ketauladanan selain itu seorang pemimpin masyarakat madani akan berpegang teguh pada komitmen demokrasi dan nilai kemadanian.
Idealnya, masyarakat madani tidak hanya sekedar terwujudnya kemandirian berhadapan dengan negara melainkan juga terwujudnya nilai-
nilai keadilan, persamaan, kebebasan dan kemajemukan pluralisme.
2. Perbedaan Masyarakat Madani dan Civil Society
Kalau dilihat dari segi sosiologi, pengertian madani dan masyarakat madani ini ikatannya dengan pengertian kota itu terutama disebabkan
karena pengertian tersebut pertama itu berikatan erat dengan kelas menengah, sedangkan kelas menengah itu tipikalnya memang penghuni kota. Tapi
sebelum masuk soal sosiologi itu, masih ada satu salah kaprah linguistik yang mungkin perlu kita soroti lebih dulu, yaitu aposisi pengertian civil society
dengan hegemoni ABRI dalam politik. Hal ini tampaknya terjadi karena terburu-buru menerjemahkan civil society dengan masyarakat sipil.
Bahasa Inggris civil, Indonesianya bersantun, madani, sedangkan Bahasa Indonesia Sipil itu Inggrisnya civilian
Boleh jadi, salah kaprah itu tidak sepenuhnya kebetulan, karena munculnya pada saat orang di satu pihak agak sebal dengan kekuasaan militer
yang dirasakannya berlebih-lebihan, di lain pihak masih kurang aman untuk menyatakan hal itu secara terbuka. Dengan mempertukarkan bersantun
beradab dengan sipil, tersindirlah suatu penyamaan militer dengan kurang beradab yang tentu tak berani dinyatakan secara terbuka. Bagaimana
pun juga, waktu itu memang ada isu bahwa memenangkan masyarakat madani itu mau tak mau harus dengan menghadapi barisan-barisan militer.
Secara historis, lawan masyarakat madani itu masyarakat feodal, hal mana dihayati oleh perjuangan untuk memenangkan supremasi kelas menengah,
pengganti supremasi lapisan ningrat. Alhasil, salah kaprah tersebut diatas bukan satu kesalahan mutlak atau 100, sebagaimana halnya juga tidak
sepenuhnya kebetulan bahwa istilah civil dan civilian dalam B.Inggris itu akarnya sama.
Tidak ada perbedaan yang signifikan antara masyarakat madani dengan civil society.
56
Sementara civil society adalah produk pemikiran Barat modern merujuk pada sebuah lingkungan kegiatan masyarakat yang terbebas dari
pengaaruh negara dan terkait dengan demokrasi serta perjuangan menentang penindasan dan kezaliman.
57
Karena itu, makna dan definisi yang melekat pada kedua istilah tersebut sesungguhnya tidak memiliki hubungan sama
sekali. Benturan awal secara terbuka muncul dalam forum Seminar ”Islam dan
Civil Society”di Indonesia di Jakarta, 17 Desember 1998 lalu.
58
NU menerima masyarakat sipil tetapi tidak masyarakat madani dan kemudian disanggah
Bachtiar Effendy yang menjadi salah seorang panelis dalam forum itu mengatakan bahwa tidak ada pemisahan antara civil society dan masyarakat
madani, masyarakat madani adalah juga civil society tanpa ada pemisahan antara dengan lainnya.Terjemahan lain civil society adalah masyarakat sipil.
Salah seorang cendekiawan aktivis Ornop yang giat mempopulerkan istilah
56
Wawancara dengan Mabruri Ketua Badan Humas DPP PKS di Duren Tiga Jakarta pada tgl : 20 september 2007.
57
Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia, Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2006, cet.ke-1, h. 41.
58
Ahmad Baso, Civil Society Versus Masyarakat Madani: Arkeologi Pemikiran Civil Society dalam Islam Indonesia,h. 248.
masyarakat sipil di Indonesia ialah Mansoer Fakih. Sepintas terjemahan tersebut paling tepat untuk istilah civil society. Namun demikian, banyak
orang mengkritik terhadap penggunaan istilah itu yang dapat memunculkan ragam pengertian. Dapat diartikan masyarakat militer, pengertian sipil
terkesan sebagai tandingan militer. Secara konseptual, masyarakat madani senantiasa berhadapan atau berlawanan dengan negara sedangkan lawan dari
military adalah civilian, bukan civil.
Beberapa padanan kata “Masyarakat Madani”
59
ASING INDONESIA
Koinonia Politike Aristoteles Societas Civilis Cicero,
Thomas Aquinas Commonitas Civilis
Comonitas Politica Civitas Etat
Burgerliche Gesellschaft Georg Wilhelm Friedrich
Hegel, Karl Marx Societe Civile Alexis de
Tocueville Civil Society Adam Ferguson,
John Locke,Thomas Hobbes, Civil Society tidak diterjemahkan –
Muhammad AS Hikam, Iwan Gardono Sudjatmiko
Masyarakat Warga Sutandyo Wignyosubroto
Masyarakat Kewargaan Ryaas Rasyid, Ramlan Surbakti, Franz
Magnis Suseno, Daniel Dhakidae Masyarakat Madani Maswadi Rauf,
Nurcolish Madjid, M.Dawam Rahardjo, Bachtiar Effendy
Masyarakat Sipil Mansour Fakih
59
Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia, h. 43.
Jean Jacques Rousseau, Antonio Gramsci
Pendefinisian dan konseptualisasi istilah itu sendiri menunjukkaan variasi pemikiran dan respons yang berbeda, baik di Barat maupun di
Indonesia, setiap istilah memiliki kelebihan kekurangan tapi dan itu hanya bersifat simbolik yang paling penting adalah isi dari makna di balik
keseluruhan istilah. Dalam hubungan ini Syed Naquib Al-Attas yang melihat perbedaan makna istilah masyarakat madani dan masyarakat sipil , tetapi
memiliki kesamaan mendasar didalam penafsirannya, yaitu perjuangan membangun masyarakat yang demokratis.
Ditinjau dari perspektif manapun inti dari gagasan kedua istilah itu tetap merupakan bagian dari wacana demokrasi, Dan apabila di dalam masyarakat
madani prinsip-prinsip kebersamaan dijunjung tinggi walaupun mereka punya agama yang berbeda Dari agama mayoritas masyarakat tersebut akan menjadi
sinergis, sedangkan menurut Hasani masyarakat madani adalah segala aktifitas masyarakat tidak terlepas dari motivasi keimanan seseorang atau masayarakat
itu sendiri dalam berinteraksi antar personal sedangkan civil society berkonsep kegotongroyongan yang menitik beratkan nilai kemanusiaan sedangkan
masyarakat madani seolah-olah hanya menerima perintah dari penguasa dan kurang aktif membangun bersama pemerintah.
Istilah masyarakat madani merupakan terjemahan dari civil society yakni: suatu komunitas politik yang beradab yang memiliki kode hukum
tersendiri. Titik berat dai konsep ini adalah “civility” atau kewargaan dan
“urbanity” atau budaya kota, dalam pengertian bukan sekedar adanya konsentrasi penduduk saja, melainkan juga berarti sebagai pusat peradaban
dan kebudayaan, dimana antara lain ciri-cirinya adalah egaliter dan rasional.
60
Masyarakat madani itu bukan semata-mata mewadahi kepentingan individu tetapi didalamnya juga tedapat organnisasi-organisasi yang berusaha melayani
kepentingan orang banyak. Selain itu, masyarakat madani juga memiliki potensi untuk bisa mengatur dirinya sendiri secara rasional dan mengandung
unsur kebebasan.
61
Masyarakat madani adalah istilah yang banyak digunakan oleh kalangan Cendekiawan Muslim Indonesia. Sebagian Cendekiawan non-Muslim juga
sering memakai istilah itu. Cendekiawan Muslim pengguna istilah masyarakat madani umumnya berlatar “Islam modernis”, sedangkan Cendekiawan
Muslim dengan latar “Islam kultural” umumnya memilih istilah masyarakat sipil. Tercatat beberapa Cendekiawan Indonesia pengguna istilah masyarakat
madani, diantaranya Nurcholish Madjid, M.Dawam Rahardjo, Maswadi Rauf dan Bachtiar Effendy. Bagi mereka, istilah masyarakat madani merupakan
terjemahan yang tepat dalam bahasa Indonesia untuk civil society. Namun pengertian masyarakat madani dan civil society sesungguhnya memiliki
beberapa perbedaan. Masyarakat madani memiliki perjalanan sejarah sendiri yang merujuk segala bentuk aktivitas masyarakat berdasarkan norma-norma
keislaman.
60
M. Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial, Jakarta: 1999, h. 142-143.
61
M. Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial, h. 146.
Dan menurut Mabruri masyarakat madani lebih berlandaskan tata cara kehidupan bermasyarakat dengan landasan-landasan teologis dalam Islam dan
ini tentu dari konsensus bersama sedangkan untuk civil society lebih kepada semangat untuk kesetaraan didalam sebuah tatanan demokrasi.
62
Bila sejak awal disepakati bahwa penerjemahan istilah lebih merupakan soal teknis belaka. Pendefenisian dan konseptualisasi istilah itu sendiri
menunjukkan variasi pemikiran dan respons yang berbeda, baik di Barat maupun di Indonesia. Setiap istilah memiliki kelebihan dan kekurangan,
argumen pembelaan dan alasan pembenaran masing-masing. Karena itu, hal paling penting untuk dikedepankan adalah substansi makna daripada
memperdebatkan istilah yang pada dasarnya bersifat simbolik.
3. Masyarakat Madani Menurut Al-Qur’an