Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak tahun 1990-an di Indonesia istilah “masyarakat madani” sering diperbincangkan di kalangan kaum intelektual terbatas dan wacana ini semakin semarak ketika media massa cetak seperti surat kabar-surat kabar, majalah-majalah ikut mempublikasinya ketengah-tengah publik. Dalam perkembangan berikutnya setiap kali ada wacana tentang politik Islam dan pemberdayaan umat, maka yang lebih sering digunakan oleh media massa dan buku-buku adalah istilah “masyarakat madani”, dan menjadi semakin populer dan akrab di telinga kaum intelektual Indonesia hingga sekarang ini. Pengertian masyarakat madani itu sendiri ialah suatu masyarakat yang berbudaya, maju dan modern, setiap warganya menyadari dan mengetahui hak-hak dan kewajibannya terhadap negara, bangsa, dan agama serta terhadap sesama, dan menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia. 1 Mereka adalah gambaran masyarakat yang diidealkan oleh Islam, dan pernah menjadi bagian dari sejarah Rasulullah SAW ketika beliau memimpin negara Islam pertama di Madinah. Masyarakat madani yang didambakan manusia modern adalah masyarakat yang pluralistik, salah satu prinsip masyarakat madani yaitu pluralisme , yaitu adanya sikap menghargai dan menerima disertai sikap yang tulus atas realita kemajemukan merupakan dekrit Allah SWT dan desain- 1 Dr. Masykur Hakim dan Tanu Wijaya, Model Masyarakat Madani,Jakarta:Intimedia, 2003, h.1. Nya untuk umat manusia. Memiliki sikap toleran terhadap perbedaan- perbedaan yang ada serta dapat memberikan iklim kebebasan yang kondusif untuk ,mengemukakan pendapat dan mengekspresikan sikap dan pemikirannya, serta menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi. Banyak kontroversi tentang istilah masyarakat madani terjadi dikarenakan kata asli diambil dari bahasa inggris civil society, namun penulis mengartikan masyarakat madani dan civil society mempunyai arti yang sama. Kita telah mengenal benturan antara “ Islam modernis” dan “ Islam tradisionalis”, “Islam struktural” dan Islam kultural”, “Islam pro-negara” dan “Islam pro- masyarakat. Biasanya kalau kelompok yang pertama diidentikan dengan ICMI, Muhammadiyah atau generasi “Masyumi” baru maka yang terakhir lebih diwakili oleh NU. Dan setelah itu, kemunculan benturan antara pendukung “ masyarakat madani dan pendukung “masyarakat sipil” juga tak lepas dari pengelompokan-pengelompokan lama, yang mewakili masyarakat madani adalah pihak-pihak yang dulunya dianggap berkecimpung dalam Islam struktural, Islam modernis atau Islam pro-negara, sementara pendukung masyarakat sipil juga tetap dari kelompok lama, NU. 2 Selain itu, benturan tersebut bukanlah peristiwa yang baru muncul belakangan ini, tepatnya di penghujung tahun 1998, akar-akarnya telah muncul ditahun 1997 atau bahkan sebelumnya. Menurut Bahtiar Effendy mengatakan bahwa tidak ada pemisahan antara civil society dan masyarakat madani. Masyarakat madani 2 Ahmad Baso, Civil Society versus Masyarakat Madani: Arkeologi Pemikiran “Civil society” dalam Islam Indonesia,Bandung: Pustaka Hidayah, 1999, cet: ke-1, h. 246. adalah juga civil society, tanpa ada pemisahan antara satu dengan lainnya, antara yang diterima NU dan yang lainnya tidak. 3 Dalam masyarakat madani, warga negara disadarkan posisinya sebagai pemilik kedaulatan dan hanya untuk mengontrol pelaksanaan kekuasaan yang mengatasnamakan rakyat. Lebih dari itu negara juga telah berhasil mengontrol masyarakat madani melalui berbagai cara korporatis dan mendapatkan konsesus politik melalui hegemoni ideologi di beberapa negara, faktor agama merupakan faktor yang dominan bagi tumbuhnya masyarakat madani, dalam arti bahwa agama mempunyai kontribusi besar bagi lahirnya kesadaran masyarakat terhadap batasan-batasan kekuasaan negara dan hubungannya dengan negara-negara lainnya, Dalam masyarakat madani di Indonesia saat ini hanya sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan starategi yaitu memobilisasi suara. Hubungan antara negara dan masyarakat madani Indonesia selalu berada dalam posisi subordinat, khususnya bagi mereka yang berada pada strata sosial bawah. Kebutuhan akan adanya suatu peranan politik yang lebih luas dalam masyarakat madani, karena itu merupakan tantangan mendesak dalam masa depan yang dekat ini untuk memperlancar proses demokratisasi. Menurut Nurcholish Madjid masyarakat madani adalah “Rumah” persemaian demokrasi. Azyumardi Azra mengatakan bahwa masyarakat madani lebih dari sekedar gerakan pro demokrasi, karena ia juga mengacu pada pembentukan masyarakat berkualitas dan bertamadun civility. Banyak gerakan milinerian di Indonesia didasarkan pada ajaran-ajaran eksaktologis agama yang 3 Ahmad Baso, Civil Society versus Masyarakat madani: Arkeologi Pemikiran “Civil Society” dalam Islam Indonesia h. 248. semuanya bertujuan untuk menegakkan sebuah masyarakat yang ideal, bebas dari ketidakadilan sosial dan penindasan politik yang dilakukan negara, ini memperlihatkan kemampuan masyarakat madani untuk melawan ideologi dominan dan praktik-paktik negara. Setelah orde baru didirikan dan politik direkonstrukturisasi agama secara pelan-pelan tidak mengalami lagi politisasi. Itulah sebabnya agama di Indonesia masih harus mendefinisikan peranannya masa kini, jika menginginkan peranan yang lebih signifikan untuk berkembangnya masyarakat madani. Salah satu tujuan masyarakat madani ini adalah adanya usaha yang sungguh-sungguh terencana dan sistematis untuk mewujudkan otonomi masyarakat sehingga mereka tidak tergantung kepada negara, seperti Indonesia sudah terdapat potensi-potensi dasar masyarakat madani dengan adanya berbagai pergerakan dan organisasi Islam. Seperti Partai Keadilan Sejahtera PKS yang merupakan salah satu partai Islam yang berpengaruh pada saat ini. 4 Yang tidak diperhitungkan pada pemilu 1999 karena hanya mendapat 7 kursi di parlemen 1,7suara dan tidak lulus batas minimal 2 yang kemudian membuat partai itu bergabung dengan pertai lain dari yang dulu 1999 partai keadilan PK, kini menjadi PKS S= sejahtera,ada tambahan kata “sejahtera”. Pengamat Indonesia asal Jepang, Takeshi Kohno, misalnya, menyatakan bahwa terjadi kejutan yang demikian hebat dalam pilihan raya Indonesia 2004 yaitu melambungnya suara yang diperoleh oleh Partai Keadilan Sejahtera yang mendapat 45 kursi parlemen 7,30. 5 Dengan mencermati kegemilangan 4 Pada pilihan raya pada tahun 1999 partai ini bernama Partai keadilan PK, tapi karena tidak lulus minimum electoral treshold partai ini kemudian bergabung dengan partai Islam lain yang namanya hampir sama yaitu Partai Keadilan Sejahtera PKS. 5 Airlangga pribadi, PKS: Lintasan baru politik Islam, www.Republika.co.id. PKS itu dan banyaknya sanjungan para pakar terhadap PKS, tentu boleh jadi PKS dalam pemilu-pemilu yang akan datang dapat memenangkan pemilihan umum. Dengan kemenangan tentu parlemen akan dikuasai oleh PKS. Tentu akan tercapai cita-cita PKS untuk mewujudkan dan menerapkan konsep masyarakat madani di Indonesia menurut PKS. Tapi mengingat PKS adalah partai Islam adalah bagaimana konsep masyarakat madani yang mereka inginkan, apakah pandangan seperti partai- partai Islam lainnya atau mereka punya konsep masyarakat madani sendiri? Untuk mengetahui lebih jauh tentang konsep masyarakat madani yang diinginkan oleh PKS, penulis merasa perlu membahasnya dalam sebuah skripsi yang berjudul : KONSEP MASYARAKAT MADANI MENURUT PARTAI KEADILAN SEJAHTERA PKS Sehingga dapat memberi gambaran yang lebih jauh mengenai Konsep Masyarakat Madani menurut PKS.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah