Konsep masyrakat Madani menurut Partai Keadilan Sejahtera

(1)

KONSEP MASYARAKAT MADANI

MENURUT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh

Azizah Febriyani

NIM: 101033221823

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

KONSEP MASYARAKAT MADANI

MENURUT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ushuluddin dan Filsafat untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial

Oleh

Azizah Febriyani

NIM: 101033221823

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Masykur Hakim Dra. Haniah Hanafie, M.Si

JURUSAN PEMIKIRAN POLITIK ISLAM

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul KONSEP MASYARAKAT MADANI MENURUT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 03 Januari 2008. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos) Strata Satu (S.1) pada Jurusan Pemikiran Politik Islam.

Jakarta, 03 Januari 2008

Ketua Sekretaris

Drs. Bustamin, M.B.A. Dra.Wiwi Siti Sajaroh, M.A.

NIP: 150.289.320 NIP: 150.270.808

Penguji I Penguji II

Dr. Sirajuddin Aly, M.A. Drs. Chaedir S. Bamualim, M.A.

NIP : 150.318.684 NIP : 150.295.313

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Masykur Hakim, M.A. Dra. Haniah Hanafie, M.Si.


(4)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Tiada kata yang paling menyenangkan untuk mengungkapkan kebahagiaan yang penulis rasakan kecuali rasa syukur tiada terhingga kepada Allah SWT telah – diluar kemampuan penulis – memberikan kekuatan untuk menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Konsep Masyarakat Madani Menurut Partai Keadilan Sejahtera (PKS)“, sebagai tugas akhir masa studi di Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini tidak akan pernah terselesaikan tanpa melibatkan banyak kalangan yang selalu penulis kenang, keterlibatan mereka sangat membantu penulisan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis hanya mampu mengucapkan terima kasih kepada:

1. Keluarga tercinta, khususnya Orang Tuaku, Ayahanda Aziz Luthfie dan Ibunda Maswanih yang tak pernah lupa mengirimkan lantunan doa dan harapan walau sakit yang diderita tak mengurangi rasa kasih dan sayang sehingga menumbuhkan semangat ananda untuk terus menyelesaikan skripsi ini. Keduanya adalah mutiara terindah yang tiada sebanding dengan apapun di dunia ini. Pengorbanan dan ketulusan tiada henti-hentinya mengalir, menjadikan penulis sosok yang tiada kenal kata pantang menyerah. Adik- adikku: Mohammed Nasser (Acen), Adisty Noorsyifa (Adis), yang selalu menghibur dan membuat tawa dan bahagia sehingga hari-hari sangat berwarna. Mamah Ana yang cantik yang selalu mengajarkan doa-doa mujarabnya, Dady Otsuka yang memberikan bantuan materil…you’re my angle.


(5)

2. Bpk. Drs. Agus Darmadji, M.Fil (Selaku Ketua Jurusan PPI), Ibu Dra. Wiwi Siti Sajaroh, M.Ag (Selaku Sekjur PPI), serta para dosen yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah dengan sabar membina penulis dalam perkuliahan.

3. Dosen Pembimbing, Bpk. Dr. Masykur Hakim, MA dan Ibu Dra. Haniah Hanafie, M.Si yang selalu menyempatkan waktunya dalam membimbing pembuatan skripsi dan memberikan masukan yang sangat berarti bagi penulis. 4. Ketua Badan Humas PKS, Bpk. Mabruri, MA, Bpk. Agus Wahid Rahman,

Bpk. Hasani, Amd. yang telah memberikan pengetahuan dan informasi dalam proses perampungan skripsi ini, Ka Ratna yang telah meminjamkan buku-buku tentang PKSnya.

5. Seluruh karyawan Perpustakaan Utama dan Perpustakaan Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Jakarta yang telah membantu penulis dalam memberi data-data dan bahan-bahan yang tentunya sangat penulis butuhkan demi terselesainya skripsi ini.

6. Watashino Ai “AF“ yang selalu dengan sabar mendengarkan segala keluh kesah yang tak pernah habis, memberikan semangat dan mengingatkan jangan berputus asa. Semoga keajaiban menghampiri kita.

7. Sahabat-sahabat sejatiku, Bu Kokom yang merangkap sebagai kakakku yang bijak, tiada hari tanpa tertawa denganmu walaupun dalam keadaan duka. Lencena, Wati, Lani, Ika yang bisa menghilangkan kepenatan dengan ngerumpi...Luv U All watashino tomodachi...!!


(6)

8. Teman-teman seperjuangan, Okta, Isti, Nila, Lele, Wahyu yang membantu walau kita hanya lewat email dan semua teman-teman PPI angkatan 2001. 9. Teman terbaruku The Barbie Band : Sayla, Eboy, Q-q, Jakur, Iman terima

kasih atas doanya tetap solid dan kudoakan band kalian sukses...ses..ses. serta yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan berupa motivasi dan kontribusinya terhadap skripsi ini.

Hanya kepada Allahlah penulis berlindung, berserah dan berharap. Semoga DIA membalas segala bantuan dan pahala yang berlimpah dan skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna sebagaimana mestinya. Amin.

Cirendeu, 4 Desember 2007


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

KATA PENGANTAR... v

DAFTAR ISI... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Metode Penelitian... 6

E. Sistematika Penulisan... 7

BAB II SEPUTAR MASYARAKAT MADANI A. Pengertian Masyarakat Madani... 8

1. Masyarakat Madani dan Perkembangannya ... 8

2. Perbedaan Masyarakat Madani dan Civil Society ... 19

3. Masyarakat Madani Menurut Al-Quran... 24

B. Pilar Penegak Masyarakat Madani... 27

C. Karakteristik Masyarakat Madani ... 28

D. Hubungan Masyarakat Madani dan Negara ... 32

BAB III KONSEP MASYARAKAT MADANI MENURUT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA A. Keadaan Masyarakat di Indonesia ... 37


(8)

B. Cita-Cita Partai Keadilan Sejahtera ... 41 C. Konsep Masyarakat Madani Menurut Partai Keadilan Sejahtera 43 1. Membangun Indonesia yang Adil ... 47 2. Membangun Indonesia yang Sejahtera ... 47 3. Membangun Indonesia yang Bermartabat ... 48 D. Peran PKS dan Strateginya dalam Mewujudkan Masyarakat

Madani Di Indonesia ... 49 1. Peran PKS Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Di Indonesia ... 49 2. Strategi PKS Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani

Di Indonesia ... 54 BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ... 58 B. Saran-saran... 62 DAFTAR PUSTAKA


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1990-an di Indonesia istilah “masyarakat madani” sering diperbincangkan di kalangan kaum intelektual terbatas dan wacana ini semakin semarak ketika media massa cetak seperti surat kabar-surat kabar, majalah-majalah ikut mempublikasinya ketengah-tengah publik.

Dalam perkembangan berikutnya setiap kali ada wacana tentang politik Islam dan pemberdayaan umat, maka yang lebih sering digunakan oleh media massa dan buku-buku adalah istilah “masyarakat madani”, dan menjadi semakin populer dan akrab di telinga kaum intelektual Indonesia hingga sekarang ini. Pengertian masyarakat madani itu sendiri ialah suatu masyarakat yang berbudaya, maju dan modern, setiap warganya menyadari dan mengetahui hak-hak dan kewajibannya terhadap negara, bangsa, dan agama serta terhadap sesama, dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia.1 Mereka adalah gambaran masyarakat yang diidealkan oleh Islam, dan pernah menjadi bagian dari sejarah Rasulullah SAW ketika beliau memimpin negara Islam pertama di Madinah. Masyarakat madani yang didambakan manusia modern adalah masyarakat yang pluralistik, salah satu prinsip masyarakat madani yaitu pluralisme , yaitu adanya sikap menghargai dan menerima disertai sikap yang tulus atas realita kemajemukan merupakan dekrit Allah SWT dan

1 Dr. Masykur Hakim dan Tanu Wijaya, Model Masyarakat Madani,(Jakarta:Intimedia, 2003), h.1.


(10)

Nya untuk umat manusia. Memiliki sikap toleran terhadap perbedaan-perbedaan yang ada serta dapat memberikan iklim kebebasan yang kondusif untuk ,mengemukakan pendapat dan mengekspresikan sikap dan pemikirannya, serta menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Banyak kontroversi tentang istilah masyarakat madani terjadi dikarenakan kata asli diambil dari bahasa inggris civil society, namun penulis mengartikan masyarakat madani dan civil society mempunyai arti yang sama. Kita telah mengenal benturan antara “ Islam modernis” dan “ Islam tradisionalis”, “Islam struktural” dan Islam kultural”, “Islam negara” dan “Islam pro-masyarakat. Biasanya kalau kelompok yang pertama diidentikan dengan ICMI, Muhammadiyah atau generasi “Masyumi” baru maka yang terakhir lebih diwakili oleh NU. Dan setelah itu, kemunculan benturan antara pendukung “ masyarakat madani dan pendukung “masyarakat sipil” juga tak lepas dari pengelompokan-pengelompokan lama, yang mewakili masyarakat madani adalah pihak-pihak yang dulunya dianggap berkecimpung dalam Islam struktural, Islam modernis atau Islam pro-negara, sementara pendukung masyarakat sipil juga tetap dari kelompok lama, NU.2 Selain itu, benturan tersebut bukanlah peristiwa yang baru muncul belakangan ini, tepatnya di penghujung tahun 1998, akar-akarnya telah muncul ditahun 1997 atau bahkan sebelumnya. Menurut Bahtiar Effendy mengatakan bahwa tidak ada pemisahan antara civil society dan masyarakat madani. Masyarakat madani

2 Ahmad Baso, Civil Society versus Masyarakat Madani: Arkeologi Pemikiran “Civil society” dalam Islam Indonesia,(Bandung: Pustaka Hidayah, 1999, cet: ke-1), h. 246.


(11)

adalah juga civil society, tanpa ada pemisahan antara satu dengan lainnya, antara yang diterima NU dan yang lainnya tidak.3

Dalam masyarakat madani, warga negara disadarkan posisinya sebagai pemilik kedaulatan dan hanya untuk mengontrol pelaksanaan kekuasaan yang mengatasnamakan rakyat. Lebih dari itu negara juga telah berhasil mengontrol masyarakat madani melalui berbagai cara korporatis dan mendapatkan konsesus politik melalui hegemoni ideologi di beberapa negara, faktor agama merupakan faktor yang dominan bagi tumbuhnya masyarakat madani, dalam arti bahwa agama mempunyai kontribusi besar bagi lahirnya kesadaran masyarakat terhadap batasan-batasan kekuasaan negara dan hubungannya dengan negara-negara lainnya, Dalam masyarakat madani di Indonesia saat ini hanya sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan starategi yaitu memobilisasi suara.

Hubungan antara negara dan masyarakat madani Indonesia selalu berada dalam posisi subordinat, khususnya bagi mereka yang berada pada strata sosial bawah. Kebutuhan akan adanya suatu peranan politik yang lebih luas dalam masyarakat madani, karena itu merupakan tantangan mendesak dalam masa depan yang dekat ini untuk memperlancar proses demokratisasi. Menurut Nurcholish Madjid masyarakat madani adalah “Rumah” persemaian demokrasi. Azyumardi Azra mengatakan bahwa masyarakat madani lebih dari sekedar gerakan pro demokrasi, karena ia juga mengacu pada pembentukan masyarakat berkualitas dan bertamadun (civility). Banyak gerakan milinerian di Indonesia didasarkan pada ajaran-ajaran eksaktologis agama yang

3 Ahmad Baso, Civil Society versus Masyarakat madani: Arkeologi Pemikiran “Civil Society” dalam Islam Indonesia h. 248.


(12)

semuanya bertujuan untuk menegakkan sebuah masyarakat yang ideal, bebas dari ketidakadilan sosial dan penindasan politik yang dilakukan negara, ini memperlihatkan kemampuan masyarakat madani untuk melawan ideologi dominan dan praktik-paktik negara. Setelah orde baru didirikan dan politik direkonstrukturisasi agama secara pelan-pelan tidak mengalami lagi politisasi. Itulah sebabnya agama di Indonesia masih harus mendefinisikan peranannya masa kini, jika menginginkan peranan yang lebih signifikan untuk berkembangnya masyarakat madani. Salah satu tujuan masyarakat madani ini adalah adanya usaha yang sungguh-sungguh terencana dan sistematis untuk mewujudkan otonomi masyarakat sehingga mereka tidak tergantung kepada negara, seperti Indonesia sudah terdapat potensi-potensi dasar masyarakat madani dengan adanya berbagai pergerakan dan organisasi Islam.

Seperti Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang merupakan salah satu partai Islam yang berpengaruh pada saat ini.4 Yang tidak diperhitungkan pada pemilu 1999 karena hanya mendapat 7 kursi di parlemen (1,7%suara) dan tidak lulus batas minimal 2 % yang kemudian membuat partai itu bergabung dengan pertai lain dari yang dulu ( 1999) partai keadilan (PK), kini menjadi PKS (S= sejahtera),ada tambahan kata “sejahtera”. Pengamat Indonesia asal Jepang, Takeshi Kohno, misalnya, menyatakan bahwa terjadi kejutan yang demikian hebat dalam pilihan raya Indonesia 2004 yaitu melambungnya suara yang diperoleh oleh Partai Keadilan Sejahtera yang mendapat 45 kursi parlemen (7,30%).5 Dengan mencermati kegemilangan

4 Pada pilihan raya pada tahun 1999 partai ini bernama Partai keadilan (PK), tapi karena tidak lulus minimum (electoral treshold) partai ini kemudian bergabung dengan partai Islam lain yang namanya hampir sama yaitu Partai Keadilan Sejahtera (PKS).


(13)

PKS itu dan banyaknya sanjungan para pakar terhadap PKS, tentu boleh jadi PKS dalam pemilu-pemilu yang akan datang dapat memenangkan pemilihan umum. Dengan kemenangan tentu parlemen akan dikuasai oleh PKS. Tentu akan tercapai cita-cita PKS untuk mewujudkan dan menerapkan konsep masyarakat madani di Indonesia menurut PKS.

Tapi mengingat PKS adalah partai Islam adalah bagaimana konsep masyarakat madani yang mereka inginkan, apakah pandangan seperti partai-partai Islam lainnya atau mereka punya konsep masyarakat madani sendiri?

Untuk mengetahui lebih jauh tentang konsep masyarakat madani yang diinginkan oleh PKS, penulis merasa perlu membahasnya dalam sebuah skripsi yang berjudul :

KONSEP MASYARAKAT MADANI MENURUT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA (PKS)

Sehingga dapat memberi gambaran yang lebih jauh mengenai Konsep Masyarakat Madani menurut PKS.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar skripsi ini lebih terarah, maka penulis di sini akan memberikan perumusan masalah dan pembatasan masalah-masalah yang akan dibahas. Seperti bagaimana pandangan PKS terhadap masyarakat madani sebagai salah satu partai Islam.

Beberapa pertanyaan yang menjadi fokus permasalahan pada skripsi ini adalah sebagai berikut:


(14)

1. Bagaimana konsep masyarakat madani menurut PKS ?

2. Bagaimana peran PKS dalam mewujudkan masyarakat madani di Indonesia ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dari penulisan skripsi ini adal;ah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui konsep masyarakat madani yang diinginkan oleh PKS 2. Untuk mengetahui peran PKS dalam mewujudkan masyarakat madani di

Indonesia

D. Metode Penelitian

Dalam pengumpulan data penulisan skripsi ini pertama-tama mendasarkan diri pada penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu penulis berusaha memperoleh data-data dan informasi melalui literatur-literatur kepustakaan, majalah-majalah, maupun artikel-artikel yang berhubungan dengan masalah tersebut, serta melalui website, disamping penelitian kepustakaan (Library Research) penulis juga melengkapi kajian ini dengan menggunakan penelitian lapangan (Field Research) di antaranya wawancara dengan tokoh-tokoh PKS sebanyak 3 orang yaitu :

1. Bapak A. Mabruri, MA: Ketua Badan Hubungan Masyarakat DPP PKS. 2. Bapak Agus Wahid Rahman: Ketua DPC PKS Ciputat Tangerang.

3. Bapak Hasani, Amd: Ketua DPRa (Dewan Pimpinan Ranting) PKS Cirendeu Tangerang.


(15)

Dari tingkat Pusat PKS kemudian tingkat Cabang dan terakhir tingkat Ranting dan karena mereka banyak terjun dengan masyarakat secara langsung maka penulis memilih mereka untuk diwawancara dan juga untuk mendapatkan gambaran yang lebih kongkrit dan lebih akurat. Dalam pengolahan data ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis.

Adapun teknik penulisan skripsi ini secara umum menggunakan buku

Pedoman Akadamik Fakultas Ushuluddin dan Filsafat tahun 2006.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan yang digunakan adalah:

BAB I yaitu Pendahuluan, terdiri dari: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II yaitu Seputar Masyarakat Madani, terdiri dari: Pengertian Masyarakat Madani, Pilar Penegak Masyarakat Madani, Karakteristik Masyarakat Madani, Hubungan Masyarakat Madani dan Negara.

BAB III yaitu Konsep Masyarakat Madani Menurut PKS, terdiri dari: Keadaan Masyarakat di Indonesia, Cita-Cita PKS, Konsep Masyarakat Madani Menurut PKS, Peran PKS dan Strateginya Dalam Mewujudkan Masyarakat Madani di Indonesia.


(16)

BAB II

PARTAI KEADILAN SEJAHTERA

A. Sejarah Lahirnya PKS

Sejarah lahirnya Partai Keadilan yang kemudian menjadi Partai Keadilan Sejahtera tidak lepas dari dari kondisi riil sejarah umat Islam Indonesia dari Presiden Soekarno sampai Presiden Soeharto di era orde baru. Itu bisa dilihat dari diskriminasi yang dilakukan oleh para pemimpin negeri ini terhadap umat Islam. Partai Keadilan adalah partai politik yang didirikan oleh sejumlah aktivis muslim Indonesia baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Beberapa pendiri Partai Keadilan yang berasal dari kalangan kampus dalam negeri yang diantaranya berasal dari mantan aktivis Universitas Negeri ternama di Indonesia, seperti UI, IPB, UNDIP, ITB dan UGM.

Lahirnya gerakan dakwah kampus yang merupakan cikal bakal kemunculan kader-kader Partai Keadilan di era reformasi berawal dari munculnya kelompok anak muda yang memiliki semangat tinggi dalam mempelajari dan mengamalkan Islam, sebagai respon dari tekanan politik yang dilakukan pemerintah orde baru ketika itu terhadap umat Islam, dan juga adanya sebuah ruang publik yang relatif lapang yang bernama masjid atau mushalla kampus, tempat dimana idealisme kaum muda Islam itu mengalami persemaian ideal secara tepat. Sementara masjid kampus adalah basis yang dijadikan benteng pertahanan sekaligus basis gerakan dan faktor diatas membuat anak-anak muda bersemangat dalam perjuangan dakwah Islam yang semuanya bermula dari masjid Salman ITB. Kelompok santri inilah yang pertama kali membuat kelompok-kelompok kecil berciri Islam. Mereka terlembagakan dalam lingkungan usrah-usrah6 yang akrab dengan pemikiran

6 Usrah adalah istilah dalam bahasa arab yang artinya “keluarga”, merupakan bentuk gerakan keagamaan yang dikembangkan oleh aktivis mahasiswa islam di masjid Salman ITB dan kemudian dikenal dikalangan aktivis muda islam pada akhir 70-an dan awal 80-an.


(17)

ikhwnul muslimin. Orientasi ke ikhwanul muslimin-an inilah yang menjadi pintu masuk bagi alumni timur tengah sebagai nara sumber atau penterjemah gagasan-gagasan Islam timur tengah di Indonesia, mereka terlibat didalam kegiatan dakwah kampus. Kenyataan bahwa timur tengah merupakan wilayah yang memiliki keterkaitan erat dengan Indonesia adalah sesuatu yang tidak bisa dibantah dan ini lebih banyak dipengaruhi oleh faktor agama dan politik, dimana sejak lama timur tengah telah memberikan kontribusi pemikiran dan gerakan dalam dinamika keagamaan dan politik di Indonesia. Pada era sebelum kemerdekaan bermunculan setelah pendirinya berinteraksi dengan pemikiran dan gerakan Islam di arab Saudi maupun Mesir contohnya Muhammadiyah7. PKS yang terinspirasi oleh gerakan Ikhwanul Muslimin di Mesir8, gerakan tarbiyah yang merupakan tulang punggung dan pendukung utama partai ini mencoba untuk memformulakan ajaran-ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Namun bayang-bayang Ikhwanul Muslimin dalam diri partai ini membuat banyak pengamat Islam dan politik menganggap PKS tidak ada bedanya dengan kelompok-kelompok Islam fundamentalis saat ini, karena mengingat Ikhwanul Muslimin dalam persepsi mereka adalah organisasi Islam fundamentalis terlarang di Mesir yang dianggap ancaman bagi kelangsungan pemerintah yang berkuasa apabila dilihat dari sisi politik.

Momen keterbukaan politik yang diawali sejak decade 1990-an telah menjadikan model dakwah tarbiyah ini semakin luas. Keterbukaan politik yang diawali pemerintah ini, ditambah dengan kecenderungan mengakomodasi kepentingan umat Islam telah membawa angin segar bagi

7 Yon Machmudi, Partai Keadilan Sejahtera Wajah Baru Islam Politik Indonesia, (Bandung: Harakatuna, 2005), h.59.


(18)

dakwah-dakwah di kampus. Bagi gerakan tarbiyah, era keterbukaan ini membawa berkah yang luar biasa untuk ekspansi gerakan di kampus-kampus. Usaha-usaha untuk kembali beraprtisipasi dalam dinamika politik dan sosial Indonesia semakin terbuka. Aktivis-aktivis gerakan ini pun mulai meluaskan sayapnya. Kesempatan untuk partisipasi langsung dalam kancah politik nasional menjadi terbuka setelah rezim yang berkuasa selama 32 tahun kemudian mengalami kehancuran. Lengsernya Soeharto pada 1998 telah membuka iklim kebebasan yang luar biasa. Salah satu indikasi kebebasan itu adalah bermunculannya partai-partai baru dengan berbagai macam karakter dan warna, momentum tersebut tidak bisa disia-siakan oleh kader-kader usrah. Mereka kemudian sepakat mendirikan partai politik yang berorientasi pada ajaran Islam guna pencapaian tujuan dakwah Islam dengan cara-cara demokratis yang dapat diterima banyak orang, dan kemudian partai tersebut diberi nama Partai Keadilan.

Seperti namanya, partai yang banyak dimotori kalangan muda intelektual ini mencerminkan substansi kehidupan yang paling dibutuhkan oleh masyarakat saat ini, yaitu keadilan. Tepatnya tanggal 9 agustus 1998, bertepat dihalaman Masjid Al-azhar, Partai Keadilan (PK) dideklarasikan sebagai partai politik yang pertama mencantumkan Islam sebagai asas partainya. Berdirinya Partai Keadilan bisa dikatakan berbeda dengan partai lainnya, baik partai yang berbasis ideologis maupun non ideologis. Kelahiran Partai Keadilan berangkat dari musyawarah yang cukup panjang, yang membahas tentang penyikapan terhadap era reformasi yang membuka kebebasan untuk berekspresi diantaranya mendirikan partai politik. Musyawarah untuk


(19)

membentuk partai pada jamaah Tarbiyah terjadi setelah Dewan Dakwah gagal membuat satu partai politik yang berasaskan Islam, lahirnya Partai Bulan Bintang dengan asas pancasila membuat sebagian anggota Dewan Dakwah yang terlibat merumuskan partai Islam merasa kecewa. Pada saat itu, menurut Abu Ridha, yang kini menjadi jamaah Partai Keadilan9, sesungguhnya sedang menunggu dan memperhatikan Dewan Dakwah yang akan membidani lahirnya partai politik Islam. Namun ketika lahir tidak dengan asas Islam maka mereka kemudian mengadakan musyawarah tersendiri10.

Partai Keadilan yang kini menjadi Partai Keadilan Sejahtera didirikan bukan inisiatif seseorang atau beberapa orang aktivisnya. Namun merupakan perwujudan dari kesepakatan yang diambil dari musyawarah yang aspiratif dan demokratis. Dalam telaah modernis dan fundamentalis gerakan politik Islam, maka Partai Keadilan dikategorikan Partai Modernis. Dan pendirian Partai Keadilan juga merupakan respon terhadap perubahan sosial yang terjadi di awal reformasi.

Dalam perjalanannya, PKS memilih gerakan tarbiyah sebagai modelnya, pola gerakan ini tidak hadir dengan tiba-tiba tapi telah dirintis oleh anak-anak muda sekitar tahun 80-an. Gerakan tarbiyah sebagai sarana yang paling efektif untuk melakukan introspeksi dan penyadaran Islam terhadap generasi muda, menumbuhkan semangat berdakwah sambil belajar kesabaran menghadapi kediktatoran orde baru, mengajak jalan dakwah dengan menghindari lawan arus terhadap orang yang belum mengapresiasi Islam. Lebih dari itu gerakan

9 Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera (Ideologis dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer, (Jakarta: Teraju, 2004), h. 150.

10 Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera (Ideologis dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer, h. 150.


(20)

tarbiyah juga mencoba mengemas gerakan dakwah secara elegan sesuai kondisi zamannya, karena pada waktu itu setiap kritikan terbuka atau tertutup terhadap pemerintahan orde baru, selalu dipandang apriori dan curiga sehingga menyebabkan posisi umat Islam tidak memiliki ruang gerak yang leluasa dalam aktivitas dakwahnya. Momentum reformasi 1998 saat yang tepat untuk melakukan konsolidasi ummat. Idealnya hanya ada satu atau dua partai Islam.

Buntunya titik temu dikalangan tokoh-tokoh Islam cukup beralasan selama puluhan tahun dimasa orde baru hampir tidak ada komunikasi dan konsolidasi untuk menyalurkan aspirasi politik umat Islam, karena memang pemerintah orde baru tidak pernah menyetujui lahirnya partai Islam pada kondisi tersebut. Pasca Masyumi di bubarkan oleh orde lama, partai seperti mati suri, ketika mencoba bangkit kembali diawal orde baru tidak pernah diberikan peluang. Demokrasi hanya sekedar saja, selain Golkar tidak memungkinkan partai-partai lain dapat eksis.

Gerakan yang berkembang cepat dari ruang-ruang sempit seperti mushalla dan kamar kost mahasiswa mendominasi model-model kegiatan keagamaan di kampus-kampus umum mulai pertengahan 80-an sampai tahun 90-an. Menjelang reformasi 1998, saat mahasiswa kembali bergejolak dengan berbagai aksi massa menuntut presiden soeharto mundur, gerakan dakwah kampus ini menunjukkan kekuatannya.11 Selain dilembaga-lembaga formil kemahasiswaan dikampus-kampus umum, kader-kader gerakan dakwah ini mendirikan sebuah organisasi yang diberi nama Kesatuan Aksi Mahasiswa

11 Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2003), h. 18.


(21)

Muslim Indonesia (KAMMI). Transformasi tersebut tidak berhenti sampai disitu, pada momentum reformasi setelah soeharto jatuh gerakan dakwah ini melakukan langkah yang lebih berani untuk memunculkan dirinya kehadapan publik dengan mengumumkan secara legal formal sebagai kekuatan politik yang bernama Partai Keadilan.

Partai Keadilan mempunyai pendukung utama yang berasal dari kalangan terdididk muda Islam merupakan sesuatu yang unik, pendukung muda, intelektual dan berasal dari lingkungan Islam. Kombinasi faktor-faktor muda terdidik dan Islam tampaknya kemewahan yang hanya dimiliki oleh Partai Keadilan. Tarbiyah yang menjelma menjadi Partai Keadilan ini adalah sebuah fakta sosial yang eksis ditengah masyarakat dan menunjukkan perkembangan yang dinamis dari waktu ke waktu. Dari sebuah gerakan dakwah bawah tanah dengan sistem yang ketat, menjadi sebuah kegiatan keagamaan yang cenderung diterima secra longgar oleh mahasiswa dan kemudian dikenal sebagai gerakan dakwah kampus.

Transformasi dari sebuah gerakan dakwah yang dianggap eksklusif di mushalla-mushalla kampus, menjadi sebuah gerakan massa ditingkat mahasiswa yang berhasil menguasai lembaga-lembaga formal kemahasiswaan. Inilah titik yang paling krusial bagi perjalanan dakwah, dimana mereka muncul ketengah publik secara terus terang dengan mengusung sebuah bendera. Bentuk transformasi terakhir yang dijalani oleh gerakan dakwah ini adalah mendirikan partai politik yang diberi nama Partai Keadilan

Dengan kerja keras seluruh kader tarbiyah, walaupun harus merubah nama menjadi PKS karena tidak memenuhi electoral treshold. Ada tiga


(22)

komunitas kader PKS yang menjadi perintis kelahirannya. Pertama, para aktivis kampus, Kedua, mahasiswa Indonesia yang belajar dari luar negeri, antara lain Timur Tengah, Amerika, Eropa, Jepang. Ketiga, para aktivis ormas Islam dan kalangan pesantren12. Semangat PKS membawa misi yang sama dari kesinambungan sejarah perjuangan bangsa ini. Karena muncul sebagai “partai yang disukai dengan 45,16% dari keseluruhan pemilih13 dan pilihan mendirikan partai politik merupakan bentuk pemunculan publik yang paling utuh dari gerakan dakwah yang selama ini bergerak dengan banyak nama. Tidak ada lagi tokoh yang bersembunyi atau disembunyikan dibelakang layar sebagaimana mereka bergerak dibawah tanah dan aktivitas sehari- hari yang mereka lakukan dan menjadi trademark kelompok ini adalah aktivitas dakwah.

Kelahiran Partai Keadilan tidak bisa dipisahkan dari momentum reformasi yang terjadi pada tanggal 21mei 1998. Beberapa diantaranya adalah munculnya aksi-aksi massa yang banyak menyuarakan berbagai kepentingan yang selama ini tersumbat, dibebaskannya tahanan politik di masa orde baru, berkembangnya kebebasan pers yang sangat luar biasa.14 Partai Keadilan dideklarasikan di Jakarta pada bulan agustus ada dalam puncak pendirian partai-partai. Tidak dapat dipungkiri bahwa kelahiran Partai Keadilan adalah dalam kerangka merespon situasi eksternal yang dihadapi saat itu.

Momentum yang terjadi adalah faktor penarik sekaligus pendorong yang sangat kuat bagi lahirnya keputusan mendirikan Partai politik, karena dalam

12 Www. Pk-Sejahtera.org.

13 Hasil poling dilakukan liputan 6 SCTV pada tanggal 06 Januari 2004, Www. Pk-Sejahtera.org.

14 Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah Di Indonesia, h. 215.


(23)

perjalanan sejarah gerakan dakwah ini tidak pernah ada indikasi keterlibatannya dalam politik praktis bahkan dalam beberapa segi cenderung menghindari persentuhan dengan politik baik dari sisi aktvitas maupun dalam wacana yang dikembangkan.

Partai Keadilan lahir tidak mempunyai kaitan dengan Partai Politik dimasa lalu seperti tudingan yang dimunculkan oleh orang-orang yang khawatir terhadap kiprah partai dakwah ini, sebagaimana juga yang ditudingkan DeRak 15 bahwa Partai Keadilan Partai bentukan cendana alias antek orde baru karena sosok presiden pertamanya Dr.Ir.Nurmahmudi Ismail yang berstatus pegawai negeri sipil di BPPT yang dipimpin oleh Bj Habibie.16 Sebelumnya memang ada dugaan bahwa kelompok aktivitas dakwah yang mendirikan Partai Keadilan ini mempunyai kedekatan emosional dan politik dengan kelompok Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII),17 namun pasca reformasi DDII membidani lahirnya Partai Bulan Bintang (PBB), sedangkan anak-anak muda aktivis tarbiyah ini mendirikan Partai Keadilan.

Kekhasan Partai Keadilan bukan hanya dari segi kader saja, Partai Keadilan semakin Khas ketika menegaskan dirinya bukan sebagai kail meraih kekuasaan tapi sebagai pelayan umat dan bangsa.18 Tentu prinsip Partai Keadilan sangat istimewa , terlebih melihat realitas politik di Indonesia yang tak jauh dari mengejar prestise, uang dan kemewahan dunia bukan membela rakyat.

15 Kepanjangan dari sebuah majalah Dewan Rakyat (DeRak).

16 Saksi, Partai Keadilan Menjawab Tudingan dan fitnah, (Jakarta: Pustaka Saksi, 2004), h.8. 17 Organisasi dakwah yang didirikan mantan aktivis masyumi dan juga tempat dimana sejumlah tokoh gerakan dakwah ini sebelumnya berbasis.

18 H.Nandang Burhanuddin,Lc.,M.Si, Penegakan Syariat Islam Menurut Partai Keadilan, (Jakarta: Al-Jannah, 2004), h. 23.


(24)

Posisi partai menurut Partai Keadilan, bahwa Partai bukanlah kelanjutan logis dari kehendak untuk mengejar dan mempertahankan kekuasaan politik melainkan kelanjutan dari dakwah Islamiyah. Tak bisa tidak, partai politik lalu berperan sebagai kekuataan alternatif terhadap perjuangan politik kaum muslimin dalam mengemban tugas dakwah. Inilah yang dapat menjelaskan mengapa Partai Keadilan mendeklarasikan dirinya sebagai partai dakwah. Partai Keadilan selain mendeklarasikan dirinya partai dakwah juga memploklamirkan dirinya sebagai partai kader, namun tidak ada penjelasan rinci secara lebih lanjut dan jelas bahwa Partai Keadilan bukan murni Partai kader tapi kombinasi antara partai kader dan partai massa.19

Asas yang dimiliki Partai Keadilan sebagaimana yang dimiliki oleh sebagian besar partai Islam adalah Islam, Partai Keadilan Memaknai asas Islam ini dalam 7 karakteristik yaitu:20

1. Moralis 2. Profesional 3. Patriotik 4. Moderat 5. Demokrat 6. Reformis 7. Independen

Contoh yang jelas dari karakteristik moderat yaitu pilihan Partai Keadilan untuk berkoalisi dengan Partai Amanat Nasional (PAN) dipahami

19 Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah Di Indonesia, h. 204.


(25)

dengan alasan taktis-strategis,Namun mereka menyatakan tidak layak bagi sebuah partai Islam berkoalisi dengan PAN yang asas partainya bukan Islam, memang PAN berasas pancasila dan dikategorikan partai nasionalis-religius. Namun menurut mereka kenyataan bahwa Partai Keadilan Sejahtera berkoalisi dengan partai yang mereka sebut dengan partai sekular menunjukan “khianat” Partai Keadilan Sejahtera terhadap partai-partai Islam. Padahal tujuan Partai Keadilan Sejahtera berkoalisi hanya pada kesamaan pada tingkat visi terutama dengan figure ketua umum PAN, Amien Rais yang pernah bersama-sama dengan partai dan pernah menjabat Ketua umum PP Muhammadiyah. Bahkan dalam pembahasan-pembahasan yang dilakukan bersama, dasar kepentingan unmat sebagai mayoritas bangsa bukanlah pemikiran asing bagi Partai Keadilan Sejahtera dan PAN. PAN dan Partai Keadilan Sejahtera juga satu kata dalam menolak pemberlakuan undang-undang anti terorisme yang diyakini merugikan rakyat Indonesia, umat Islam khususnya.21

Lima tahun kedepan, dakwah akan berhadapan dengan peluang dan sekaligus tantangan yang besar. Peluang itu berupa terbukanya lahan-lahan dakwah di berbagai bidang baik di ruang publik maupun lembaga-lembaga swasta dan pemerintahan ekspansi dakwah. Ini membutuhkan ketersediaan kader-kader dakwah dalam jumlah yang banyak yang memiliki keunggulan normative dan aplikatif. Agar mampu menembus peluang dan tanatngan dakwah kedepan, paling tidak ada tiga kompetensi yang harus dimiliki kader yaitu memiliki kapasitas internal, kapasitas sosial dan kapasitas politik.


(26)

Departemen kaderisasi Partai Keadilan Sejahtera yang bertanggung jawab terhadap masalah pengkaderan telah merumuskan 7 karakter khusus sebagai profil kader Pk Sejahtera 2009:22

1. Kokoh dan Mandiri

2. Dinamis, Kreatif dan Inovatif 3. Spesialis yang berwawasan global 4. Murabbi Produktif

5. Mahir beramal jama’i 6. Pelopor pengubahan

7. Kepemimpinan Masyarakat

Setiap kader dimotivasi dan diberi kepercayaan untuk mendaya gunakan semua potensi yang dimilikinya dalam menjalankan program itu, sehingga terdorong ide-ide kreatif, inovatif dan sifat dinamis pada diri mereka. Dakwah dihadirkan untuk melenyapkan semua kerusakan dan fitnah sesuai sunahnya dakwah berjalan ditenganh medan pertarungan yang luas dan kompleks.

B. Dari Partai Keadilan ke Partai Keadilan Sejahtera

Dari 48 partai kontestan pemilihan umum tahun 1999 hanya ada enam partai yang dapat melewati batas electoral treshold 2 % yaitu PDIP, Partai Golkar, PPP, PKB, PAN, PBB. Sedangkan Partai Keadilan yang berada di urutan ketujuh hanya memperoleh 1,6 % suara dan Partai Keadilan tidak diperkenankan untuk mengikuti pemilihan umum selanjutnya, kalaupun ingin

22 DPP Partai Keadilan Sejahtera (Departemen Kaderisasi), Profil Kader Partai Keadilan Sejahtera, (Bandung: PT Syaamil Cipta Media, 2004), h. viii.


(27)

mengikuti pemilu maka Partai Keadilan harus bergabung dengan Partai Islam lainnya atau membuat partai politik baru.23

Langkah antisipasi yang dilakukan Partai Keadilan untuk mengikuti Pemilu 2004 bukan hanya mempersoalkan pasal electoral treshold, namun Partai Keadilan juga mempersiapkan partai baru, jika nanti gagal dalam memperjuangkan perubahan undang-undang partai politik. Dan pada tahun 2001 diadakan rapat pleno untuk mencari cara lain untuk meneruskan perjuangan dakwah melalui jalur politik. Dalam rapat, ada dua pemikiran muncul pertama, pemikiran bahwa sebaiknya Partai Keadilan menjadi organisasi massa. Kedua, berhubung Partai Keadilan hanya terhalang peraturan pemilu 199924 saja , maka strategi lain bisa dilakukan yaitu membuat partai baru yang simbolnya tidak jauh berbeda dengan Partai Keadilan.25

Dan pilihan yang diambil Partai Keadilan adalah melebur kedalam tubuh Partai Keadilan Sejahtera karena Partai Keadilan Sejahtera dianggap memiliki kesamaan visi dan cita-cita dengan Partai Keadilan. Hal ini tertuang dalam Musyawarah Majelis Syuro XIII Partai Keadilan yang berlangsung di Wisma Haji Jawa Barat, Bekasi pada 17 April 2003. dan pada 20 April 2003 secara resmi Partai Keadilan menyatakan bersedia bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera.26

23 Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer, h. 287.

24 Undang-undang Pemilu tahun 1999 Bab VII pasal 39 mengenai syarat keikutsertaan dalam pemilihan umum.

25 Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer, h. 289.


(28)

Dalam AD / ART Partai Keadilan Sejahtera dinyatakan bahwa Partai Keadilan Sejahtera didirikan pada Sabtu tanggal 20 April 2002. Dengan demikian Partai Keadilan Sejahtera, yang dipimpin Al-Muzzamil Yusuf, merupakan partai tersendiri yang secara organisasi berbeda dengan Partai Keadilan sebelum Partai Keadilan bergabung secara resmi pada tanggal 3 Juli 2003. “Partai Keadilan Sejahtera sudah dipilih dalam Munas istimewa Partai Keadilan sebagai wadah untuk melanjutkan dakwah dan perjuangan”, kata Hidayat Nurwahid setelash pendeklarasian Partai Keadilan Sejahtera di Lapangan Monas Jakarta.27

Menanggapi hal ini Al-Muzzammil Yusuf, ketua umum Partai Keadilan Sejahtera sebelum Partai Keadilan bergabung, menyatakan kegembirannya. Menurutnya, dengan bergabungnya Partai Keadilan dengan Partai Keadilan Sejahtera diharapkan bisa menghasilkan sinergi positif dalam pemilu 2004.28

Partai Keadilan bergabung dengan Partai Keadilan Sejahtera yang dilakukan di kantor pengacara Tri Sulistyowarni di Pamulang, Tangerang, dengan Hidayat Nurwahid menjadi ketua umum partai. Dengan penggabungan ini seluruh aset milik Partai Keadilan menjadi milik Partai Keadilan Sejahtera, termasuk anggota dewan dan para kadernya.29

Secara umum ada yang membedakan penampilan antara Partai Keadilan dan Partai Keadilan Sejahtera, ada beberapa perubahan seperti karakteristik aktivis yang lebih militan tercermin pada wajah Partai Keadilan. Kebanyakan dari mereka adalah aktivis-aktivis awal gerakan tarbiyah yang sedikit banyak

27 Www.Kompas.com, tanpa tanggal. 28 Www.Kompas.com, tanpa tanggal. 29 Www.Pk-Sejahtera.org, tanpa tanggal.


(29)

berinteraksi dan melihat secara langsung bagaimana rezim orba itu berlangsung.30

Dalam hal dukungan, pemilu 1999 menunjukkan dukungan massa yang masih terbatas bagi Partai Keadilan, dalam kampanyenya cenderung dihadiri oleh kelompok tertentu yang sebagian besar adalah kalangan santri yang kaum wanitanya kebanyakan memakai jilbab. Namun sebaliknya konfigurasi elit Partai Keadilan Sejahtera lebih menampakkan warna yang lebih cair dan terbuka. Kampanye yang diorganisasi oleh Partai Keadilan Sejahtera nampak lebih menarik dan kreatif.

Yang juga membedakan antara Partai Keadilan dan Partai Keadilan Sejahtera adalah pada penekanan isu-isu Islam dalam kampanye. Partai Keadilan cenderung lebih lugas dalam menampakkan warna Islam dan sebaliknya Partai Keadilan Sejahtera mulai mengurangi warna-warna keagamaan yang mencolok dalam kampanye. Program-programnya pun dibahasakan dalam bahasa umum yang mengena pada masyarakat bawah. Jargon-jargon kampanye itu antara lain ‘PKS Bersih dan Peduli”.31

Tak hanya itu Partai Keadilan memperluas visi Partai Keadilan ke Partai Keadilan Sejahtera. Visi Partai Keadilan dicanangkan sebagai “pelopor penegakan sistem Islam dalam bingkai persatuan umat dan kesatuan bangsa” setelah menyatu dengan Partai Keadilan Sejahtera, maka visi tersebut dirumuskan lebih komprehensif lagi, yaitu sebagai” partai dakwah penegak keadilan dan kesejahteraan dalam bingkai persatuan umat dan bangsa”.32 Ada

30 Yon Machmudi, Partai Keadilan Sejahtera Wajah Baru Islam Politik Indonesia, h. 105. 31 Yon Machmudi, Partai Keadilan Sejahtera Wajah Baru Islam Politik Indonesia, h. 107. 32 Sapto Waluyo, Kebangkitan Politik Dakwah Konsep dan Praktik Politik Partai Keadilan Sejahtera Di Masa Transisi, (Bandung: Harakatuna,2005), h. 154-155.


(30)

persamaan antara visi dan misi Partai Keadilan dan Partai Keadilan Sejahtera, keduanya sama baik dalam redaksional maupun makna yaitu jadi pemersatu umat dan bangsa. Walaupun kesannya didalam visi ini tugas penegakkan sistem dan syariat islam menjadi terkubur namun kenyataannya penegakkan sistem dan syariat islam itu justru melekat dalam jati diri “Partai Dakwah” ini. Hal yang sama juga ada dalam misi Partai Keadilan salah satunya yaitu “memberikan kontribusi positif dalam menegakkan keadilan dan menolak kezaliman khususnya terhadap negeri-negeri muslim yang tertindas”. Sedangkan Partai Keadilan misinya berbunyi “ikut memberi kontribusi positif bagi pengemban dan kemajuan peradaban dunia”.33

Berdirinya Partai Keadilan Sejahtera secara resmi tertanggal 20 april 2002 merupakan langkah strategis dalam menjawab hambatan tentang

electoral treshold. Bisa dipastikan visi dan misi tidak bergeser dari khittah yang ada, kalaupun ada perbedaan hanya dalam bentuk redaksional dan teknis semata. Disini terlihat persamaan misi baik bentuk redaksional maupun makna antara kedua partai tersebut.

C. Nama dan Lambang Partai

1. Nama Partai

Nama sebuah partai politik dan juga lambangnya tentu saja mempunyai landasan filosofis yang dalam, demikian juga dengan nama dan lambang Partai Keadilan Sejahtera. Partai yang diberi nama Partai Keadilan Sejahtera ini mengacu kepada tema universal dan substansi keadilan itu sendiri. Kata “keadilan” dari kata bahasa arab, Yaitu ‘Adlu,

33 Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer, h. 292.


(31)

‘Adala, ‘Aadil.34 Keadilan yang sebenarnya adalah keadilan yang ilahiah, yang religius, yang mengacu kepada nilai-nilai agama dan moral. Yang dimaksud adil adalah jangan sampai memunculkan sesuatu yang bersifat zalim, sesuatu yang aniaya, yang menyebabakan kerusakan, kehancuran, ketidak berlanjutan dan juga “keadilan” merupakan sunnah kauniyyah35

yang bisa membuka jalan bagi nilai kebenaran, kebaikan, keindahan dan kebahagiaan sehingga diharapkan dengan menegakkan keadilan bangsa Indonesia bisa lebih baik di masa depan.

Sedangkan keadilan dalam versi resmi DPP Partai Keadilan ialah meletakkan sesuatu pada tempatnya tanpa melampaui batas.36 Tambahan nama “sejahtera” menjadi alternatif yang mendapat dukungan. Filosofis dalam penamaan “sejahtera” yaitu untuk memberi tekanan yang lebih besar, bukan saja pada perjuangan hukum pada tingkat politik, tapi juga ingin menyelesaikan persoalan kesejahteraan yang ada pada masyarakat tingkat bawah.

2. Lambang Partai

Dalam Anggaran Dasar Partai Keadilan Sejahteradikatakan lambang Partai Keadilan Sejahtera agak berbeda dengan kebanyakan lambang partai Islam lainnya. Rata-rata mereka mencantumkan simbol “bulan-bintang” seperti Partai Bulan Bintang (PBB), Partai Masyumi Baru dan Partai Umat Islam (PUI). Partai Keadilan Sejahtera berlambangkan

34 Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah Di Indonesia, (Jakarta: Teraju, 2003), h. 234.

35Aay Muhammad Furqon, Partai Keadilan Sejahtera Ideologi dan Praksis Politik Kaum Muda Muslim Indonesia Kontemporer, h. 155.

36Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah Di Indonesia, h. 235.


(32)

dua bulan sabit dengan untaian padi tegak lurus berwarna kuning emas. Dalam perisai segi empat persegi panjang berwarna hitam bergambar ka’bah. Dibagian atas tertulis PARTAI KEADILAN dan dibagian dalam kotak ka’bah tertulis SEJAHTERA berwarna kuning emas.37

Kenyataan ini sebagai sebuah upaya untuk membangun identifikasi diri yang berbeda mewakili generasi baru dan semangat baru tanpa harus dibayang-bayangi masa lalu. Lambang ini juga merangkum entitas yang tegas dan kuat, nama yang digunakan untuk mengidentifikasi yang selama ini banyak digunakan misalnya: gerakan Tarbiyah, gerakan Usrah, aktivis Rohis (Rohani Islam).38

Tafsir dari lambang Partai Keadilan Kesejahteraan tersebut adalah sebagai berikut:

Perspektif Gambar Makna

Bentuk Kotak Kesetaraan, keteraturan,

keserasian.

Ka’bah Kesatuan Umat

Bulan Sabit Lambang kemenangan

Islam, Dimensi Waktu, Keindahan, Kebahagiaan, Pencerahaan,

37 Www.Pk-Sejahtera.org, tanpa tanggal.

38 Ali Said Damanik, Fenomena Partai Keadilan Transformasi 20 Tahun Gerakan Tarbiyah di Indonesia, h. 238


(33)

Kesinambungan Sejarah Untaian Padi Tegak

Lurus

Keadilan, Ukhuwah, Istiqamah, Berani dan ketegasan yang mewujudkan kesejahteraan

Warna Putih Bersih, Kesucian

Hitam Aspiratif, Kepastian

Kuning Emas Kecemerlangan,

Kegemilangan, Kejayaan39

Makna lambang partai secara keseluruhan, Bermakna: “menegakkan nilai-nilai keadilan berlandaskan pada kebenaran, persaudaraan dan persatuan menuju kesejahteraan dan kejayaan umat dan bangsa.40

D. Visi Misi dan Platform

¾

VISI

Visi Umum :

ƒ “SEBAGAI PARTAI DAKWAH PENEGAK KEADILAN DAN

KESEJAHTERAAN DALAM BINGKAI PERSATUAN UMMAT DAN BANGSA”

39 DPP Partai Keadilan, Sekilas Partai Keadilan, (Jakarta, 1998), h. 155. 40Www.Pk-Sejahtera.org, tanpa tanggal.


(34)

Visi Khusus :

ƒ “PARTAI BERPENGARUH BAIK SECARA KEKUATAN

POLITIK, PARTISIPASI, MAUPUN OPINI DALAM MEWUJUDKAN MASYARAKAT INDONESIA YANG MADANI

Visi ini akan mengarahkan Partai Keadilan Sejahtera sebagai:

1. Partai dakwah yang memperjuangkan Islam sebagai solusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

2. Kekuatan transformatif dari nilai dan ajaran Islam didalam proses pembangunan kembali umat dan bangsa di berbagai bidang.

3. Kekuataan yang mempelopori dan menggalang kerjasama dengan berbagai kekuatan yang secita-cita dalam menegakkan nilai dan sistem Islam yamg rahmatan lil alamin.

4. Akselerator bagi perwujudan masyarakat madani di Indonesia .

¾

MISI

1. Menyebarluaskan dakwah Islam dan mencetak kader-kadernya sebagai anashir taghyir.41

2. Mengembangkan institusi-institusi kemasyarakatan yang islami di berbagai bidang sebagai markas taghyir dan pusat solusi.

3. Membangun opini umum yang Islami dan iklim yang mendukung bagi penerapan ajaran Islam yang solutif dan membawa rahmat.

41 Anashir Taghyir adalah unsur perubah, perubah peradaban, kondisi, akhlak kearah cahaya Islam.


(35)

4. Membangun kesadaran politik masyarakat, melakukan pembelaan, pelayanan dan pemberdayaan hak-hak kewarganegaraannya.

5. Menegakkan amar ma’ruf nahi munkar terhadap kekuasaan secara konsisten dan kontinyu dalam bingkai hukum dan etika Islam.

6. Secara aktif melakukan komunikasi, silaturahim, kerjasama dan ishlah dengan berbagai unsur atau kalangan umat Islam untuk terwujudnya ukhuwah islamiyah dan wihdatuk-ummah dan dengan berbagai komponen bangsa lainnya untuk memperkokoh kebersamaan dalam merealisir agenda reformasi.

7. Ikut memberikan kontribusi positif dalam menegakkan keadilan dan menolak kezaliman khususnya terhadap negeri-negeri muslim yang tertindas.

¾ Platform

™ Segi Kebijakan Makro Ekonomi

Lingkungan investasi bersih, moneter terkendali, redistribusi aset, privatisasi terencana.

™ Segi Pemberdayaan Ekonomi

UKM yang mandiri, pembelaan wong cilik, pembentukan balai latihan kerja, redistribusi aset menganggur, ( land reform, restrukturisasi aset publik), lembaga keuangan syariah.


(36)

Reposisi petani berdaya, infrastruktur pertanian modern, organisasi petani kuat, kebijakan perlindungan petani.

™ Segi Sektor Buruh

Peningkatan kualitas gerakan buruh, perubahan kebijakan, penegakan hukum adil, paradigma baru dakwah advokatif.

™ Segi Sektor Usaha Kecil dan Menengah

Optimalisasi sumber daya lokal, infrastruktur penunjang, aksesibilitas dana, teknologi tepat guna, informasi pasar.

™ Segi Kebijakan Pendidikan

Penuhi anggaran pendidikan 20 % APBN, kesejahteraan kaum pendidik, perlusan wajib belajar, sistem pendidikan komprehensif, desentralisasi / deregulasi dan partisipasi masyarakat.

™ Segi Perempuan Indonesia

Perempuan Indonesi Bertakwa, Sejahtera, Cerdas, Berdaya, Berbudaya.

™ Segi Keluarga Indonesia

Keluarga sejahtera, berkualitas, dan berdaya.

™ Segi Kepeloporan Pemuda

Kampanye regenerasi, pengembangan lembaga kader, terobosan kepemimpinan, pembelajaran kolektif, konsensus baru untuk kompetensi bangsa.

™ Segi Kebijakan Pembangunan Kesehatan

Kesehatan adalah modal utama bagi kekuatan bangsa, kesehatan paripurna yaitu keadaan tubuh, mental, moral, sosial dan spiritual yang


(37)

memungkinkan manusia hidup sejahtera untuk beribadah kepada Allah Swt.

™ Segi Iptek dan Industri

Integrasi Iptek dan Industri, tekno-struktur, etika dan budaya, mekanisme koordinasi, industri strategis.

™ Segi Lingkungan Hidup

Pembangunan integral, berkelanjutan, dan partisipasi total, serta tanggung jawab internasional.

™ Segi Kebijakan Politik Nasional

Sistem pemilihan legislatif yang representatif, seleksi kepemimpinan nasional dan lokal secara langsung, refrormasi birokrasi sistematik dan berkesinambungan, pemberantasan korupsi yang tegas dan tanpa pandang bulu, keteladanan pejabat publik dan kematangan masyarakat mengontrol pemerintah, proporsionalitas dan efektivitas pelaksanaan Otonomi Daerah.

™ Segi Pertahanan dan Keamanan

Reposisi Polri dan TNI yang profesional dan bertanggung jawab kepada negara, peningkatan kesejahteraan prajurit, pendekataan keamanan berlandaskan keadilan dan kesejahteran, penguatan armada laut dan udara untuk mengamankan wilayah perbatasan, perekatan etnik / agama / golongan yang beragama daalam bingkai kebangsaan baru.


(38)

Penegakan etika profesi dan sanksi hukum, pemerintahan sebagai fasilitator terhadap media publik, anti monopoli pemilikan media, pengembangan media komunitas, pendidikan publik untuk menembus akses informasi nasional dan lokal, RUU Kebebasan Informasi.


(39)

BAB II

SEPUTAR MASYARAKAT MADANI

A. Pengertian Masyarakat Madani

Masyarakat madani atau yang disebut juga dengan civil society memiliki banyak definisi dan definisi itu terus berkembang. Beberapa terjemahan yang sering dipakai di Indonesia adalah masyarakat sipil, masyarakat madani, masyarakat beradab dan masyarakat warga. Terjemahan masyarakat sipil jarang digunakan karena dirasa menyederhanakan masalah karena pengertian sipil sering didikotomikan dengan militer. Sementara masyarakat warga yang dilontarkan oleh Franz Magnis Suseno juga jarang digunakan karena dianggap lebih cocok sebagai terjemahan dari citizenship. Sedang masyarakat beradab atau masyarakat madani diperkenalkan oleh Nurcholish Madjid dan ICMI. 1. Masyarakat Madani Dan Perkembangannya

Dilihat dari perspektif sejarah, maka akar pemikiran mengenai civil society dapat dilacak jauh kebelakang. Versi awalnya dapat ditemukan dalam karya Aristoteles yaitu Politike Koinonia (Political Society atau Community) atau yang dirumuskan dalaam bahasa latin Societies Civilis, yaitu sebuah komunitas politik tempat warga terlibat langsung dalam berbagai percaturan ekonomi politik dan pengambilan keputusan.42

42 Azyumardi Azra, Pendidikan Kewargaan:Demokrasi, HAM, Masyarakat Madani, (Jakarta: Tim ICCE UIN, 2003), h. 243.


(40)

Dalam perkembangan berikutnya, filsuf-filsuf besar seperti Hobbes dan Locke yang merumuskan teori “kontrak sosial” memisahkan adanya negara di satu sisi dengan masyarakat madani sisi lainnya. Menurut Hobbes, masyarakat madani harus memiliki kekuasaan mutlak, agar mampu sepenuhnya mengontrol dan mengawasi secara ketat pola-pola interaksi setiap warga negara terutama perilaku politiknya. Sementara menurut John Locke, kehadiran masyarakat madani dimaksudkan untuk melindungi kebebasan dan hak milik setiap warga negara dan berusaha menghidupkan peran masyarakat dalam menghadapi kekuasaan mutlak para raja dan hak-hak istimewa para bangsawan. Ini ia tulis dalam bukunya Civillian Government (Pemerintahan Sipil). Dalam tulisannya itu, John Locke membangun pemikiran otoritas umat untuk merealisasikan kemerdekaan dari kekuasaan elite yang memonopoli kekuasaan dan kekayaan dan hal itu dapat diwujudkan dalam demokrasi parlementer.43

Jika dalam rumusan Hobbes kontrak sosial hadir dalam bentuk political

or civil society maka Montesque makin mempertegas pembedaan tersebut

dengan menyatukan pemikiran dua”kontrak” (Sosial dan Pemerintahan) d atas dengan hukum romawi yang membedakan antara civil society and public law, yang terakhir ini mengatur hubungan antara penguasa dan yang dikuasai sementara yang pertama mengatur antara sesama warga masyarakat .

43 Fahmi Huwaydi, Demokrasi, Oposisi dan Masyarakat Madani, (Bandung: Mizan, 1993), cet ke-1, h. 296.


(41)

Terlepas dengan perbedaan yang ada, para pemikir diatas telah meletakkan dasar bagi perumusan kembali konsep modern tentang masyarakat madani. Hegel adalah pemikir yang kemudian mensintesakan berbagai pemikiraan disekitar tema ini yang berkembang pada akhir abad 18. Menurut Cohen dan Arato secara spesifik, komponen modern dalam konsep masyarakat madani hasil sintesa Hegel ditandai oleh tiga ciri:

1) Hegel mengambil alih tradisi natural law dan rumusan Kant tentang universilitas individu sebagai penggenggam hak dan kesadaran moral. 2) Ia menggeneralisasi pembedan yang dilakukan pada zaman pencerahan

antara negara dan masyarakat madani dan sekaligus melibatkan interpretasinya.

3) Ia mengambil alih dari Ferguson dan disiplin baru, yakni ekonomi politik yang memberikan penekanan pada masyarakat madani“the locus and cariier of material civilization.

Menurut Hegel, masyarakat itu bukanlah satu-satunya yang dibentuk dalam perjanjian kemasyarakatan (Social Contract). Dengan kata lain masyarakat madani merupakan satu bagian saja daai tatanan politik (Political Order). Secara keseluruhan bagian tatanan politik yang lain adalah negara. Hegel membedakan antara masyarakat madani dengan masyarakat politik, yaitu bahwa kalau masyarakat madani adalah bentuk perkumpulan yang bersifat spontan dan berdasarkan kebiasaan dalam masyarakat tetapi bergantung pada hukum, sedangkan masyarakat politik adalah lembaga hukum


(42)

dan politik yang mengayomi masyarakat secara keseluruhan.44 Sedangkan Karl Marx memahami masyarakat madani sebagai “masyarakat borjuis”.45 Maka ia harus dilenyapkan untuk mewujudkan masyarakat tanpa kelas. Bila Marx menempatkan masyarakat madani pada basis material, maka Gramsci meletakkannya pada superstruktur, berdampingan dengan negara yang ia sebut sebagai Political Society.

Periode berikutnya, wacana masyarakat madani dikembangkan oleh Alexis De Tocqueville yang mengkritik teori Hegel, yang menurutnya terlalu memberikan posisi unggul terhadap Negara dan mereka sepakat untuk mengembalikan dimensi kemandirian dan pluralitas dalam masyarakat madani. Bagi De Tocqueville, kekuatan politik dan masyarakat madani lah yang menjadikan demokrasi di Amerika mempunyai daya tahan. Dengan terwujudnya pluralitas dan kemandirian dalam masyarakat madani maka warganegara akan mampu mengimbangi dan mengontrol kekuatan negara.46 Dari berbagai model pengembangan masyarakat madani diatas, model Gramsci dan Tocqueville-lah yang menjadi inspirasi gerakan pro-demokrasi di Eropa Timur dan Tengah pada akhir 80-an.

Masyarakat madani merupakan suatu entitas yang keberadaannya menerobos batas-batas kelas (Marx) serta memiliki kapasitas politik yang tinggi sehingga mampu menjadi kekuatan pengimbang (balancing force) dari kecenderungan intervensionis negara (Hegel) dan pada saat yang sama mampu pula menjadi kekuataan reflektif kritis tidak saja terhadap lingkungan

44 M.Dawam Rahardo, et-al, Membongkar Mitos Masyarakat Madani, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), cet ke-1, h. 21.

45 Azyumardi Azra, Pendidikan Kewargaan: Demokrasi,HAM, Masyarakat Madani, h. 245. 46 Muhammad AS Hikam, Demokrasi dan Civil Society, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 1999) ,cet ke-2, h. 2.


(43)

eksternalnya, tetapi juga dirinya sendiri. Secara sederhana keragaman konsep masyarakat madani terlihat dalam Bagan dibawah ini.

Di Indonesia, kata masyarakat madani merupakan istilah yang diperkenalkan oleh Anwar Ibrahim dalam acara festival istiqlal II di Jakarta pada tanggal 26 september 1995, yang dalam pidatonya mengartikan masyarakat madani adalah sebuah masyarakat yang didalamnya tercita kemandirian dalam pelaksanan kreativitas berdasarkan nilai-nilai, norma-norma dan hukum yang berlaku baik itu dalam pelaksanaan pemerintahan maupun didalam masyarakat itu sendiri. Kemudian konsep masyarakat madani dikembangkan oleh para pemikir Indonesia seperti Nurcholish Madjid, Dawam Rahardjo, Aswab Mahasin, Azyumardi Azra dan lain-lain.

AS Hikam mengartikan masyarakat madani sebagai wilayah-wilayah kehidupan sosial yang terorganisasi dan bercirikan antara lain: kesukarelaan

(Voluntary), keswasembadaan (Self Generting) dn keswadayaan (Self

Konsep Masyarakat Madani Locke Hobbes Rousseau Hegel Marx Gramsci Tocqueville Cohen dan Arato

Masyarakat Madani = Masyarakat Politik = Negara

• Masyarakat Madani = Masyarakat Ekonomi (burgerliche geselischaft) • Masyarakat Politik =- Negara

• Masyarakat Madani • Masyarakat Ekonomi • Masyarakat Politik = Negara • Masyarakat Madani

• Masyarakat Ekonomi • Masyarakat Politik • Negara


(44)

Supporting), kemandirian tinggi berhadapan dengan negara dan keterikatan dengan nilai-nilai dan norma-norma hukum yang diikuti oleh warganya.47

Sementara Rustam Ibrahim memahami masyarakat madani itu ditandai adanya berbagai organisasi didalam masyarakat yang keberadannya relatif otonom dari negara dan mampu mengatur dirinya sendiri dalam bentuk Anggaran Dasar atau Anggaran Rumah Tangga atau peraturan lainnya seperti

Code of Conduct dan mampu menegakkan aturan-aturan tersebut dengan baik.

Selain itu organisasi anggota diakui dan dilindungi haknya termasuk hak-hak sipil dan hak-hak politik.48 Dengan demikian, komponen utama masyarakat madani adalah individu, organisasi sipil, pers, masyarakat, kampus atau akademisi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan kelompok-kelompok diskusi yang hak-hak sipil dan hak-hak politiknya dilindungi. Menurut Kuntowijoyo, bahwa masyarakat madani berwatak dinamis, terbuka dan kenyataan riil dalam sejarah, bukan masyarakat yang utopis dan bisa dilihat dari berbagai sudut pandang baik dari kacamata agama, aliran pemikiran ataupun mazhab filsafat.

Nurcholish Madjid mengartikan masyarakat madani sebagai masyarakat yang berperadaban karena tunduk dan patuh kepada ajaran kepatuhan yang dinyatakan dalam supremasi hukum dan peraturan. Nurcholish Madjid melihat gambaran ideal masyarakat madani sebagai kehidupan bermasyarakat dan bernegara pada masa Nabi Muhammad saw di Madinah yang telah merintis dan memberi teladan kepada umat manusia dalam membangun masyarakat madani dan kemudian dilanjutkan oleh para khalifah yang bijaksana

47 Muhammad AS Hikam, Demokrasi dan Civil Society , h. 3.

48 Rustam Ibrahim, “Civil society dan LSM di Indonesia” dalam Kastorius Sinaga (ed) Menuju Masyarakat Madani, (Jakarta: INPI-Pact, 1998), h. 21.


(45)

(Khulafaur-Rasyidin).49 Menurut Nurcholish masyarakat madani adalah masyarakat yang berperadaban (madanniyah). Masyarakat madani merupakan tatanan sosial politik yang sangat modern pada zamannya yang dicirikan dengan komitmen dan partisipasi masyarakat yang tinggi, keterbukaan para pemimpin, menghargai pluralisme dan toleransi.

Dalam perspektif Islam, konsep tentang civil society juga tercakup dalam paradigma masyarakat madani, bahkan masyarakat madani telah benar-benar terbangun dan bukan hanya sekedar impian.50 Istilah masyarakat madani menurut Al-Ahasiri merupakan terjemahan dari kosakata bahasa Arab,

Mujtamaa Madani yang secara etomologis mempunyai dua arti. Pertama,

“masyarakat kota”, karena madani adalah turunan dari kata bahasa Arab Madinah yang berarti kota. Kedua,”masyarakat berperadaban”, karena madani adalah juga turunan dari kata bahasaAarab Tammadun atau Madaniyyah yang berarti peradaban dalam bahasa Inggris dikenal sebagai civility atau

civilization. Kata “Madinah” yang biasa berarti “kota”, berasal dari kata yang sama dengan madaniyyah atau tamaddun berarti “peradaban” (civilization).

Membangun masyarakat peradaban itulah yang dilakukan Nabi selama sepuluh tahun di Madinah. Beliau membangun masyarakat yang adil, terbuka, dan demokratis, dengan landasan takwa kepada Allah dan taat kepada ajaran-NYA. Taqwa kepada Allah dalam arti semangat ketuhanan Yang Maha Esa, yang dalam peristilahan Kitab Suci juga disebut semangat Rabbaniyah (QS Al-Imran: 79) atau ribbiyah (QS Al-Imran: 146). Inilah hablun mim

49 Ahmad Baso, Civil Society Versus Masyarakat Madani: Arkeologi Pemikiran Civil Society Dalam Islam Indonesia, h. 21.

50 Ulasan tentang Masyarakat Madani berikut dikutip dari Saiful Hamiwanto dan M.Ali Said dalam “Masyarakat Madani:Mimpi Lama Judul Baru?”, www.Hidayatullah.com.


(46)

Allah, tali hubungan dengan Allah, dimensi vertikal hidup manusia, salah satu jaminan untuk manusia agar tidak jatuh hina dan nista. Nabi Muhammad Rasulullah sendiri yang memberi teladan kepada umat manusia ke arah pembentukan masyarakat peradaban. Setelah belasan tahun berjuang di kota Mekkah tanpa hasil yang terlalu menggembirakan, Allah memberikan petunjuk untuk hijrah ke Yastrib, kota yang subur sekitar 400 km sebelah utara Mekkah. Sesampai di Yastrib, Nabi disambut oleh penduduk kota itu, Kemudian setelah mapan dalam kota hijrah itu, Nabi mengubah nama Yastrib menjadi al-Madinat al-nabiy (kota nabi).

Karena itu tindakan Nabi mengubah nama Yastrib menjadi Madinah, pada hakikatnya adalah sebuah pernyataan niat, atau proklamasi, bahwa beliau bersama para pendukungnya yang terdiri dari kaum Muhajirin dan kaum Anshar hendak mendirikan dan membangun mansyarakat beradab.

Tak lama setelah menetap di Madinah itulah, Nabi bersama semua penduduk Madinah secara konkret meletakkan dasar-dasar masyarakat madani, dengan menggariskan ketentuan hidup bersama dalam suatu dokumen yang dikenal sebagai Piagam Madinah (Mitsaq al-Madinah). Dalam dokumen itulah umat manusia untuk pertama kalinya diperkenalkan, antara lain, kepada wawasan kebebasan, terutama di bidang agama dan politik, khususnya pertahanan, secara bersama-sama. Dan di Madinah itu pula, sebagai pembelaan terhadap masyarakat madani, Nabi dan kaum beriman diizinkan mengangkat senjata, perang membela diri dan menghadapi musuh-musuh peradaban.


(47)

Inilah dokumen penting yang membuktikan betapa sangat majunya masyarakat yang dibangun kala itu, disamping juga memberikan penegasan mengenai kejelasan hukum dan konstitusi sebuah masyarakat yang bahkan menurut Dr.Ahmad Hatta, peneliti pada lembaga Pengembangan Pesantren dan Studi Islam (LP2SI) Al-Haraman dengan menyetir pendapat Hamidullah (First Written Constitutions in The World, Lahore,1958), Piagam Madinah ini adalah konstitusi tertulis pertama dalam sejarah manusia. Konstitusi ini telah mengatur apa yang sekarang orang ributkan tentang hak-hak sipil (Civil

Rights) atau lebih dikenal dengan hak asasi manusia (HAM) jauh sebelum

kemerdekaan Amerika (American Declaration Independence,1776), Revolusi Perancis (1989) dan Deklarasi Universal PBB tentang HAM (1948) dikumandangkan.

Secara formal Piagam Madinah mengatur hubungan sosial antara komponen masyarakat. Pertama, antar sesama muslim adalah satu ummat walaupun mereka berbeda suku. Kedua, hubungan antara komunitas muslim dengan non muslim didasarkan dengan prinsip bertetangga baik, saling membantu dalam menghadapi musuh bersama, membela mereka yang teraniaya, saling menasehati dan menghormati kebebasan beragama. Akan tetapi secara umum sebagaimana terbaca dalam teks, Piagam Madinah mengatur kehidupan sosial penduduk Madinah secara lebih luas. Ada dua nilai dasar yang tertuang dalam Piagam Madinah yang menjadi dasar bagi pendirian sebuah negara Madinah kala itu. Pertama, prinsip kesederajatan dan keadilan (Al-musawwah Wal Adalah). Kedua, inklufisme atau keterbukaan. Kedua prinsip itu lalu dijabarkan dan ditanamkan dalam bentuk beberapa nilai


(48)

universal, seperti konsistensi (i’tidal), keseimbangan (tawazun), moderat (tawasut) dan toleran (tasamuh).

Maka dari nama ini masyarakat madani bisa berarti sama dengan civil

society, yaitu masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai peradaban.

Masyarakat yang dibangun pada zaman rasul tersebut identik dengan civil society karena secara sosio-kultural mengandung substansi keadaban (civility), karena itu model masyarakat model ini sering dijadikan model sebuah masyarakat modern. Masyarakat ini telah melakukan lompatan jauh kedepan dalam kecanggihan tata sosial dan pembangunan sistem politiknya, masyarakat berbudi luhur atau berakhlak mulia itulah masyarakat berperadaban, masyarakat madani, civil society, masyarakat yang untuk zaman dan tempatnya sangat modern, bahkan terlalu modern sehingga setelah nabi wafat tidak bertahan lama.51

Menurut Ahmad Hatta, masyarakat Madinah bernilai peradaban itu dapat dibangun hanya setelah Rasulullah melakukan reformasi dan transformasi kedalam individu yang berdimensi aqidah, ibadah dan akhlak. Karena itu iman dan moralitas menjadi landasan dasar Piagam Madinah.

Masyarakat madani warisan Nabi yang bercirikan egaliterianisme, penghargaan kepada orang berdasarkan prestasi bukan prestise seperti keturunan, kesukuan, ras, keterbukaan partisipasi seluruh anggota masyarakat penentuan kepemimpinan melalui pemilihan bukan berdasarkan keturunan.52 Atas pertimbangan ajaran itulah Nabi dalam rangka menegakkan masyarakat madani atau civil society tidak pernah membedakan antara orang atas dan

51 Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, (Jakarta: Paramadina, 1999), cet ke-1, h. 168.


(49)

orang bawah bahkan untuk keluarga sendiri. Seperti Nabi memperlihatkan sikap tegas kepada keluarga dan puterinya sendiri yang bernama Fatimah yang dalam hadisnya beliau mengatakan “kalaulah Fatimah puteri nabi mencuri, pastilah akan aku potong tangannya. Itu terlihat bahwa Nabi tidak pernah bertindak diskriminatif dalam memberikan hukuman kepada warganya yang bermasalah termasuk puterinya sendiri.53

Masyarakat madani menurut Masykuri Abdillah mengartikan sebagai arena tempat berbagai gerakan sosial (seperti himpunan ketetanggaan, kelompok wanita, kelompok keagamaan dan kelompok keintelektualan), serta organisasi sipil dari semua kelas (seperti ahli hukum, wartawan, serikat buruh dan usahawan) berusaha menyatakan diri mereka dalam suatu himpunan, sehingga mereka dapat mengekspresikan diri mereka sendiri dan memajukan berbagai kepentingan mereka.54

Masyarakat madani adalah masyarakat yang tidak menghendaki digunakannya kekerasan untuk memecahkan masalah karena disadari penggunaan kekerasan hanya akan membawa korban yang jika terjadi berarti masyarakat madani telah mengkhianati komitmennya sendiri akan keluhuran nilai kehidupan sesuai HAM.55 Komitmen masyarakat madani dalam hubungan antara seseorang dengan lingkungan sosialnya adalah meletakkan sesuatu ditempatnya secara proposional tanpa melampaui batas. Kepemimpinan masyarakat madani adalah kepemimpinan yang berdasarkan

53 Masykur Hakim dan Tanu Widjaya, Model Masyarakat Madani, (Jakarta: Intimedia, 2003), cet.ke-1, h.36

54 Masykuri Abdillah, “Islam dan Masyarakat Madani”, Kompas 27 Februari 1999, h. 4. 55 Rizal Sukma dan J.Kristiadi, Hubungan Sipil-Militer dan Transisi Demokrasi Di Indonesia: Perspektif Sipil dan Militer, (Jakarta: CSIS, 1999), h. 119.


(50)

ketauladanan selain itu seorang pemimpin masyarakat madani akan berpegang teguh pada komitmen demokrasi dan nilai kemadanian.

Idealnya, masyarakat madani tidak hanya sekedar terwujudnya kemandirian berhadapan dengan negara melainkan juga terwujudnya nilai-nilai keadilan, persamaan, kebebasan dan kemajemukan (pluralisme).

2. Perbedaan Masyarakat Madani dan Civil Society

Kalau dilihat dari segi sosiologi, pengertian "madani" dan "masyarakat madani" ini ikatannya dengan pengertian "kota" itu terutama disebabkan karena pengertian tersebut pertama itu berikatan erat dengan kelas menengah, sedangkan kelas menengah itu tipikalnya memang penghuni kota. Tapi sebelum masuk soal sosiologi itu, masih ada satu salah kaprah linguistik yang mungkin perlu kita soroti lebih dulu, yaitu aposisi pengertian "civil society" dengan hegemoni ABRI dalam politik. Hal ini tampaknya terjadi karena terburu-buru menerjemahkan civil society dengan masyarakat sipil.

Bahasa Inggris civil, Indonesianya "bersantun, madani", sedangkan Bahasa Indonesia Sipil itu Inggrisnya "civilian"

Boleh jadi, salah kaprah itu tidak sepenuhnya kebetulan, karena munculnya pada saat orang di satu pihak agak sebal dengan kekuasaan militer yang dirasakannya berlebih-lebihan, di lain pihak masih kurang aman untuk menyatakan hal itu secara terbuka. Dengan mempertukarkan "bersantun / beradab" dengan "sipil", tersindirlah suatu penyamaan "militer" dengan "kurang beradab" yang tentu tak berani dinyatakan secara terbuka. Bagaimana pun juga, waktu itu memang ada isu bahwa memenangkan "masyarakat madani" itu mau tak mau harus dengan menghadapi barisan-barisan militer.


(51)

Secara historis, lawan "masyarakat madani" itu "masyarakat feodal", hal mana dihayati oleh perjuangan untuk memenangkan supremasi kelas menengah, pengganti supremasi lapisan ningrat. Alhasil, "salah kaprah" tersebut diatas bukan satu kesalahan mutlak atau 100%, sebagaimana halnya juga tidak sepenuhnya kebetulan bahwa istilah civil dan civilian dalam B.Inggris itu akarnya sama.

Tidak ada perbedaan yang signifikan antara masyarakat madani dengan

civil society.56 Sementara civil society adalah produk pemikiran Barat modern merujuk pada sebuah lingkungan kegiatan masyarakat yang terbebas dari pengaaruh negara dan terkait dengan demokrasi serta perjuangan menentang penindasan dan kezaliman.57 Karena itu, makna dan definisi yang melekat pada kedua istilah tersebut sesungguhnya tidak memiliki hubungan sama sekali.

Benturan awal secara terbuka muncul dalam forum Seminar ”Islam dan Civil Society”di Indonesia di Jakarta, 17 Desember 1998 lalu.58 NU menerima masyarakat sipil tetapi tidak masyarakat madani dan kemudian disanggah Bachtiar Effendy yang menjadi salah seorang panelis dalam forum itu mengatakan bahwa tidak ada pemisahan antara civil society dan masyarakat madani, masyarakat madani adalah juga civil society tanpa ada pemisahan antara dengan lainnya.Terjemahan lain civil society adalah masyarakat sipil. Salah seorang cendekiawan aktivis Ornop yang giat mempopulerkan istilah

56 Wawancara dengan Mabruri Ketua Badan Humas DPP PKS di Duren Tiga Jakarta pada tgl : 20 september 2007.

57 Adi Suryadi Culla, Rekonstruksi Civil Society: Wacana dan Aksi Ornop di Indonesia, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2006), cet.ke-1, h. 41.

58 Ahmad Baso, Civil Society Versus Masyarakat Madani: Arkeologi Pemikiran Civil Society dalam Islam Indonesia,h. 248.


(52)

masyarakat sipil di Indonesia ialah Mansoer Fakih. Sepintas terjemahan tersebut paling tepat untuk istilah civil society. Namun demikian, banyak orang mengkritik terhadap penggunaan istilah itu yang dapat memunculkan ragam pengertian. Dapat diartikan masyarakat militer, pengertian sipil terkesan sebagai tandingan militer. Secara konseptual, masyarakat madani senantiasa berhadapan atau berlawanan dengan negara sedangkan lawan dari

military adalah civilian, bukan civil.

Beberapa padanan kata “Masyarakat Madani”59

ASING INDONESIA

™ Koinonia Politike (Aristoteles)

™ Societas Civilis (Cicero,

Thomas Aquinas)

™ Commonitas Civilis

™ Comonitas Politica

™ Civitas Etat

™ Burgerliche Gesellschaft

(Georg Wilhelm Friedrich Hegel, Karl Marx)

™ Societe Civile (Alexis de Tocueville)

™ Civil Society (Adam Ferguson, John Locke,Thomas Hobbes,

™ Civil Society (tidak diterjemahkan – Muhammad AS Hikam, Iwan Gardono Sudjatmiko)

™ Masyarakat Warga (Sutandyo

Wignyosubroto)

™ Masyarakat Kewargaan (Ryaas

Rasyid, Ramlan Surbakti, Franz Magnis Suseno, Daniel Dhakidae)

™ Masyarakat Madani (Maswadi Rauf, Nurcolish Madjid, M.Dawam Rahardjo, Bachtiar Effendy)

™ Masyarakat Sipil (Mansour Fakih)


(53)

Jean Jacques Rousseau, Antonio Gramsci)

Pendefinisian dan konseptualisasi istilah itu sendiri menunjukkaan variasi pemikiran dan respons yang berbeda, baik di Barat maupun di Indonesia, setiap istilah memiliki kelebihan kekurangan tapi dan itu hanya bersifat simbolik yang paling penting adalah isi dari makna di balik keseluruhan istilah. Dalam hubungan ini Syed Naquib Al-Attas yang melihat perbedaan makna istilah masyarakat madani dan masyarakat sipil , tetapi memiliki kesamaan mendasar didalam penafsirannya, yaitu perjuangan membangun masyarakat yang demokratis.

Ditinjau dari perspektif manapun inti dari gagasan kedua istilah itu tetap merupakan bagian dari wacana demokrasi, Dan apabila di dalam masyarakat madani prinsip-prinsip kebersamaan dijunjung tinggi walaupun mereka punya agama yang berbeda Dari agama mayoritas masyarakat tersebut akan menjadi sinergis, sedangkan menurut Hasani masyarakat madani adalah segala aktifitas masyarakat tidak terlepas dari motivasi keimanan seseorang atau masayarakat itu sendiri dalam berinteraksi antar personal sedangkan civil society berkonsep kegotongroyongan yang menitik beratkan nilai kemanusiaan sedangkan masyarakat madani seolah-olah hanya menerima perintah dari penguasa dan kurang aktif membangun bersama pemerintah.

Istilah masyarakat madani merupakan terjemahan dari civil society

yakni: suatu komunitas politik yang beradab yang memiliki kode hukum tersendiri. Titik berat dai konsep ini adalah “civility” atau kewargaan dan


(54)

“urbanity” atau budaya kota, dalam pengertian bukan sekedar adanya konsentrasi penduduk saja, melainkan juga berarti sebagai pusat peradaban dan kebudayaan, dimana antara lain ciri-cirinya adalah egaliter dan rasional.60 Masyarakat madani itu bukan semata-mata mewadahi kepentingan individu tetapi didalamnya juga tedapat organnisasi-organisasi yang berusaha melayani kepentingan orang banyak. Selain itu, masyarakat madani juga memiliki potensi untuk bisa mengatur dirinya sendiri secara rasional dan mengandung unsur kebebasan.61

Masyarakat madani adalah istilah yang banyak digunakan oleh kalangan Cendekiawan Muslim Indonesia. Sebagian Cendekiawan non-Muslim juga sering memakai istilah itu. Cendekiawan Muslim pengguna istilah masyarakat madani umumnya berlatar “Islam modernis”, sedangkan Cendekiawan Muslim dengan latar “Islam kultural” umumnya memilih istilah masyarakat sipil. Tercatat beberapa Cendekiawan Indonesia pengguna istilah masyarakat madani, diantaranya Nurcholish Madjid, M.Dawam Rahardjo, Maswadi Rauf dan Bachtiar Effendy. Bagi mereka, istilah masyarakat madani merupakan terjemahan yang tepat dalam bahasa Indonesia untuk civil society. Namun pengertian masyarakat madani dan civil society sesungguhnya memiliki beberapa perbedaan. Masyarakat madani memiliki perjalanan sejarah sendiri yang merujuk segala bentuk aktivitas masyarakat berdasarkan norma-norma keislaman.

60 M. Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial, (Jakarta: 1999), h. 142-143.

61 M. Dawam Rahardjo, Masyarakat Madani: Agama, Kelas Menengah dan Perubahan Sosial, h. 146.


(55)

Dan menurut Mabruri masyarakat madani lebih berlandaskan tata cara kehidupan bermasyarakat dengan landasan-landasan teologis dalam Islam dan ini tentu dari konsensus bersama sedangkan untuk civil society lebih kepada semangat untuk kesetaraan didalam sebuah tatanan demokrasi.62

Bila sejak awal disepakati bahwa penerjemahan istilah lebih merupakan soal teknis belaka. Pendefenisian dan konseptualisasi istilah itu sendiri menunjukkan variasi pemikiran dan respons yang berbeda, baik di Barat maupun di Indonesia. Setiap istilah memiliki kelebihan dan kekurangan, argumen pembelaan dan alasan pembenaran masing-masing. Karena itu, hal paling penting untuk dikedepankan adalah substansi makna daripada memperdebatkan istilah yang pada dasarnya bersifat simbolik.

3. Masyarakat Madani Menurut Al-Qur’an

Masyarakat madani merupakan masyarakat yang ideal karena masyarakat masyarakat madani adalah masayarakat yang berdiri diatas sikap-sikap : 1. Egaliterianisme, 2. Rasional, 3. Kemandirian, 4. Kebebasan, 5. Penghormatan terhadap hukum, 6. Menghargai individu berdasarkan prestasi. Dan Islam memiliki konsep tentang masyarakat ideal dan karenanya Islam juga berkepentingan untuk mengubah masyarakat menuju cita-cita idealnya. Gagasan bermasyarakat dan kenegaraan itu misalnya disebut konsep ummah63 sebagaimana termuat dalam Al-Quran dan kemudian di obyektivikasikan dalam pembentukan Negara Madinah di bawah kepemimpinan Rasulullah Muhammad. Komunitas ummah dalam Negara Madinah mengembangkan

62 Wawancara dengan Mabruri Ketua Badan Humas DPP PKS di Duren Tiga Jakarta pada tgl: 20 september 2007.

63 Nurcholish Madjid, Cita-cita Politik Islam Era Reformasi, (Jakarta: Paramadina, 1999), cet ke-1, h. 8.


(56)

nilai-nilai kemasyarakatan modern yang sejalan dengan nilai-nilai dasar masyarakat madani karena konsep kemasyarakatan yang ditekankan Al-Quran adalah model masyarakat mandiri yang mampu mengatur dirinya sendiri.

Dalam Piagam Madinah sebagai bukti pelaksanaan cita-cita mendirikan masyarakat madani pada zaman Nabi dijelaskan beberapa masalah yang mesti dilaksanakan masyarakat Madinah secara keseluruhannya. Antara isi piagam berkenaan adalah persamaaan, keadilan pengakuan atas hak-hak dasar, pengakuan hak individu, tolong-menolong, amar makruf nahi mungkar, saling nasihat menasihati, ukhuwah, kesetiaan, keamanan, perlindunag terhadap orang lemah, perlindungan terhadap orang Yahudi dan penghormatan atas hak-hak mereka, perpaduan dalam perdamaian, pertahanan Negara tanggung jawab bersama, qisas, kebebasan beragama, cinta damai dan kepemimpinan.

Masyarakat madani pada zaman Nabi adalah masyarakat yang Qurani seperti yang tertera pada Al-Quran :

™ Surah Al-Hajj: 41 yang artinya; “ Yaitu mereka ( umat Islam ) yang jika Kami berikan kekuasaan memerintah di bumi niscaya mereka mendirikan salat serta memberi zakat dan mereka menyuruh berbuat kebaikan serta mlaang melakukan kejahatan dan perkara yang minkar. Dan ( ingatlah ) bagi Allah jugalah kesudahan segala urusan.” Dengan pengertian masyarakat taat beribadah , amar makruf dan nahi munkar.

™ Surah Al Mukminun : 52 yang artinya: “…Maka bertakwalah kamu kepada-Ku.” Dengan pengertian masyarakat yang menyembah Allah SWT dan takwa kepada-Nya.


(57)

™ Surah Al-Maidah : 8 yang artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang yang lurus karena Allah semata, menjadi saksi yang adil. Dan janganlah kebencianmu kepada suatu kaum menyebabkan kamu tidak adil. Berbuat adillah karena adil lebih mendekatkan kepada takwa dan takwalah kepada Allah karena sesungguhnya Allah amat mengetahui apa yang kamu kerjakan .” Dengan pengertian masyarakat madani yang adil dan sejahtera.

™ Surah Al-Maidah : 48 yang artinya; “ Dan telah kami turunkan kitab Al-Quran kepadamu dengan membawa kebenaran yang membenarkan kitab-kitab suci yang terdahulu sebagai pengawas atas kitab-kitab itu. Maka berilah hukum kepada mereka (para ahli kitab ) menurut hukum yang telah diturunkan oleh Allah kepadamu. Jangan kauturutkan kemauan mereka menyeleweng daripada kebenaran yang ada padamu. Tiap- tiap umat telah kami adakan sebagai pembalasan atas perbuatannya sebagai hukuman dari Allah untuk dijadikan contoh bagi yang lain dan Allah itu perkasa lagi bijaksana.” Dengan pengertian jalan Tuhan yang harus dijadikan sebagai landasan hukum bagi manusia. 64

™ Surah Al-Jatsiyah : 18 yang artinya;” Kemudian Kami jadikan kau berdiri diatas satu syariat ( aturan ) dalam agama. Maka berdirilah diatasnya dan jangan kau turutkan kemauan orang-orang yang tidak

64 Wawancara dengan Hasani Ketua DPRa (Dewan Pimpinan Ranting) PKS Cirendeu Tangerang di kediamannya Kp.Baru Tangerang pada tgl: 14 september 2007.


(58)

mengerti.” Dengan pengertian jangan menyimpang dari ajaran Allah.65

Jadi apa yang diterangkan di Al-Quran seperti tidak apabila memimpin Negara ini tidak akan menyimpang dari aturan dalam agama tidak menyelewengkan amanah dari rakyat dan juga dalam Islam saling menghargai antar agama lain dengan begitu masyarakat madani akan terbentuk sesuai dengan sikap-sikap yang menghargai individu berdasarkan prestasi dan penghormatan terhadap hukum seperti yang sudah disebutkan diawal.

B. Pilar Penegak Masyarakat Madani

Maksud dari pilar penegak masyarakat madani adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari social control yang fungsinya mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tetindas. Dalam penegakan masyarakat madani, pilar-pilar tesebut menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan masyarakat madani seperti Lembaga Swadaya

Masyarakat (LSM) yaitu suatu institusi sosial yang dibentuk oleh swadaya

masyarakat yang tugasnya adalah membantu dan mmperjuangkan aspirasi dan kepentingan masyarakat yang tertindas. Dan selain itu juga LSM dalam konteks masyarakat madani juga betugas mengadakan pemberdayaan kepada masyarakat mengenai hal-hal seperti advokasi, pelatihan dan sosialisasi program-program pemberdayaan masyarakat.

65 Wawancara dengan Hasani Ketua DPRa (Dewan Pimpinan Ranting) PKS Tangerang di kediamannya Kp.Baru Tangerang pada tgl: 14 september 2007.


(1)

Wawancara dengan Bpk. Agus Wahid Rahman

(Ketua DPC PKS Ciputat)

di Cipayung Tangerang Tgl 7 September 2007

1.

Apa peranan masyarakat madani dalam kehidupan sosial-politik

negeri ini?

Perannya banyak sekali : 1. dari segi pendidikan yaitu mendidik karakter manusia yang sempurna dengan ESQ bukan hanya IQ saja tetapi emosional spiritual sangat penting. 2. dari segi politik yaitu mendidik para birokrat untuk dapat melayani umat dan tidak korupsi dan amanah dan menjalankan tugasnya. 3. dari segi sosial yaitu dana zakat bisa dikelola menjadi kesejahteraan umat.


(2)

2.

Apakah kehidupan demokrasi termasuk pluralisme akan

semakin meluas dan mendalam atau justru makin mengkerut ?

Kehidupan demokrasi yang pluralisme akan tidak laku manakala umat Islam Indonesia semakin tercerahkan pola pikirnya dengan manhaj yang benar yaitu Al-Quran dan Sunnah.

3.

Apa hubungan antara masyarakat madani dengan pemerintahan

Islami?

Sangat ada korelasinya. Masyarakat madani akan membentuk masyarakat yang Islami, begitu artinya jika masyarakat madani telah terbentuk sudah pasti masyarakatnya menginginkan pemerintahan yang Islami.

4.

Apakah masyarakat madani akan berdaya mengontrol jalannya

pemerintahan atau justru pemerintahan makin kooptatif

terhadap masyarakat sipil / madani ?

Masyarakat yang madani akan lahir masyarakat yang cerdas dan berfikir positif dan bertanggung jawab sehingga dapat mengontrol pemerintahannya, jika ada penyelewengan jabatan masyarakat pasti langsung bertindak mengingatkan penyelewengan tersebut dan birokratnya pasti sangat hati-hati dalam menjalankan setiap kebijakannya.

5.

Bagaimana konsep masyarakat madani menurut PKS ?

Masyarakat madani mempunyai karakter yang mengedepankan konsep hidup menjadikan keluarga yang sakinah mawadah warohmah, menjadikan pemimpin menjadi pelayan umat.


(3)

6.

Apa pengaruh konsep masyarakat madani menurut PKS

terhadap bangsa Indonesia ?

Indonesia akan semakin baik keadaannya jika konsep masyarakat madani ini dapat diterapkan ditengah-tengah masyarakat Islam Indonesia, sebab Indonesia penduduknya mayoritas Islam sehingga konsep Islam dan Negara serta peran aktif warganya tidak bisa dipisahkan sehingga karakter bangsa Indonesia yang bantu-membantu dan gotong royong sebetulnya adalah konsep yang Islami.

7.

Peran serta apa yang bisa dilakukan oleh PKS dalam

mewujudkan masyarakat madani di Indonesia ?

PKS melakukan pendidikan politik yang bermoral atau Islami kepada seluruh bangsa bahwa pemimpin bukan hal yang diinginkan tetapi adalah amanah yang pertanggung jawabannya sangat berat, PKS berperan aktif dalam amandemen UUD 45 untuk merumuskan bersama-sama untuk kepentingan umat Islam. PKS berperan aktif dalam setiap pemilihan kepala daerah baik gubernur atau bupati sehungga untuk melakukan perubahan ditingkat birokrasi dan masyarakat maka PKS harus memimpin.

8.

Strategi apa yang dilakukan PKS dalam mewujudkan

masyarakat madani di Indonesia?


(4)

Strategi yang bersama-sama membangun bangsa dengan cara kerjasama atau koalisi, melakukan pembinaan kepada siapa saja yang menginginkan pencerahan umat melalui tarbiyah untuk birokrat, ulama dan masyarakat.

9.

Apakah masyarakat madani sudah terwujud di Indonesia

sekarang ini ?

Belum. Sebab masih banyak UU atau peraturan daerah yang masih mengadopsi dari belanda yang belum dirubah artinya belum senapas dengan konsep masyarakat yang Islami dan tatkala peraturannya sudah siap tetapi masyarakatnya belum memahaminya sehungga masih banyak gesekan dengan masyarakat.

10.

Mengapa konsep masyarakat madani sangat penting dalam

kehidupan bernegara dalam konsep PKS ?

Penting sekali. Sebab Indonesia terlahir dan diperjuangkan oleh umat Islam sehingga yang berhak mewariskan dan membangun bangsa Indonesia ini adalah umat Islam sehingga saat ini banyak umat Islam yang terpinggirkan yang seharusnya umat Islam sejahtera sebab nenek moyang kita memperjuangkan Negara ini sehingga Negara atau pemerintah harus ssuai dengan nafas masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam.

11.

Dalam kinerjanya, apa hambatan yang paling berarti yang

Bapak/Ibu hadapi dalam mewujudkan masyarakat madani di

Indonesia?


(5)

Kelompok atau partai yang sekuler terhadap pemikirannya dan pemerintah yang belum maksimal mewujudkan masyarakat yang sejahtera atau madani.


(6)