Karakteristik Masyarakat Madani SEPUTAR MASYARAKAT MADANI

Dalam kebijakan pemerintah yang berkenaan dengan warga negaranya Pers merupakan institusi yang penting dalam penegakkan masyarakat madani karena dapat mengkritisi dan menjadi bagian dari social control yang dapat menganalisa serta mempublikasikannya dan kemudian pers menyajikan berita secara objektif dan transparan. 66 Selain itu Supremasi Hukum juga membantu tegaknya masyarakat madani karena memberikan jaminan dan perlindungan terhadap segala bentuk penindasan individu dan kelompok yang melanggar norma-norma hukum dan segala bentuk penindasan hak asasi manusia sehingga terpola bentuk kehidupan yang civilized. Kemudian Perguruan Tinggi juga merupakan bagian dari tegaknya masyarakat madani karena merupakan bagian dari kekuatan sosial dan untuk menyalurkan aspirasi masyarakat dan mengkritisi berbagai kebijakan-kebijakan pemerintah yang dilakukan oleh mahasiswa pada jalur yang benar dan memposisikan diri pada realitas yang betul-betul objektif yang menyuarakan kepentingan masyarakat. Dan yang menjadi prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani yaitu Partai Politik yang merupakan suatu tempat bagi warga Negara untuk dapat menyalurkan aspirasi politiknya dan ekspresi politik warga negara. 67

C. Karakteristik Masyarakat Madani

Dalam mewujudkan masyarakat madani diperlukan prasyarat-prasyarat dalam penegakkan masyarakat madani agar terbentuk menjadi sebuah masyarakat yang mandiri, sehingga dengan kemandirian tersebut masyarakat tidak terlalu bergantung pada Negara. Merujuk Cohen dan Arato teori tentang 66 Azyumardi Azra, Pendidikan Kewargaan: Demokrasi,HAM, Masyarakat Madani, h. 250. 67 Azyumardi Azra, Pendidikan Kewargaan: Demokrasi,HAM, Masyarakat Madani, h. 251. masyarakat madani hanya dapat dipahami dalam konteks interaksi antara Negara, ekonomi dan individu warga negara. Tiga komponen tersebut terus menerus berada dalam situasi hubungan interaktif dengan berbagai ketegangan yang mewarnai dinamika kehidupan masyarakat modern. Ada beberapa unsur dan persyaratan budaya yang harus dilalui menuju terbentuknya sebuah masyarakat madani seperti pendidikan, mengingat pendidikan merupakan faktor kunci bagi upaya-upaya demokratisasai berikutnya dalam berbagai kehidupan. Institusi pendidikan yang netral dan independen bukan yang terkooptasi oleh kepentingan negara dan kekuasaan. Faktor berikutnya adalah reformasi dibidang politik dengan cara menata kembali sistem dan format politik yang ada agar sesuai dengan kondisi yang sedang berkembang. Syarat lainnya menuju sebuah masyarakat madani adalah budaya dan etos kerja yang tinggi serta ekonomi yang kuat. Akan sangat berat agar terbangunnya masyarakat madani yang bermakna dan efektif terutama bagi masyarakat di negeri-negeri yang belum cukup maju baik secara ekonomi maupun pendidikan, yaitu hadirnya mayoritas masyarakat yang secara intelektual dan secara ekonomi relatif mandiri, sebab disuatu masyarakat yang sebagian besar warganya masih miskin dan menganggur pada belas kasih negara dan belum bisa relatif mandiri secara intelektual, sulit bagi masyarakat madani bangkit. Selain itu, media massa juga berfungsi dalam memberikan informasi kepada publik, menyediakan forum debat politik, menyalurkan opini publik, 68 68 Masykur Hakim dan Tanu Widjaya, Model Masyarakat Madani, h. 74. ruang publik yang bebas Free Public Sphere sebagai sarana dalam mengemukakan pendapat. Ruang publik yang berlokasi antara negara dan masyarakat madani memainkan peran dalam menjembatani dua benua yang cenderung terpisah. Diruang publik itu dapat berlangsung berbagai tataran diskusi yang intensif tentang berbagai isu kepentingan umum, dari ruang publik yang bebas itu segala pandangan kritis, segala keinginan dan kesepakatan masyarakat dikomunikasikan kepada negara melalui berbagai media massa. Dengan kata lain, membangun masyarakat madani identik dengan memperluas jangkauan suara rakyat melalui partisipasi mereka dalam berbagai kegiatan yang terorganisasi dan karena itu memiliki cukup kekuatan dalam melakukan transaksi dengan negara. 69 Ruang publik secara institusional, termasuk media massa, tempat-tempat pertemuan umum, parlemen dan sekolah-sekolah dan juga perwujudan atau pengejawantahan dari kelompok-kelompok masyarakat madani sendiri. Tujuan akan terciptanya masyarakat yang mandiri dan ruang publik yang bebas itulah yang merupakan tujuan proses gerakan-gerakan pro demokrasi. Menurut Hikam, kehadiran civil society sebagai masyarakat yang mandiri, tergantung proses yang bisa mengalami pasang surut, kemajuan dan kemunduran, kekuatan dan kelemahan dalam perkembangannya, artinya mungkin saja suatu saat keberadaan masyarakat madani yang kuat disebabkan melemahnya posisi negara namun dapat pula sebaliknya masyarakat madani lemah karena kontrol negara yang kuat. 69 Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop Di Indonesia,, h.xxv. Masyarakat madani yang kuat akan mampu merangsang tumbuhnya partisipasi politik dan meningkatkan efektivitas demokrasi sehingga pengembangan demokrasi akan menuju kearah demokrasi yang substansial, bukan hanya demokrasi formalitas. Singkatnya, masyarakat madani memegang peranan penting terhadap kualitas demokrasi sebuah negara, dapat menjaadi arena penting dan intensif untuk menanamkan kepentingan dan ketrampilan partisipatoris serta menanamkan nilai-nilai yang mendalam dari sebuah kultur politik Demokratis. Sikap yang dikembangkan dalam masyarakat madani untuk menunjukkan sikap saling menghargai dan menghormati aktivitas yang dilakukan oleh orang lain yaitu sikap Toleran yang memungkinkan akan adanya kesadaran masing-masing individu untuk menghargai dan menghormati pendapat. Toleransi menurut Nurcholish Madjid merupakan persoalan ajaran dan kewajiban melaksanakan kewajiban itu. Azyumardi Azra pun menyebutkan masyarakat madani juga mengacu ke kehidupan yng berkualitas dan tamaddun civility. Civilitas meniscayakan toleransi yaitu kesediaan individu-individu untuk menerima pandangan-pandangan politik dan sikap politik yang berbeda. Masyarakat madani berkaitan erat dengan demokratisasi karenanya juga memberikan kontribusi. Pertama, adalah menyediakan wahana sumber daya politik, ekonomi, kebudayaaan dan moral untuk mengawasi dan menjaga keseimbangan pejabat negara. Kedua, Pluralisme dalam masyarakat madani akan menjadi dasar yang penting bagi persaingan demokrasi. Ketiga, memperkaya partisipasi politik dan meningkatkan kesadaran kewarganegaraan. Keempat, ikut menjaga stabilitas negara. Kelima, tempat menggembleng pemimpin politik dan Keenam, menghalangi dominasi rezim otoroter dan mempercepat runtuhnya rezim. 70 Prasyarat yang lain untuk mewujudkan masyarakat madani adalah sikap Pluralisme dan tidak dapat dipahami hanya dengan mengatakan bahwa masyarakat kita majemuk, beraneka ragam terdiri dari berbagai suku dan agama yang justru menggambarkan kesan fragmentasi, pluralisme harus dipahami sebagai pertalian sejati kebhinnekaan dalam ikatan-ikatan keadaban. 71 D. Hubungan Masyarakat Madani dan Negara Konsep dasar masyarakat madani adalah adanya kepercayaan bahwa masyarakat itu bisa mengatur dirinya sendiri, sementara negara merupakan arena hegemonik dari berbagai kepentingan. Masyarakat madani maupun negara dapat dilihat sebagai 2 entitas yang mandiri, dimana masing-masing ingin menunjukkan kemandiriannya dalam menjalankan aktivitas dalam berbagai sektor kehidupan sosial termasuk politik. Karenanya hubungan masyarakat madani dan negara sebagai 2 entitas berbeda. Dan secara historis, dilihat lebih sering bersifat vis a vis, meskipun tidak harus diartikan bahwa hubungan keduanya selalu mutlak dalam kondisi yang bertentangan. 72 70 Larry Diamond sebagaimana dikutip dalam Pendidikan Kewargaan Demokrasi, HAM dan Masyarakat Madani, h. 253. 71 Ahmad Baso, Civil Society Versus Masyarakat Madani:Arkeologi Pemikiran Civil Society Dalam Islam Indonesia, h. 24. 72 Ralf Dahrendorf, Kematian Sosialisme Di Eropa: Refleksi Revolusi Tahun 1989, Jakarta: Tiara Wacana, 1992, h. 99. Masyarakat madani sebagai entitas yang mandiri pada hakekatnya senantiasa menginginkan kebebasan dari pengaruh intervensi Negara, sementara negara di sisi lain sebaliknya justru selalu ingin mendominasi dan mengintervensi kehidupan masyarakat madani, masyarakat madani sebagai kelompok-kelompok sosial dan politik yang berada di luar entitas Negara senantiasa berusaha memperjuangkan kemamndirian dan sikap kritisnya. Namun demikian, diperhadapkan dengan realitas politik dimana posisi Negara dalam keadaan yang amat kuat. Kelompok-kelompok sosial dan politik tersebut tidak dapat mengelakkan diri dari berbagai perbatasan-perbatasan yang dilakukan oleh Negara. Konsep masyarakat madani perlahan-lahan bertaut dengan gagasan tentang asal-usul Negara dan memiliki latar belakang yang beragam. Fungsi masyarakat madani memiliki 5 model: 73 Pertama Hobbes dan Locke menggunakan masyarakat madani dengan Negara dan menempatkannya sebagai penyelesai dan peredam konflik dalam masyarakat. Bagi Hobbes masyarakat madani hadir untuk meredam konflik dan mencegah masyarakat agar tidak jatuh pada kekerasan dan anarki, masyarakat madani harus kuat dan absolut untuk mengontrol dan mengawasi perilaku politik warga. sedangkan menurut Locke masyarakat madani hadir untuk menjaga kebebasan warga dan melindungi hak-hak milik individu, masyarakat madani harus demokratis tidak boleh absolut. Kedua, Adam Ferguson memisahkan kedua entitas tersebut dan melihat masyarakat madani menjadi masyarakat yang beradab yang ditandai oleh 73 Nurcholish Madjid, Cita-Cita Politik Era Reformasi,, h. 93. kemajuan akal budi, pengetahuan, teknologi dan industri, mempunyai rasa solider dan kasih sayang antar sesama. Ketiga, Pemisahan tegas konsep Negara dengan masyarakat madani dilanjutkan Hegel yang memposisikan masyarakat madani sebagai entitas mandiri yang berlawanan dengan Negara, Keempat, Marx mewujudkan masyarakat tanpa kelas Negara menjadi alat kepentingan masyarakat. Kelima, kemudian Tocqueville menempatkan masyarakat madani sebagai entitas yang keberadaannya menerobos batas- batas kelas, memiliki kapasitas politik cukup tinggi dan menjadi kekuatan pengimbang terhadap kecenderungan intervensi belebihan Negara. Menurut AS Hikam, diskusi-diskusi tentang masyarakat madani dikalangan aktivis dan intelektual Indonesia umumnya berporos pada pemahaman Hegelian, Marxian, Tocquevillian dan gramscian. 74 Masyarakat madani yang dipahami sebagai wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dengan ciri-ciri kesukarelaan, keswasembadaan, keswadayaan dan kemandirian berhadapan dengan Negara, jika Negara yang dihadapi bersifat otoriter maka masyarakat madani akan mengalami problematika berupa hambatan untuk muncul dan berkembang disebabkan adanya kecenderungan oleh Negara dalam pembatasan kepentingan publik, maka kondisi masyarakat madani lebih lanjut dapat pula dipahami sebagai suatu proses yang mungkin mengalami pasang surut, kemajuan dan kemunduran, kelemahan dalam perkembangan sejarahnya. 75 Dalam tulisan- tulisannya pada pertengahan tahun 1990-an Nurcholish melihat masyarakat 74 Muhammad AS Hikam, Demokrasi Dan Civil Society, h. 2. 75 Muhammad AS Hikam, Demokrasi Dan Civil Society, h. 3. madani sebagai kumpulan orang yang memposisikan diri menghadapi negara. 76 Dengan kata lain mungkin suatu saat masyarakat madani dalam posisi yang kuat berhadapan dengan Negara, namun dapat pula di saat lain lemah karena sebaliknya posisi Negara yang lebih kuat oleh karena itu maka hubungan antara Negara dan masyarakat madani dengan sendirinya yang seringkali menjadi problema adalah demokratisasi dalam arti terciptanya keterbukaan dan perluasan partisipasi politik bagi masyarakat untuk menggunakan hak-hak politiknya secara kreatif tanpa perbatasan, hambatan maupun tekanan oleh Negara. Komponen dalam masyarakat madani adalah individu, organisasi sipil yang mandiri, bebas dari kooptasi Negara, pers, masyarakat kampus akademis, intelektual organik dan kelompok-kelompok diskusi. Masyarakat madani adalah wilayah sosial mandiri berlandaskan persamaan, wilayah spesial diluar lembaga-lembaga resmi itu tidak hanya mengkritik Negara tetapi juga mengontrol proses ekonomi. 77 Masyarakat madani bukan hanya pelaku melainkan juga penghasil ruang publik politis, ruang publik politis yang dihasilkan masyarakat madani dicirikan oleh pluralitas seperti keluarga, kelompok non formal dan organisasi sukarela, publisitas, privasi dan legalitas. Dalam konsep politik maka masyarakat madani dipandang sebagai sebuah entitas sosial yang terlibat dalam aktivitas yang berkaitan dengan proses kekuasaan. Sebagaimana perspektif yang mendasari konsep ini, bahwa masyarakat madani dilihat sebagai jaringan pengelompokkan sosial yang 76 Diakses di www.Hidayatullah.com pada tanggal 2 oktober 2007. 77 Adi Suryadi Culla, Rekontruksi Civil Society: Wacana Dan Ornop Di Indonesia, h. 53. mandiri terhadap Negara. Hal ini berarti bahwa dalam hubungan kekuasaan antara masyarakat madani dan Negara melibatkan kepentingan yang berbeda sehingga diwarnai konflik dan di sisi lain jika kepentingan kebetulan sama maka yang terjadi adalah akomodasi. Meskipun demikian, hal yang terpenting sekali lagi digaris bawahi adalah bahwa hanya dengan adanya kemandirian dan otonomi itulah maka masyarakat madani memiliki kemampuan kritis dalam berhubungan dengan Negara.

BAB III KONSEP MASYARAKAT MADANI

MENURUT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

A. Keadaan Masyarakat di Indonesia

Masyarakat Indonesia belum berdisiplin. Korupsi sebagai refleksi ketidakjujuran masih menjadi problema berat. Korupsi yang menambah kemiskinan orang miskin. Korupsi yang telah membudaya dalam kultur Indonesia sangat sukar diberantas. Birokrat yang gajinya kecil menjadikan korupsi untuk memenuhi kebutuhan primernya. Pejabat tinggi dan orang kaya melakukan korupsi untuk kekayaan tujuh turunan. Keadaan sosial yang telah menghasilkan banyak orang miskin baru ini merupakan masalah sosial yang penting untuk segera diatasi. Jumlah siswa yang harus putus sekolah meningkat tajam di saat wajib belajar sedang giat-giatnya digalakkan. Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat menurun sehingga mencapai titik yang memprihatinkan. Orang kaya akan dapat pendidikan lebih baik daripada anak orang miskin. 78 Sebagian besar rakyatnya yang umumnya beragama Islam masih buta huruf seperti di daerah-daerah pedalaman masih banyak penduduknya yang tidak sekolah entah disebabkan ketidaktahuan mereka tentang pentingnya pendidikan atau karena mahalnya biaya pendidikan. 79 78 “Problema Pengembangan Masyarakat Madani”, Republika, 18 Maret 2005, h. 20 79 Masykur Hakim dan Tanu Widjaya, Model Masyarakat Madani, Jakarta: Intimedia, 2003, cet.ke-1, h. 96