus mengurus masyarakat yaitu pemerintah yang memang dipilih sebagai wakilnya, dan ada

26

Miriam Budianrdjo, Dasar-Dasar………..hlm. 161

27


(33)

yang harus diurus oleh pemerintah yaitu masyarakat, yang keduanya sama-sama memiliki hak dan kewajiban terhadap keduanya.

Kesadaran politik berarti sesuatu yang dimiliki oleh individu yang meliputi wawasan politik tentang berbagai persoalan, lembaga, dan kepemimpinan politik baik dalam skala regional, nasional maupun internasional. Kesadaran politik ini bisa dicapai dengan arahan politik langsung baik secara formal ataupun nonformal, pengalaman politik yang didapatkan melalui partisipasi politik, kesadaran yang muncul dari belajar secara mandiri atau yang lahir melalui dialog-dialog kritis.

Kesadaran politik yang baik akan melahirkan partisipasi politik yang baik pula. Partisipasi politik bisa diartikan sebgagai keikutsertaan warga negara dalam bentuk yang terorganisir dalam membuat keputusan-keputusan politik, dengan keikutsertaan yang bersifat sukarela dan atas kemauannya sendiri, didasari oleh rasa tanggung jawab terhadap tujuan-tujuan sosial secara umum dan dalam koridor kebebasan berfikir, bertindak dan kebebasan mengemukakan pendapat.

Partisipasi politik memiliki peranan yang penting dalam kehidupan politik, diantaranya adalah ia menyebabkan terbentuknya oposisi yang kuat dan kokoh dalam melawan autokrasi, merupakan media yang fundamental untuk memperdalam rasa tanggung jawab pada diri penguasa maupun rakyat, dan merupakan sarana untuk memperkokoh pemerintahan kolektif. Selain itu, partisipasi politik merupakan media yang efektif agar para partisipan merasa dihormati dan dihargai, karena ia menyadarkan para partisipan akan hak dan kewajiban mereka, serta memperluas koridor kesadaran politik melalui berbagai pengalaman dan wawasan politik yang lahir darinya.

Hal ini pun dipengaruhi pula oleh faktor keyakinan agama atau ideologi yang dimilikinya, jenis kultur politik, karakter lingkungan politik, dan faktor-faktor personal. Pengaruh ini akan memberikan jawaban terhadap partisipasi politik yang dilakukan baik itu akan aktif berpolitik atau tidak, kemana arah atau orientasi aktifitas politiknya, dan bagaimana tingkat keikutsertaan dalam


(34)

aktivitas politiknya, apakah temporal, terus menerus, moderat ataukah revolusioner.28

Dari bahasan di atas, biasanya untuk memiliki kesadaran agar berpartisipasi dalam politik, masyarakat dipengaruhi pula oleh lingkungan atau kelompok yang melakukan berbagai gerakan politik. Sehingga sedikit banyaknya masyarakat tertarik atas apa yang telah dilakukan oleh kelompok pergerakan tersebut, terlebih apabila gerakan politiknya berorientasi untuk perubahan ke arah yang lebih baik dan bertujuan untuk kemaslahatan bersama. Gerakan politik adalah gerakan sosial kemasyarakatan di bidang politik. Gerakan politik dapat bekisar disekitar satu masalah atau dari rerangkaian isu permasalahan atau sekitar timbunan keprihatinan bersama dari sekelompok sosial. Berbeda dengan partai politik, gerakan politik tidak terorganisir dan memiliki keanggotaan, bukan pula gerakan pada saat pemilu atas jabatan politik pada kantor-kantor pemerintah akan tetapi lebih merupakan gerakan politik yang berdasarkan kesamaan dalam kesatuan pandangan politik untuk tujuan tertentu antara lain untuk meyakinkan atau menyadarkan publik atau masyarakat termasuk pula para pejabat pemerintahan untuk mengambil tindakan pada persoalan dan masalah yang merupakan fokus penyebab dari gerakan tersebut.

2. Model-model Gerakan Politik

Untuk memahami gerakan politik, maka secara karakteristik gerakan hal ini dapat dikategorisasikan dalam tiga varian, yaitu:

a. Model Konservatif.

Ciri yang menonjol dari model ini adalah adanya aksioma ideologis yang dibangun berdasarkan ajaran-ajaran Islam bahwa Islam adalah agama yang sempurna, lengkap, komprehensif, dan berlaku universal untuk seluruh umat manusia di semua tempat dan waktu. Asumsi ini membawa implikasi pada keharusan untuk menerima superioritas

28

Usman A. Muiz Ruslan, Pendidikan Politik Ikhwanul Muslimin, (Solo: Era Intermedia, 2001), hlm. 94


(35)

bahwa Islam sebagai satu-satunya ideologi guna mengkonstruksi sistem politik dan kenegaraan.

Dengan kata lain, model berfikir gerakan kelompok ini adalah integralistis (unified paradigm), yaitu bahwa agama dan negara menyatu. Tokoh-tokoh utama dari kelompok ini antara lain Hasan Al-Banna dengan Al-Ikhwanul Muslimunnya, Sayyid Qutub, Hasan Ath-Thurabi dan Abul

A‟la Al-Maududi dengan Jami‟at Al-Islaminya.

Hal ini seperti apa yang dikatakan oleh Hasan Al-Banna, yaitu: Islam adalah sistem yang menyeluruh, yang menyentuh seluruh segi kehidupan. Ia adalah Negara dan Tanah air, pemerintah dan umat, akhlaq dan kekuatan, kasih sayang dan sumber daya alam, penghasilan dan kekayaan, jihad dan dakwah, pasukan dan pemikiran, sebagaimana ia adalah aqidah yang lurus dan ibadah yang benar, tidak kurang dan tidak lebih.

b. Model Modernis.

Pemikir yang menonjol dari kelompok gerakan ini adalah Jamaluddin Al-Agghani dan Muhammad Abduh. Model gerakan ini mengajukan upaya reformasi dalam rangka menemukan kembali rasionalisme, saintisme, dan progresivisme dalam islam. Artinya, kelompok ini berpandangan bahwa agama dan nehagar berhubungan secara simbiotis, yakni bersifat timbal balik dan saling mememrlukan.

Model gerakan ini memerlukan reformasi politik melalui sosialisasi ajaran-ajaran Islam tentang musyawarah (syura) dalam dewan-dewan konstitusi dan badan-badan perwakilan rakyat, pembatasan kekuasaan dan kewenangan pemerintahan dengan konstitusi dan undang-undang, serta pengerahan kekuatan dan potensi rakyat untuk mendukung reformasi politik sekaligus membebaskan Dunia Islam dari penjajahan dan dominasi Barat.

Keyakinan kelompok gerakan modernis bahwa Islam merupakan agama yang selaras dengan humanisme dan rasionalisme modern merangsang mereka untuk melakukan dua hal sekaligus, yaitu keharusan


(36)

untuk berijtihad dan menganggap pintu ijtihad tetap terbuka untuk selamanya. Selain itu, menguji kembali validitas politik Sunni periode klasik dan abad pertengahan dengan tetap mengambil beberapa subtansinya yang dianggap relevan dengan tuntutan dan semangat dunia modern.

Dengan paradigma tersebut, modernisme sebagai gerakan politik sangat menentang dominasi dan hegemoni Barat atas Dunia Islam, karena kolonialisme Barat sesungguhnya merupakan eksploitasi terhadap harkat dan martabat manusia yang paling keji. Namun, sebagai gerakan pemikiran yang humanistis-rasiona, yang dikategorisasikan sebagai kondusif bagi upaya pencerahan dan penguatan basis politik, ekonomi, dan kultural umat Islam termasuk gagasan demokrasi Barat.

c. Model Liberal.

Pada intinya, kelompok ini ingin melihat perubahan radikal-fundamental dalam pola pikir umat Islam yang mereka anggap stagnan, dengan mengedepankan semangat dekonstruksi pemikiran Islam yang telah mapan. Paradigma dekonstruksi ini diimplementasikan sebagai kerangka pemikiran untuk menginterprestasikan nilai-nilai Islam agar selaras dengan perubahan masyarakat dunia yang berlangsung sangat cepat.

Islam dalam kerangka paradigma dekonstruksi dilihat sebagai agama yang hanya berurusan pada persoalan individu, mencakup hubungan manusia dengan Tuhannya semata, sedangkan persoalan keduniaan adalah hak penuh manusia untuk mengurusnya dengan segala kemampuan yang dimiliki secara proporsional tanpa harus membuat justifikasi dan diintervensi oleh doktrin-doktrin keagamaan. Model berfikir seperti ini biasanya disebut sebagai model paradigma sekularistis

(secularistic paradigm).

Tokoh dari aliran ini adalah Ali Abdurraziq dan Thaha Husein. Menurut Taha Husein, kejayaan dan kemakmuran Islam dapat terwujud kembali bukan dengan kembali kepada ajaran Islam yang lama, juga bukan


(37)

dengan mengadakan reformasi dan perubahan pemikiran Islam, tetapi dengan perubahan-perubahan total yang bernafas liberal dan sekuler dengan berkiblat pada Barat.

Sementara Ali Abdurraziq, menolak bahwa Nabi Muhammad pernah berusaha melaksanakan misi politik, dan dia menegaskan bahwa misi Nabi Muhammad hanya sebatas spiritual. Menurutnya, sebagai bukti bahwa nabi pernah mendirikan misi negara Islam adalah kenyataan bahwa nabi tidak menentukan pemerintahan permanen setelah meninggal. Khalifah pertama Abu Bakar dilantik dengan tugas di mana pada dasarnya merupakan kekuatan politik dan kerajaan atas dasar kekuatan negaranya (Arab) yang dibangun atas dasar dakwah Islam. Tidak disangsikan bahwa negara itu membantu penyebaran Islam. Baginya, agama tidak menentukan bentuk pemerintahan tertentu, dan dalam Islam tidak ada larangan bagi umat untuk meninggalkan sistem politik lama dan membangun sistem politik baru atas dasar konsepsi terbaru dan spirit kemanusiaan dan pengalaman bangsa-bangsa di dunia.29

Berdasarkan uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa gerakan dan strategi politik adalah suatu gerakan merupakan kelompok atau golongan yang ingin mengadakan perubahan-perubahan pada lembaga-lembaga politik atau kadang-kadang malahan ingin menciptakan suatu tata masyarakat yang baru sama sekali, dengan memakai cara-cara politik. Dibanding dengan partai politik, gerakan mempunyai tujuan yang lebih terbatas dan fundamentil sifatnya dan kadang-kadang malahan bersifat ideologi. Orientasi ini merupakan ikatan yang kuat di antara anggota-anggotanya dan dapat menumbuhkan suatu identitas kelompok

(group identity) yang kuat. Organisasinya kurang ketat dibanding dengan

partai politik. Berbeda dengan partai politik, gerakan sering tidak mengadukan nasib dalam pemilihan umum.

29

Nashir Fahmi, Menegakkan Syari‟at Islam ala Partai Keadilan Sejahtera (PKS), (Solo: Era Intermedia, 2006), hlm. 98


(38)

B. Pengertian dan Ruang Lingkup Siyasah Dusturiyah 1. Pengertian Siyasah Dusturiyah

Secara harfiyah, siyasah yang berasal dari kata “ sasa-yasusu-siyaasah” dapat diartikan sebagai mengatur, mengendalikan, mengurus atau membuat keputusan. Oleh karena itu, berdasarkan pengertian harfiyah kata as-siyasah berarti pemerintahan, pengambilan keputusan, pembuatan kebijakan, pengurusan, pengawasan, perekayasaan.30

Secara tersirat, dalam pengertian as-siyasah terkandung dua dimensi yang berkaitan satu sama lain, yaitu: (1) Tujuan, yang hendak dicapai melalui proses pengendalian, (2) Cara, pengendalian menuju tujuan tersebut. Oleh karena itu as-siyasah dapat diartikan pula memimpin sesuatu dengan cara yang membawa kemaslahtan.31

Menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah, siyasah adalah suatu perbuatan yang membawa manusia dekat kepada kemaslahatan dan terhindar dari kebinasaan, meskipun perbuatan tersebut tidak ditetapkan oleh Rasulullah SAW atau diwahyukan oleh Allah SWT. Pendapat lain diungkapkan oleh Abdul Wahhab Khallaf bahwa siyasah adalah pengaturan perundang-undangan yang diciptakan untuk memelihara ketertiban dan kemaslahatan serta mengatur keadaan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, fiqh siyasah merupakan salah satu aspek hukum Islam yang membicarakan pengaturan dan pengurusan kehidupan manusia dalam bernegara demi mencapai kemaslahatan bagi manusia itu sendiri.32

Sedangkan siyasah syar‟iyyah secara istilah bisa diartikan sebagai pengelolan masalah-masalah umum bagi pemerintahan Islam yang menjamin terciptanya kemaslahatan dan terhindarnya kemadharatan dari masyarakat Islam dengan tidak bertentangan dengan ketentuan syari‟at Islam dan prinsip -prinsip pada umumnya. Pendapat serupa telah dikemukakan oleh Bahansi,

30

A. Djazuli, Fiqh Siyasah: Implementasi Kemaslahatan Umat dalam RAmbu-rambu Syari‟ah, (Bandung: Sunan Gunung Djati Press, 2003), hlm. 40

31

A. Djazuli, Fiqh Siyasah………hlm. 41

32

M. Iqbal, Fiqh Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), hlm. 4


(39)

bahwa siyasah syar‟iyyah adalah batasan pengaturan kemaslahatan umat manusia sesuai dengan tuntutan syara.

Dari definisi-definisi di atas, dapat ditemukan bahwa hakikat dari siyasah syar‟iyyah adalah (a) Bahwa siyasah syar‟iyyah berhubungan dengan pengurusan dan pengaturan kehidupan manusia; (b) Bahwa pengurusan dan pengaturan ini dilakukan oleh pemegang kekuasaan (ulil amri); (c) Bahwa tujuan pengaturan tersebut adalah untuk menciptakan kemaslahatan dan menolak kemadharatan; (d) Bahwa pengaturan tersebut tidak boleh

bertentangan dengan ruh atau semangat syari‟at Islam yang universal.33

Berdasarkan hakikat tersebut disimpulkan bahwa sumber-sumber pokok siyasah syar‟iyyah adalah Al-Qur‟an dan sunnah, dan kedua sumber inilah yang menjadi acuan bagi pemegang pemerintahan untuk menciptakan peraturan perundang-undangan dalam mengatur kehidupan bernegara. Selain dua sumber tadi, dikarenakan perkembangan masyarakat yang selalu dinamis, maka sumber atau acuan untuk menciptakan perundang-undangan juga berlaku pada manusia dan lingkungannya sendiri selama tidak bertentangan

dengan syari‟at Islam (siyasah syar‟iyyah).

Dalam hal ini, untuk mengukur bahwa suatu kebijakan politik yang dikeluarkan oleh manusia atau tepetnya oleh pemegang kekuasaan haruslah

sesuai dengan semangat syari‟at. Dengan kata lain, bagaimana sumber hukum

yang berasal dari manusia dan lingkungannya itu menjadi bagian dari siyasah syar‟iyyah. Untuk mengukurnya, setidaknya perlu diperhatikan prosedur dan substansi dari kebijakan tersebut. Dari segi prosedur, pembuatan peraturan perundang-undangan tersebut haruslah dilakukan dengan musyawarah, sebagaimana diperintah Allah dalam QS. Ali Imron 159.

33


(40)

“Maka berkat rahmat Allh engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila engkau telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sungguh, Allah mencintai orang yang bertawakkal”. (QS. Ali Imron: 159)34

Sedangkan dari segi subtansinya harus memenuhi kriteria-kriteria

sebagai berikut, yaitu (a) Sesuai dan tidak bertentangan dengan syari‟at Islam;

(b) Meletakkan persamaan kedudukan manusia di depan hukum dan pemerintahan (al-musawah); (c) Tidak memberatkan masyarakat yang akan

melaksanakannya („adam al-haraj); (d) Menciptakan rasa keadilan dalam masyarakat (tahqiq al-„adalah); (e) Menciptakan kemaslahatan dan menolak kemadharatan (jalb al-masalih wa daf al-mafasis).35

Seperti apa yang telah dibahas sebelumnya, begitu pula dengan hakikat

dan siyasah syar‟iyyah bahwa pengaturan dan pengurusan manusia untuk

menciptakan kemaslahatan dan menolak kemudharatan dilakukan oleh pemegang kekuasaan (ulil amri), sehingga dalam praktiknya, fiqh siyasah akan membicarakan tentang siapa sumber kekuasaan, siapa pelaksana kekuasaan, apa dasar dan bagaimana cara-cara melaksanakan kekuasaan yang telah diberikan kepadanya, dan kepada siapa pelaksana kekuasaan yang telah diberikan kepadanya, dan kepada siapa pelaksana kekuasaan mempertanggung kekuasaannya.

34

Departemen Agama RI. Al-Qur‟an dan Terjemahnya 35


(41)

Secara global hukum Islam dibagi dalam dua bagian pokok, yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia kepada Tuhannya (ibadah) dan hukum yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya dalam masalah-masalah keduniaan secara umum (muamalah). Hasbi ash-Shiddieqy membagi hukum Islam secara sistematis menjadi enam utama. Pertama, yang berkaitan dengan masalah ibadah kepada Allah seperti sholat, zakat dan haji; kedua, yang berkaitan dengan keluarga seperti nikah, thalaq dan rujuk; ketiga, yang berkaitan dengan perbuatan manusia dalam hubungannya dengan sesama dalam bidang kebendaan seperti jual beli dan sewa menyewa; keempat, yang berkaitan dengan perang damai dan jihad (syiar); kelima, yang berkaitan dengan hukum acara di peradilan (murafa‟ah); keenam, yang berkaitan dengan akhlak (adab).36

Dalam buku fiqh siyasah karangan Muhammad Iqbal, enam kelompok ini sebenarnya masih bersifat global. Masih ada lagi beberapa bidang kehidupan manusia yang diatur oleh hukum Islam, yang diantaranya adalah

Fiqh Ibadah, Fiqh Muamalah, Fiqh Jinayah, Fiqh Murafa‟ah atau hukum

acara, Fiqh Munakahat, Fiqh Mawaris, Fiqh Siayasah.37

Seperti penjelasan sebelumnya, dari sistematika ini dapat ditarik benang merah kedudukan fiqh siyasah dalam sistematika hukum Islam memegang peranan dan kedudukan penting dalam penerapan dan aktualisasi hukum Islam secara keseluruhan. Dalam fiqh siyasah-lah diatur bagaimana sebuah ketentuan hukum Islam bisa berlaku secara efektif dalam masyarakat Islam. Tanpa keberadaan Negara dan pemerintahan, ketentuan-ketentuan hukum Islam akan sulit terjamin keberlakuannya.

Bila dilihat dari pengertian secara etimologis maupun terminologis, objek kajian fiqh siyasah meliputi aspek pengaturan hubungan antara warga Negara dengan warga Negara, hubungan antara warga negara dengan lembaga negara, dan hubungan antara lembaga negara dengan lembaga negara, baik hubungan yang bersifat intern suatu negara maupun hubungan yang bersifat

36

M. Iqbal, Fiqih Syiyayah………., hlm. 9

37


(42)

ekstern antar negara, dalam berbagai bidang kehidupan.38 Dan dari sumber lain dikatakan bahwa objek kajian fiqh siayasah adalah tentang hubungan antara pemerintah dan rakyatnya dalam upaya menciptakan kesejahteraan dan kemaslahatan bersama.39

Dari pemahaman tersebut, tampak bahwa kajian fiqh siyasah memusatkan perhatian pada aspek pengaturan. Adapun untuk lebih mengetahui tentang siyasah dusturiyah yang menjadi salah satu topik dalam pembahasan bab ini, tidak akan terlepas dari penjelasan berkenaan dengan luasnya objek kajian fiqh siyasah.

Menurut Al-Mawardi, objek kajian fiqh siyasah mencakup kebijaksanaan pemerintah tentang peraturan perundang-undangan (siyasah

dusturiyah), ekonomi dan moneter (siyasah maliyah), peradilan (siyasah

qadhaiyyah), hukum perang (siyasah harbiyah) dan administrasi negara

(siyasah idariyah). Sedangkan Ibn Taimiyah meringkasnya menjadi empat

bidang kajian, yaitu peradilan, administrasi negara, moneter serta hubungan internasional. Sementara Abdul Wahhab Khallaf lebih mempersempitnya menjadi tiga bidang kajian saja, yaitu peradilan, hubungan internasional dan keuangan negara.40

Berkenaan dengan pola hubungan antar manusia menuntut pengaturan siyasah, pembagian fiqh siyasah dapat disederhanakan menjadi tiga bagian pokok, yaitu (1) politik perundang-undangan (siyasah dusturiyah) yaitu yang mengatur hubungan antara warga negara dengan lembaga negara yang satu dengan warga negara dan lembaga negara yang lain dalam batas-batas administrasi suatu negara; (2) politik luar negeri (siyasah

kharijiyyah/dauliyah) yaitu yang mengatur antara warga negara dengan

lembaga negara dari negara yang satu dengan warga negara dan lembaga negara dari negara lain; (3) politik keuangan dan moneter (siyasah maliyah) yaitu yang mengatur tentang pemasukan, pengelolaan, dan pengeluaran uang milik negara.

38

A. Jazuli, Fiqih Siyasah………..., hlm. 46

39

M. Iqbal., Fiqih Siyasah……….,.hlm. 15

40


(43)

Berdasarkan pengertian siyasah dusturiyah di atas, di mana pengaturan hubungan antara warga negara dengan lembaga negara yang satu dengan warga negara dan lembaga negara yang lain diatur dalam batas-batas administrasi suatu negara. Karenanya, permasalahan di dalam fiqh siyasah dusturiyah adalah hubungan antara pemimpin di satu pihak dan rakyatnya di pihak lain serta kelembagaan-kelembagaan yang ada di dalam masyarakatnya. Oleh karena itu, di dalamnya biasanya dibatasi hanya membahas pengaturan dan perundang-undangan yang dituntut oleh hal ihwal kenegaraan dari segi persesuaian dengan prinsip-prinsip agama dan merupakan realisasi kemaslahatan manusia serta memenuhi kebutuhannya.

2. Ruang Lingkup Siyasah Dusturiyah

Fiqh siyasah dusturiyah mencakup bidang kehidupan yang sangat luas dan kompleks. Sekalipun demikian, secara umum, disiplin ini meliputi hal-hal sebagai berikut: (1) Persoalan imamah, hak dan kewajibannya; (2) Persoalan rakyat, status dan hak-haknya; (3) Persoalan bai‟at; (4) Persoalan waliyul ahdi, sumber kekusaan dan kriteria imam; (5) Persoalan perwakilan; (6) Persoalan ahlul halli wal aqdi; (7) Persoalan wuzaroh dan perbandingannya.41

Berkenaan dengan konsep siyasah dusturiyah kaitannya dengan pelaksanaan pemilihan umum kepala Daerah (pilkada) di DKI Jakarta, dibatasi pada konsep imamah, hak dan Persoalan Waliy Al-Ahdi, Sumber Kekuasaan dan kriteria Imam. Lebih lanjut dua konsep tersebut dijelaskan sebagai berikut:

a. Imamah, Hak dan Kewajibannya

Al-Mawardi menta‟rifkan bahwa Imamah adalah suatu kedudukan atau jabatan yang diadakan untuk mengganti tugas kenabian di dalam memelihara agama dan mengendalikan dunia. Pendapat lain dikemukakan oleh Yusuf Musa dengan mensitir pendapat Ibn Kholdun menjelaskan bahwa khalifah atau imamah adalah yang membawa atau memimpin masyarakat sesuai dengan kehendak agama dalam memenuhi kemaslahatan akhirat dan dunianya yang kembali kepada keakhiratan itu, karenanya hal ihwal keduniaan kembali

41


(1)

SURAT KETERANGAN PENELlTIAN

Nomor : 012/Eks-05/V/2015

Dewan Pimpinan Wilayah Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta menerangkan bahwa:

Nama : Farhan Saliman

NIM : 108045200002

Fakultas : Syariah dan Hukum

Universitas : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Bahwa yang bersangkutan telah datang ke Dewan Pimpinan Wilayah Partai Keadilan Sejahtera (DPW PKS) DKI Jakarta dan telah melakukan wawancara dengan Bapak Arif Priambodo, S.Psi. M M . (Bidang Perencanaan DPW PKS), pada tanggal 27 Mei 2015 untuk keperluan penulisan Skripsi dengan Judul :

"Faktor-Faktor di Balik Kekalahan Cagub/Cawagub Partai Keadilan Sejahtera (PKS) pada Pilgub DKI Jakarta tahun 2012"

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk diketaui dan dimaklumi sebagaimana mestinya.

Jakarta, 27 Mei 2015 Ketua DPW PKS DKI Jakarta

4

Selamat Nurdin, S.Sos, MM.

Dewan Pengurus Wilayah Partai Keadilan Sejahtera DKI Jakarta

Jl. Letjen R. Soeprapto No. 17, Kelurahan Cempaka Baru, Kemayonn

-

Jakam Pusat 10640 Telp. (02 1) 4257030 Fax (02 1) 4259523 website : w.pkr-jakara.or.id email : pkj.dkijakara@gmaiI.com


(2)

Hasil Wawancara skripsi Nama Responden : Arif Priambodo, S. Psi, MM

Jabatan : Sekr. Biro Perencanaan DPW PKS DKI Jakarta

Tanggal : 15 Mei 2015

Waktu : 09.00 sld 12.00

Tempat : Kantor DPW PKS DKI Jakarta

1. Apa yang melatar belakangi PKS maju pada pilkada di DKI Jakarta tahun 2007 dan tahun 2012?

Pengalaman pilgublpilwagub sebelum ikut mempengaruhi PKS dalam kontestasi pada pilkada tahun 2012. Bahkan kekalahan tipis pasangan Adang Daradjatun-Dani Anwar pada Pilgub DKI Jakarta 2007 lalu, memotivasi PKS untuk memenangi kontestasi pada pilkada tahun 2012. Partai merasa yakin memiliki mesin politik kuat, kawan dan lawan mengakui jika ingin menang harus berkoalisi dengan PKS. Partai dengan jaringan yang terbukti kokoh. Saya justru melihat pada saat itu pasangan calon dari PKS memiliki peluang yang cukup besar dalam memenangkan Pilgub DKI. Tentu saja PKS belajar dari kekalahan Pilgub sebelurnnya dan bisa meramu strategi kampanye dengan jitu agar tidak mengalami kembali kekalahan.

Faktor-faktor yang mendasari PKS mengusung calon dalam pilgublpilwagub DKI Jakarta yaitu:

-

Modal sebagai partai pemenang pada peilu-pemilu sebelumnya

-

PKS merupakan partai kedua terbanyak setelah partai Demokrat dalam meraih kursi DPRD. Dari 94 kursi DPRD DKI, Demokrat meraih 32 kursi, PKS 18 kursi, PDIP 11 kursi, GoIkar 7 kursi, PPP 7 kursi, Gerindra 6 kursi, PAN 4 kursi, PDS 4 kursi, Hanura 4 kursi, dan PKB 1 kursi. Sedangkan syarat partai bisa mengusung calon dalam Pilkada DKI adalah memiliki minimal 15 kursi. Dengan demikian hanya partai Demokrat dan PKS yang bisa mengusung pasangan calon tanpa hams berkoalisi dengan partai lain.

-

Dalam konteks nasional, PKS adalah partai papan tengah. Di beberapa daerah PKS marnpu memenangkan Pilkada. PKS juga merupakan partai yang memiliki konstituen yang memiliki perilaku memilih yang unik, ha1 ini didasarkan pada pengalaman pilkada di beberapa daerah.

2. Bagaimana prosedur penentudpenetapan CagubICawagub DKI Jakarta yang diusung PKS pada dua pemilukada?

Prosedur penentuan atau penetapan CagubICawagub DKI Jakarta yang diusung PKS pada pemilukada yaitu dengan mempertimbangkan adanya kader yang terbaik yang telah memberikan kontribusi untuk kemajuan partai. Namun demikian, PKS juga membuka diri

untuk

kandidat dari luar partai dengan pertimbangan dapat saling melengkapi dan sudah barang tentu yang memiliki kesamaan pemikiran atau platform dengan PKS.

Knteria yang buat sebagai penetapan CagubICawagub DKI Jakarta yang diusung PKS pada pemilukada mengacu kepada pedoman pemilihan langsung


(3)

kepala daerah propinsi, kabupaten dan kota BAB I11 tentang Persyaratan Calon KepaldWakil Kepala Daerah.

Apa saja kriteria yang buat sebagai penetapan CagubICawagub DKI Jakarta yang diusung PKS pada dua pemilukada?

Kriteria penetapannya adalah

-

Memiliki akhlak mulia dalam hubungannya dengan hablumrninallah dan hablurnrninanas

-

Tidak sedang terkena sanksi kepartaian, selama 3 tahun terakhir

-

Perrgdaman OrganisasiKerja: memiliki kiteria minimal sdah satunya dari ha1 ini: Pernah menjabat sebagai pimpinan Partai di tingkat minimal DPD. Pemah menjabat sebagai pimpinan di Organisasi Pelajarhfahasiswd LSMlOrmas. Pernah memiliki pengalaman kerjaljabatan karir yang relevan dengan jabatan kepemimpinan daerah, misalnya kerja di birokrasi dan legislatif

-

Memiliki kedudukan yang terhormat di tengah masyarakat.

-

Dikenal dan aktif dalam berbagai kegiatan kedaerahan dan masyarakat.

-

Kesehatan: kondisi baik yang memungkinkannya bekerja secara optimal.

(dibuktikan dengan general check up)

-

Dukungan rumah tangga: rukun dan kondusif baginya untuk menjalankan tugas secara optimal dan memiljkj qowarn dj rumah tangganya.

-

Citra diri di lingkungan masyarakat: dikenal baik dan diakui figur kepemimpinannya

-

Dukungan masa: memiliki basis dukungan yang memadai dan rekomendasi dari berbagai elemen masyarakat untuk memenangkan Pilkada.

-

Dukungan dana: memiliki ketersediaan dana yang memadai untuk kampanye selama Pilkada berlangsung

-

Dukungan politik : memiliki dukungan salah satu parpol, dan atau memiliki basis masa yang memungkinkannya untuk memenangkan Pilkada.

-

Memiliki kemarnpuan leadership

-

Disetujui oleh Tim Optimalisasi Musyarokah (TOM) PKS.

4. Siapa saja yang terlibat dalam penentuanlpenetapan CagublCawagub dari PKS pada pemilukada di DKI Jakara?

Penetapan cagub dan cawagub dalam DKI Jakarta tahun 2012 diputuskan melalui Musyawarah Wilayah. Pihak-pihak yang terlibat ddam penetapan CagubKawagub dari PKS pada pemilukada di DKI Jakara adalah seluruh pengurus DPW. Disamping itu proses penjaringan cagublcawagub juga melalui berdasarkan hasil survei.

5. Bagaimana langkah-langkah penetapan CagubICawagub DKI Jakarta yang diusung PKS pada dua pemilukada?

Langkah-langkah penetapan melalui beberapa tahapan mulai dari menentukan dukungan kemudian meminta pendapat dari semua struktur, menyerap aspirasi dari masyarakat. Melakukan komunikasi dengan calon-calon yang muncul. Langkah berikutnya dengan melakukan h a i l uji public. Hasil uji public akan


(4)

dijadikan acuan bagi partai. Kenapa kami melakukan prosedur demikian, kerna politik inikan dinamis, PKS akan hati-hati dalam menentukan calon dan atau menentukan dukungan. Selanjutnya DPW mengusulkan ke DPP, kemudian DPP yang menetapkan siapa yang diusung.

6. Bagaimana strategi yang dibuat PKS pada CagubICawagub DKI Jakarta? Strategi yang dibuat PKS dalam pernenangan pada pilkada DKI Jakarta yaitu:

-

Pertama, pembuatan tim sukses. Tim sukses akan mengorganisir segala

kebutuhan pencalonan kandidat, pemetaan kekuatan politik, perencanaan pencalonan, dan marketing kandidat. Tim sukses terbagi dalarn beberapa bagian yang penting 1) survei popularitas kandidat dan perencanaan kampanye, 2) penggalangan dana, 3) hukum dan pemantauan pilkada, 4) pencitraan kandidat, 5) penguatan mesin politik (training), 6) kampanye dan media massa

-

Kedua, survei untuk pemetaan kekuatan politik. Tim sukses semestinya membuat survei untuk:l) memetakan posisi kandidat di mata masyarakat, 2) memetakan keinginan pemilih, 3) mendefinisikan mesin politik yang paling efektif digunakan sebagai vote getter, 4) mengetahui media yang paling efektif untuk kampanye.

- Ketiga, follow up hasil survei. Follow up hasil survei menjadi agenda kerja tim sukses yaitu:

1) Penguatan mesin politik. Riset dapat mengetahui mesin politik yang paling dekat dengan massa, lembaga keagamaan, lembaga kemasyarakatan, Ism dll. Tugas tim sukses khususnya bagian training adalah melakukan penguatan terhadap mesin politik tersebut agar menjadi vote getter yang efektif.

2) Candidat positioning. Riset dapat menggambarkan citra kandidat yang diharapkan, dan agenda kerja yang diinginkan. Dari hasil riset ini tim sukses, khususnya bagian pencitraan, dapat merencanakan citra dan posisi kandidat agar sesuai dengan keinginan pemilih.

3) Marketing. Riset dapat mengetahui posisi kandidat di mata masyarakat, citra gubernur yang diinginkan masyarakat, agenda kerja yang diinginkan masyarakat. Tim sukses (bagian kampanye dan media massa) hams memfollow-up dengan membuat visi misi, membuat rnateri kampanye, strategi kampanye, dan merencanakan media kampanye.

Apa saja faktor-faktor yang menjadikan penyebab kekalahan PKS dalam CagubICawagub DKI Jakarta?

Ada beberapa ha1 yang dapat menjadi penyebab bahwa partai berbasi pendukung umat islam ditinggalkan simpatisannya :

-

Adanya isu korupsi di beberapa kementerian yang menyangkut simpatisan dari salah satu partai bahkan menyangkut Ketua Umumnya, seperti yang terjadi di Kemenakertrans yang menyerembet Ketua Umum DPP PKB, kasus dugaan korupsi pengadaan Al-Qur'an di Kementerian Agama yang dipimpina oleh Ketua Umum DPP PPP, dikasuskannya Misbakhun salah seorang kader PKS. Tentunya dengan adanya kasus-kasus tersebut yang


(5)

terjadi di Kementerian yang dipirnpin oleh Ketua Umum dari partai berbasis pendukung umat Islam mempengaruhi kepercayaan umat Islam terhadap partai-partai tersebut.

-

Partai berbasis pendukung umat Islam tidak mempunyai media untuk publikasi. Media disaat kampanye modern menjadi sangat penting peranannya. Kemenangan kandidat lain yang tidak diusung oleh PKS tidak terlepas dari peranan media, bahkan dapat dikatakan merupakan kemenangan media. Media pada saat ini dapat digunakan untuk pencitraan dan penggiringan opini masyarakat, apalagi media - media di Indonesia

sebagian besar telah dimiliki oleh simpatisan dan kader partai. Dengan dikuasainya media oleh simpatisan dan kader partai tidak menjamin pemberitaan media akan berimbang tentunya kepentingan si pemilik media tersebut juga ikut disampaikan.

8. Bagaimana usaha PKS dalam mengurangi dampak dari kekalahan pada pemilihan CakubICawagub DKI Jakarta pada tahun 20 12?

Menang dan kalah merupakan bagian dari perjalanan dakwah dari mulai para nabi hingga generasi-generasi Islam berikutnya. Meski PKS mengalami kekalahan dalam Pilkada DKI Jakarta 201 2 dan perolehan suara pemilu yang h a n g signifikan pada tahun 2009, namun ha1 tersebut merupakan pembelajaran bagi PKS agar lebih h a t dan tangguh untuk menyongsong kemenangan dakwah pada masa yang akan datang. Mungkin dawah kalah pada satu masa, tapi tidak pernah ada kata menyerah dalam kamus dakwah. Kita diingatakan pada sebuah fakta bahwa perjuangan belum selesai. Untuk itu usaha-usaha yang dilakukan oleh partai dalam mengurangi dampak dari kekalahan tersebut yaitu:

-

Membangkitkan semangat kader agar lebih kuat dan lebih tangguh karena "lawan-lawan" politik juga membangun strategi yang h a t .

-

Tidak terlena dengan kekalahan yang berakibat pada timbulnya rasa rendah dan bersedih dengan menanarnkan suatu keyakinan bahwa setiap muslim adalah orang yang tinggi di sisi Allah dan Insya Allah di sisi manusia.

-

Melakukan konsolidasi terus menerus untuk memperkokoh struktur dan merapatkan barisan. Struktur yang h a t merupakan modal untuk meraih kemenangan.

9. Muslim DKT yang proporsinya 85% dari total penduduk, cenderung sekuler dalam politik. Apa yang menyebabkan mereka salah secara personal dan sosial tapi tidak secara politik?

Lepas dari masalah keberpihakan dan pilihan kita, fenomena PKS ini membuktikan beberapa hal:

-

Sebuah partai akan menjadi kuat bila punya konsep kaderisasi yang profesional. Tidak didasarkan pada kekuatan figurnya, atau impian kenangan kejayaan masa lalu. Keduanya terbukti tidak efektif.


(6)

-

Partai yang mengusung isu keIslaman atau berbasis umat Islam bukan hanya PKS. Tetapi yang berhasil menggalang kekuatan besar pemilih adalah PKS. Setidaknya untuk ukuran DKI Jakarta dari hasil pilkada lalu.

-

Ini mebuktikan bahwa sekedar mengusung isu keIslaman dan berbasis

umat Islam, belum tentu bisa menangguk kemenangan. Yang lebih berperan adalah mesin karnpanye yang kuat, bisa bergerak tanpa harus mengajukan proposal dana dan anggaran. Di PKS, mesin itu adalah jutaan kader yang menjadi SDM yang tidak ada habisnya. Mereka umurnnya masih muda, berpendidikan, berpenghasilan tetap bahkan sebagiannya lurnayan, enerjik, dinamis dan punya wawasan politik yang semakin hari semakin baik.

-

Kesiapan untuk menerima tokoh dari luar kader sedikit banyak telah memberi kesan bahwa partai ini terbuka dan bisa bekerja sama dengan siapa saja. Adang Daradjatun tidak pernah ikut ngaji halaqoh di DPP PKS, juga tidak pernah ikut tatsqif mingguan dan tidak diwajibkan menghafal juz 'amma atau doa rabithah. Walaupun banyak kader PKS sendiri yang semula ragu dengan sosoknya, setelah ditetapkan oleh syuro internal, maka semua kader suka atau tidak suka harus menjadi mesin 'perang' yang efektif.

-

Kalau di partai lain ada kebijakan yang kurang populer seperti ini munglun partai itu sudah pecah jadi lima atau enam partai. Tapi nyatanya di PKS tidak pernah muncul PKS Perjuangan, atau PKS kubu A, kubu B dan kubu C. Hal itutidak terjadi, setidaknya tidak terlihat di hadapan publik. Mereka masih terlihat kompak, akur, rukun dan bersatu.

-

Padahal para tokoh umat Islam yang menjadi pendahulu dan senior mereka di partai Islam lain jarang yang lulus dalam ujian persatuan, meski nama partainya menggunakan istilah persatuan. Tapi hobinya bikin pecahan baru. Dan fenomena inicukup menggelikan hati sekaligus menyedihkan.

Jakarta, 24 Mei 20 15 SEKRETARIS BIRO

PERENCANAAN DPW PKS