Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar Anak di Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso II Kecamatan Medan Marelan Kota Medan
HUBUNGAN KONSUMSI IKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH DASAR SWASTA BRIGJEND KATAMSO II KECAMATAN
MEDAN MARELAN KOTA MEDAN
SKRIPSI
Oleh :
MENTARI CHRIST RIYANDINI NIM. 101000089
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(2)
HUBUNGAN KONSUMSI IKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH DASAR SWASTA BRIGJEND KATAMSO II KECAMATAN
MEDAN MARELAN KOTA MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
MENTARI CHRIST RIYANDINI NIM. 101000089
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(3)
HUBUNGAN KONSUMSI IKAN DENGAN PRESTASI BELAJAR ANAK DI SEKOLAH DASAR SWASTA BRIGJEND KATAMSO II KECAMATAN
MEDAN MARELAN KOTA MEDAN
SKRIPSI
Oleh :
MENTARI CHRIST RIYANDINI NIM. 101000089
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
(4)
(5)
ABSTRAK
Ikan merupakan sumber protein hewani yang memiliki keunggulan kandungan asam lemak esensial yang tinggi untuk membantu pembentukan sel-sel otak dalam meningkatkan prestasi belajar anak usia sekolah. Pada tahun 2013, rata-rata tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia masih rendah yaitu 35,14 kg/kapita/tahun.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II dengan desain penelitian cross-sectional dan dilaksanakan bulan November 2013 – Agustus 2014. Populasi penelitian adalah seluruh murid SD Brigjend Katamso II dan sampel diambil sebanyak 68 murid dengan teknik proportional stratified random sampling. Data primer yaitu identitas responden, konsumsi ikan, berat dan tinggi badan anak. Data sekunder yaitu gambaran umum sekolah dan nilai rapor bulanan murid selama semester genap T.A 2013/2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis ikan yang dikonsumsi adalah ikan laut dan olahannya (48,5%) dengan jenis ikan yang dikonsumsi adalah teri, lele dan ikan asin. Jumlah konsumsi ikan cukup (69,1%) dengan rata-rata 12,6 gr/hari. Frekuensi konsumsi ikan kadang-kadang (39,7%) dengan rata-rata 4,55 kali/minggu. Prestasi belajar sangat baik (57,4%) dengan rata-rata 82,67. Ada hubungan yang signifikan antara jumlah konsumsi ikan dengan prestasi belajar (p=0,036) dan frekuensi konsumsi ikan dengan prestasi belajar (p=0,012).
Disarankan konsumsi ikan anak-anak perlu ditingkatkan jumlah dan frekuensinya. Prestasi belajar perlu dipertahankan. Pihak sekolah diharapkan dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam mendukung program Gerakan Makan Ikan serta menyampaikan informasi gizi melalui majalah dinding sekolah.
(6)
ABSTRACT
Fish is a source of animal protein that has the advantage is high content of essential fatty acid to help the formation of brain cells in improving the academic achievement of school-age children. In 2013, the average fish consumption rate of the population of Indonesia is still low at 35,14 kgs/capita/year.
This study aims to determine the relationship of fish consumption with learning achievement in elementary school children of Brigjend Katamso II with a cross-sectional study design and was conducted in November 2013 - August 2014. The study population was all elementary students and samples were taken as many as 68 students with proportional stratified random sampling. Primary data is the identity of respondents, fish consumption, weight and height of children. Secondary data is a general overview of the school and students grades monthly during the second semester of school year 2013/2014.
The results showed that the type of fish consumed are marine fish and dairy (48,5%). Sufficient amount of fish consumption (69,1%). The frequency of fish consumption occasionally (39,7 %). Learning achievement is very good (57,4%). There is a significant relationship between the amount of fish consumption and learning achievement (p=0,036) and the frequency of fish consumption and learning achievement (p=0,012).
Suggested children's fish consumption should be increased quantity and frequency. Learning achievement needs to be maintained. The school is expected to cooperate with the government in support of Eating Fish Movement program and deliver nutritional information through the school bulletin.
(7)
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Mentari Christ Riyandini
Tempat/Tanggal Lahir : Medan/13 Maret 1993 Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen Protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Jl. Marelan III Gg. Subur No.5 Lingk.12 Medan Marelan
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1998-2004 : SD Dr. Wahidin Sudirohusodo 2. 2004-2007 : SMP Dr. Wahidin Sudirohusodo 3. 2007-2010 : SMA Negeri 3 Medan
4. 2010-2014 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Persekutuan Oikumene Mahasiswa Kristen FKM USU 2. Anggota HMP Gizi Kesehatan Masyarakat Periode 2013
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena telah memberikan berkat, hikmat dan anugerah-Nya sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar Anak di Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso II Kecamatan Medan Marelan Kota Medan”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat agar dapat menyelesaikan pendidikan Strata I pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
Selama penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemukan kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan, dorongan moril dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih tak hingga kepada keluarga tercinta, Ayahanda Titus Bambang Iriyandi, SPi, MP, Ibunda Nevikar Dachi, SE, Adinda Gloria Inez Riyandini dan Oma Rosima Harefa dan seluruh keluarga yang tidak pernah berhenti memberikan doa, kasih sayang, dan dukungan untuk terus maju dan tidak pernah menyerah. Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Albiner Siagian, MSi selaku Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
(9)
yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Ir. Etti Sudaryati, MKM, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi I sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Ibu Dr. Ir. Zulhaida Lubis, MKes selaku Dosen Penguji II yang telah banyak memberikan saran, bimbingan, dan arahan dalam penulisan skripsi ini.
5. Ibu Ernawati Nasution, SKM, MKes selaku Dosen Penguji III yang telah banyak memberikan saran, bimbingan, dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Ibu Dra. Lina Tarigan, Apt, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis
di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Bapak Sukamto, BA, SPd dan Ibu Dra. Hevy Ana Lubis selaku Kepala Sekolah SD Brigjend Katamso II periode yang lama dan yang baru beserta staff. 8. Seluruh dosen dan staf pegawai FKM USU khususnya Departemen Gizi
Kesehatan Masyarakat yang telah banyak membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, dan kepada abangda Marihot Samosir, ST yang banyak membantu penulis dalam hal administrasi.
9. Patrick Constant Imannuel Lumban Tobing terimakasih atas kasih sayang, doa, dukungan, motivasi dan saran yang sangat membangun bagi penulis.
(10)
10. Sahabat terbaik yang sangat penulis sayang, Kak Arsika, Bernike, Only, Vinetha, Sudestry, Kak Fitri, Fitri terimakasih atas doa, kebersamaan, canda tawa, suka duka, dukungan, pengertian, saran dan kritik yang membangun. 11. Kelompok Kecil Teleiakhara ( kak May Laura, Ria Solia, Ross, Riska, Efrida,
Bertha), terima kasih atas doa dan dukungan serta kebersamaan selama ini. 12. Adik-adikku Deswita, Christina, Dian, Indah, Julia, terima kasih atas doa,
dukungan dan kebersamaan selama ini.
13. Teman seperjuangan di Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat : Adel, Fifit, Tasya, Kak Nadia, Ranika, Ria Solia, Afri, Tresa, Putri, Kak Silvina, Olivia, Johanna, Elsa, Nova, Imaniar, Aida, kak Laila, kak Bethesda.
14. Keluarga besar Orange House Salapian: Kak Permata, Kak Gea, Imerlyn, Lestari, Susy, Tisha, Mia, Ria, Siti terimakasih atas kebersamaan dan kekeluargaannya selama ini.
15. Sahabat di SMAN 3 Medan (Elisabeth, Wina, Ade, Okky, Kistin, Indri) terima kasih atas doa dan dukungannya.
16. Seluruh pengurus dan anggota Gerakan Pemuda GPIB Yope Belawan: Bang Vincent, Bang Elia, Sari, Eliel, Mayang, Phanie, Windy, Rika, kak Kiki, Icha, kak Loret terima kasih atas doa dan dukungannya.
Penulis menyadari masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Namun, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ... i
ABSTRAK ... ii
ABSTRACT ... iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 5
1.3. Tujuan ... 5
1.3.1. Tujuan Umum ... 6
1.3.2. Tujuan Khusus ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. Konsumsi Ikan ... 8
2.2. Prestasi Belajar ... 16
2.3. Status Gizi ... 17
2.4. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar ... 19
2.5. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi... 21
2.6. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar ... 22
2.7. Kerangka Konsep ... 23
2.8. Hipotesis ... 23
BAB III METODE PENELITIAN... 24
3.1. Jenis Penelitian ... 24
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 24
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 24
3.2.2. Waktu Penelitian ... 24
(12)
3.3.2. Sampel ... 25
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 26
3.5. Instrumen/Alat Penelitian ... 27
3.6. Definisi Operasional ... 28
3.7. Aspek Pengukuran ... 29
3.7.1. Konsumsi Ikan ... 29
3.7.2. Prestasi Belajar ... 29
3.7.3. Status Gizi ... 30
3.8. Metode Pengolahan Data ... 30
3.9. Analisis Data ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 33
4.2. Gambaran Identitas Responden ... 34
4.3. Gambaran Konsumsi Ikan Anak-Anak di SD Brigjend Katamso II ... 36
4.4. Gambaran Prestasi Belajar Anak-Anak di SD Brigjend Katamso II ... 38
4.5. Gambaran Status Gizi Anak-Anak di SD Brigjend Katamso II ... 39
4.6. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II... 39
4.6. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II ... 41
4.6. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II ... 43
BAB V PEMBAHASAN ... 45
5.1. Konsumsi Ikan ... 45
5.2. Prestasi Belajar ... 47
5.3. Status Gizi ... 48
5.4. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar ... 49
5.5. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi... 51
5.8. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar ... 53
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 54
6.1. Kesimpulan ... 54
6.2. Saran ... 55 DAFTAR PUSTAKA
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Daging Ikan ... 10 Tabel 2.2. Presentase Sumbangan Konsumsi Protein Ikan dan Hasil Olahannya terhadap Angka Kecukupan Protein Menurut Kelompok Umur... 11 Tabel 2.3. Kandungan Omega 3 dalam Berbagai Jenis Ikan... 14 Tabel 2.4. Kandungan Protein dalam Berbagai Jenis Ikan (Per 100g Ikan)…... 15 Tabel 2.5. Angka Kecukupan Gizi bagi Anak Sekolah... 18 Tabel 3.1. Besar Sampel Penelitian ... 26 Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Agama,
Pekerjaan Ayah, Pekerjaan Ibu dan Riwayat Alergi di SD Brigjend
Katamso II... 35 Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Ikan di SD Brigjend
Katamso II………... 36
Tabel 4.3. Distribusi Jenis Ikan yang Dikonsumsi oleh Anak-Anak di SD
Brigjend Katamso II... 37 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumbangan Protein Ikan di SD
Brigjend Katamso II... 38 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar di SD Brigjend
(14)
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi di SD Brigjend
Katamso II………... 39
Tabel 4.7. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar di SD Brigjend
Katamso II………....……….. 40
Tabel 4.8. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi di SD Brigjend
Katamso II………...……….. 42 Tabel 4.9. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar di SD Brigjend
(15)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian... 23 Gambar 2. Alur Pengumpulan Data... 27
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian
Lampiran 2. Formulir Food Recall 24 Jam Lampiran 3. Formulir Frekuensi Makanan Lampiran 4. Surat Survei Pendahuluan Lampiran 5. Surat Telah Selesai Penelitian Lampiran 6. Master Data Penelitian
Lampiran 7. Output Data Penelitian Lampiran 8. Foto Dokumentasi Penelitian
(17)
ABSTRAK
Ikan merupakan sumber protein hewani yang memiliki keunggulan kandungan asam lemak esensial yang tinggi untuk membantu pembentukan sel-sel otak dalam meningkatkan prestasi belajar anak usia sekolah. Pada tahun 2013, rata-rata tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia masih rendah yaitu 35,14 kg/kapita/tahun.
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II dengan desain penelitian cross-sectional dan dilaksanakan bulan November 2013 – Agustus 2014. Populasi penelitian adalah seluruh murid SD Brigjend Katamso II dan sampel diambil sebanyak 68 murid dengan teknik proportional stratified random sampling. Data primer yaitu identitas responden, konsumsi ikan, berat dan tinggi badan anak. Data sekunder yaitu gambaran umum sekolah dan nilai rapor bulanan murid selama semester genap T.A 2013/2014.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis ikan yang dikonsumsi adalah ikan laut dan olahannya (48,5%) dengan jenis ikan yang dikonsumsi adalah teri, lele dan ikan asin. Jumlah konsumsi ikan cukup (69,1%) dengan rata-rata 12,6 gr/hari. Frekuensi konsumsi ikan kadang-kadang (39,7%) dengan rata-rata 4,55 kali/minggu. Prestasi belajar sangat baik (57,4%) dengan rata-rata 82,67. Ada hubungan yang signifikan antara jumlah konsumsi ikan dengan prestasi belajar (p=0,036) dan frekuensi konsumsi ikan dengan prestasi belajar (p=0,012).
Disarankan konsumsi ikan anak-anak perlu ditingkatkan jumlah dan frekuensinya. Prestasi belajar perlu dipertahankan. Pihak sekolah diharapkan dapat bekerja sama dengan pemerintah dalam mendukung program Gerakan Makan Ikan serta menyampaikan informasi gizi melalui majalah dinding sekolah.
(18)
ABSTRACT
Fish is a source of animal protein that has the advantage is high content of essential fatty acid to help the formation of brain cells in improving the academic achievement of school-age children. In 2013, the average fish consumption rate of the population of Indonesia is still low at 35,14 kgs/capita/year.
This study aims to determine the relationship of fish consumption with learning achievement in elementary school children of Brigjend Katamso II with a cross-sectional study design and was conducted in November 2013 - August 2014. The study population was all elementary students and samples were taken as many as 68 students with proportional stratified random sampling. Primary data is the identity of respondents, fish consumption, weight and height of children. Secondary data is a general overview of the school and students grades monthly during the second semester of school year 2013/2014.
The results showed that the type of fish consumed are marine fish and dairy (48,5%). Sufficient amount of fish consumption (69,1%). The frequency of fish consumption occasionally (39,7 %). Learning achievement is very good (57,4%). There is a significant relationship between the amount of fish consumption and learning achievement (p=0,036) and the frequency of fish consumption and learning achievement (p=0,012).
Suggested children's fish consumption should be increased quantity and frequency. Learning achievement needs to be maintained. The school is expected to cooperate with the government in support of Eating Fish Movement program and deliver nutritional information through the school bulletin.
(19)
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) telah menetapkan bahwa tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kualitas manusia Indonesia di masa yang akan datang harus lebih baik dari sekarang. Kualitas manusia dapat ditinjau dari berbagai segi, yaitu segi sosial, ekonomi, pendidikan, lingkungan, kesehatan, dan lain-lain. Dari aspek gizi, kualitas manusia diartikan dalam dua hal pokok, yaitu: kecerdasan otak atau kemampuan intelektual dan kemampuan fisik atau produktivitas kerja (Supariasa, 2001).
Kesehatan bagi anak sekolah tidak terlepas dari pengertian kesehatan pada umumnya. Anak yang sehat akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang normal dan wajar, yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya dan memiliki kemampuan sesuai standar kemampuan anak usianya (Adriani & Wirjatmadi, 2012).
Kesehatan disini meliputi kesehatan badan, rohani, dan sosial, bukan hanya sekedar bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan (UU No.9 Tahun 1980 tentang Pokok-Pokok Kesehatan). Kesehatan jiwa adalah kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang. Perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain (Lembaran Negara RI
(20)
perkembangan kognitif, emosi, maupun perkembangan psikososial yang terjadi dalam usia anak (infancy toddlerhood di usia 0-3 tahun, early childhood usia 3-6 tahun dan
middle childhood usia 6-12 tahun) (Adriani & Wirjatmadi, 2012).
Menurut pasal 131 ayat 1 UU No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, upaya pemeliharaan kesehatan bayi dan anak harus ditujukan untuk mempersiapkan generasi yang akan datang yang sehat, cerdas, dan berkualitas serta untuk menurunkan angka kematian bayi dan anak. Pada ayat 2 juga dinyatakan bahwa upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak anak masih dalam kandungan, dilahirkan, setelah dilahirkan, dan sampai berusia 18 (delapan belas) tahun(Depkes RI, 2009).
Pertumbuhan masa kanak-kanak (growth spurt I, umur 1-9 tahun) berlangsung dengan kecepatan lebih lambat daripada pertumbuhan bayi, tetapi kegiatan fisiknya meningkat. Oleh karena itu, dengan perimbangan terhadap besarnya tubuh, kebutuhan zat gizi tetap tinggi. Menyediakan pangan yang mengandung protein, kapur dan fosfor sangat penting (Baliwati & Retnaningsih, 2004).
Perkembangan anak bersifat multidimensional dan terdiri dari beberapa domain yang saling terkait, meliputi perkembangan motorik, kognitif, sosial dan emosional. Para penyelidik yang meneliti efek yang ditimbulkan oleh keadaan gizi biasanya lebih memfokuskan perhatian mereka pada perkembangan motorik dan kognitif anak serta lebih jarang memperhatikan prestasi di sekolah. Oleh karena itu, hanya terdapat sedikit informasi mengenai perkembangan sosial, emosional dan kesehatan mental
(21)
Indonesia dikenal sebagai Negara Bahari dimana wilayah lautnya mencakup tiga perempat luas Indonesia atau 5,8 juta km2 dengan garis pantai terpanjang di dunia sebesar 81.000 km, sedangkan luas daratannya hanya 1,9 juta km2. Perairan laut Indonesia memiliki sekitar 3.000 jenis ikan (Bahar, 2006). Dengan potensi wilayah laut yang sangat luas dan kekayaan sumber daya alam yang dimiliki Indonesia, sesungguhnya kelautan merupakan sektor yang mempunyai keunggulan komparatif dalam kiprah pembangunan nasional (Iriyandi, 2013).
Menurut data volume produksi perikanan Indonesia menurut sector perikanan (tangkap dan budidaya) mengalami kenaikan rata-rata sebesar 15,71 % dari tahun 2007 hingga tahun 2012 mencapai 15.504.747 ton. Penyediaan ikan untuk konsumsi mengalami kenaikan rata-rata sebesar 12,7 % dari tahun 2007 hingga 2012 mencapai 11.590.000 ton atau 46,30 kg/kapita/tahun (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 2013). Indonesia dapat dikatakan kaya akan sumber-sumber perikanan yang secara potensial dapat meningkatkan konsumsi protein hewani, khususnya yang berasal dari ikan. Namun demikian, penduduk Indonesia masih rendah tingkat konsumsi ikannya ditengah produksi yang berlimpah. Ini dapat disebabkan oleh belum adanya media yang bisa memberikan informasi yang baik dan jelas mengenai produk ikan potensial, dari sisi nilai kesehatan, nilai citarasa, dan nilai ekonomis kepada masyarakat (Bahar, 2006).
Rata-rata tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia pada tahun 2013 naik menjadi 35,14 kg/kapita/tahun dari sebelumnya 33,89 kg/kapita/tahun di 2012, 32,35
(22)
tingkat konsumsi ikan penduduk Indonesia ditargetkan oleh Menteri Kelautan dan Perikanan sebesar 38 kg/kapita/tahun, melihat perkembangannya terus meningkat sejak 2010 sebesar 5,33 % per tahun (Ditjen P2HP KKP, 2014). Masih rendahnya tingkat konsumsi ikan perkapita di Indonesia antara lain karena kurangnya pemahaman manfaat mengkonsumsi ikan, kurangnya daya beli ikan dan masih mahalnya harga ikan bagi sebagian masyarakat yang mengkonsumsi ikan dan anggapan bahwa makan ikan menyebabkan kecacingan (Zulaihah & Widajanti, 2006).
Padahal jika dikaji lebih lanjut, produk perikanan memiliki keunggulan yang tidak dimiliki oleh produk hewani/ternak lainnya, seperti: (1) variasi produk perikanan sangat banyak sehingga konsumen tidak akan pernah bosan (sesungguhnya) dengan mengkonsumsi hasil perikanan, (2) harga produk perikanan relatif lebih murah dibandingkan dengan produk peternakan seperti daging ayam, daging kambing, atau daging sapi, (3) dapat memenuhi kebutuhan protein hewani (Bahar, 2006). Protein ikan menyediakan lebih kurang 2/3 dari kebutuhan protein hewani yang diperlukan oleh manusia dan kandungan protein ikan relatif besar yaitu antara 15 – 25 % per 100 gram daging ikan. Disamping menyediakan protein hewani yang relatif tinggi, ikan juga mengandung lemak (minyak ikan) antara 0,2 – 24 % terutama asam lemak esensial termasuk omega-3 (yang masuk dalam kelompok omega-3 adalah asam linolenat, Eicosa Pentaenoic Acid (EPA), dan Docosa Heksaenoic Acid (DHA). Ketiganya ini disebut asam lemak esensial karena sangat
(23)
dibentuk di dalam tubuh maka harus dipenuhi dari diet. Ikan dengan kandungan omega-3 yang relatif tinggi seperti ikan salmon, gindara (cod), tuna, sardin, tenggiri (makarel)). Asam lemak esensial sangat diperlukan dalam pembentukan sel-sel otak untuk meningkatkan tingkat intelegensia (Danuri dalam Zulaihah & Widajanti, 2006).
Berdasarkan observasi dan wawancara, didapatkan hasil bahwa SD Brigjend Katamso II adalah salah satu perguruan nasional yang baru diresmikan pada tahun 2012 dan terletak di kawasan utara Kota Medan yang berada tidak begitu jauh dari daerah penangkapan ikan dan dekat dengan pasar tradisional dimana ketersediaan ikan baik ikan laut maupun ikan air tawar selalu terjamin. Hasil wawancara dengan salah satu guru juga mengatakan, sekolah ini dilengkapi dengan fasilitas penyelenggaraan makanan dengan menu vegetarian. Dari data-data tersebut diatas,
peneliti tertarik membuat penelitian “Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi
Belajar Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II Kecamatan Medan Marelan Kota
Medan”.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan bahwa yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah ada hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.
(24)
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui jenis ikan yang dikonsumsi oleh anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.
2. Mengetahui jumlah konsumsi ikan oleh anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.
3. Mengetahui frekuensi konsumsi ikan oleh anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.
4. Mengetahui prestasi belajar anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II. 5. Mengetahui status gizi anak-anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.
6. Mengetahui hubungan antara konsumsi ikan (jenis, jumlah danfrekuensi) dengan prestasi belajar anak-anak Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.
7. Mengetahui hubungan antara konsumsi ikan (jenis, jumlah dan frekuensi) dengan status gizi anak-anak Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.
8. Mengetahui hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar anak-anak Sekolah Dasar Brigjend Katamso II.
(25)
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu: 1. Sebagai bahan informasi untuk menambah pengetahuan bagi peneliti.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak sekolah dan orang tua siswa SD Brigjend Katamso II serta masyarakat Kecamatan Medan Marelan tentang konsumsi ikan sebagai modal awal pendukung pertumbuhan dan perkembangan otak anaknya yang akan berdampak pada prestasi belajar anak sebagai jembatan ke masa depan si anak kelak.
3. Sebagai bahan informasi dan dasar untuk pengembangan teori dan penelitian selanjutnya tentang hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak usia sekolah.
(26)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Konsumsi Ikan
Konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang atau kelompok orang pada waktu tertentu, sehingga penilaian konsumsi pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis makanan yang dikonsumsi. Sumber pangan hewani bermanfaat dalam mendukung pertumbuhan fisik anak dan juga mendukung perkembangan kognitif anak. Sumber pangan hewani merupakan sumber protein yang kaya asam amino esensial, tidak dapat disintesis dalam tubuh sangat diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh balita sehingga harus ada di dalam makanan. Sumber pangan hewani terdiri dari telur, daging unggas,daging sapi dan ikan (Mutiah, 2012).
Ikan didefinisikan secara umum sebagai hewan yang hidup di air, bertulang belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas dengan insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya. Namun apabila kita mengacu kepada Undang-Undang No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, maka definisi ikan yang dimaksud menjadi berbeda dan luas cakupannya. Menurut Pasal 1 Undang-Undang No.45 Tahun 2009, ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan.
(27)
Didalam bagian penjelasan dijelaskan bahwa yang termasuk ke dalam jenis ikan adalah :
a. ikan bersirip (pisces);
b. udang, rajungan, kepiting, dan sebangsanya (crustacea);
c. kerang, tiram, cumi-cumi, gurita, siput, dan sebangsanya (mollusca); d. ubur-ubur dan sebangsanya (coelenterata);
e. tripang, bulu babi, dan sebangsanya (echinodermata); f. kodok dan sebangsanya (amphibia);
g. buaya, penyu, kura-kura, biawak, ular air, dan sebangsanya (reptilia); h. paus, lumba-lumba, pesut, duyung, dan sebangsanya (mammalia);
i. rumput laut dan tumbuh-tumbuhan lain yang hidupnya di dalam air (algae); dan j. biota perairan lainnya
FAO mendefinisikan ikan sebagai organisme yang hidup diair. Kelompok organisme yang dikelompokan sebagai ikan adalah ikan bersirip (fin fish), krustasea, moluska, binatang air lainnya dan tanaman air. Ikan termasuk kelas Pisces yang merupakan kelas terbesar dalam golongan vertebrata (Djuwanah dalam Hartati, 2005).
Ikan dapat dibagi menjadi dua golongan berdasarkan habitatnya, yaitu ikan laut dan ikan air tawar. Ikan laut adalah ikan yang hidup di laut. Contoh ikan laut adalah tongkol, kakap, bawal, selar, kembung, layang, teri, tenggiri, pari. Ikan air tawar adalah ikan yang hidup di air payau, empang, tambak, danau, rawa, kali, dan
(28)
galengan, contohnya gurami, mas, mujair, gabus, lele, bandeng, belut. (Tarwotjo, 1998).
Habitat tersebut akan menentukan jenis makanan ikan, yang kemudian akan mempengaruhi kandungan zat gizi ikan. Ikan air tawar terutama kaya akan karbohidrat dan protein, sedangkan ikan laut kaya akan lemak, vitamin dan mineral (Khomsan, 2004).Menurut Devi dalam Mutiah (2012), nilai gizi ikan laut lebih tinggi dibandingkan ikan air tawar. Kandungan asam lemak omega-3 yang relatif tinggi membuat ikan laut dalam baik untuk pertumbuhan otak anak. Sampai saat ini umumnya ikan hanya dikonsumsi langsung, padahal sebenarnya ikan dapat diolah menjadi berbagai produk seperti ikan asin, kemplang, baso ikan, tepung ikan, dan sebagainya (Yuliarti, 2008).
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata daging ikan mempunyai komposisi kimia sebagai berikut:
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Daging Ikan
Komposisi Jumlah Kandungan (%)
Air 60,0 – 84,0
Protein 18,0 – 30,0
Lemak 0,1 –2,2
Karbohidrat 0,0 – 1,0
Vitamin dan Mineral Sisanya
Sumber: Suhartini dan Hidayat dalam Meliala (2009).
Kebutuhan setiap manusia akan protein hewani sangat bervariasi, tergantung pada umur, jenis kelamin,dan aktivitas yang dilakukan. Kalau kita andaikan sumber protein hewani hanya berasal dari ikan, rata-rata protein ikan yang harus dimakan dan
(29)
sumbangan protein ikan terhadap angka kecukupan protein menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Presentase Sumbangan Konsumsi Protein Ikan dan Hasil Olahannya Terhadap Angka Kecukupan Protein Menurut Kelompok Umur
Kelompok Umur (Thn) Rata-rata protein ikan (gr/hari) Rata-rata AKP (gr/hari) Sumbangan protein ikan thdp AKP (%)
Bayi, anak (0 – 9) 7,5 28 26,8
Wanita, remaja (10 – 19) 10,1 62 16,3
Pria, remaja (10 – 19) 10,3 64 16,1
Wanita, dewasa (19 – 55) 13,8 56 24,6
Pria, dewasa (>19 – 55) 12,4 64 19,4
Wanita, lansia (>55) 10,4 55 18,9
Pria, lansia (>55) 11,4 62 18,4
Sumber: Riskesdas, 2010.
Daging ikan mempunyai beberapa fungsi yang sangat penting bagi tubuh manusia, diantaranya:
1. Menjadi sumber energi yang sangat dibutuhkan dalam menunjang aktivitas kehidupan sehari-hari
2. Membantu pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh
3. Mempertinggi daya tahan tubuh terhadap serangan penyakit dan juga memperlancar proses-proses fisiologis di dalam tubuh (Saparinto, 2006).
Kekurangan daging ikan dapat berakibat timbulnya penyakit kuashiorkor, busung lapar, terhambatnya pertumbuhan mata, kulit dan tulang serta menurunnya tingkat kecerdasan (terutama pada anak-anak), bahkan dapat menimbulkan kematian.
(30)
Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh apabila kita lebih memanfaatkan ikan sebagai sumber makanan daripada produk hewani lainnya, yakni:
1. Kandungan protein pada daging ikan cukup tinggi (20%) dan tersusun oleh sejumlah asam amino yang berpola mendekati pola kebutuhan asam amino di dalam tubuh manusia. Nilai biologis (NB) ikan relatif tinggi yaitu sebesar 90%, artinya apabila berat daging ikan yang dimakan adalah 100 gram, jumlah protein yang akan diserap oleh tubuh lebih kurang 90% dan hanya 10% yang terbuang. 2. Daging ikan relatif lunak karena hanya mengandung sedikit tenunan pengikat
(tendon) sehingga lebih mudah dicerna oleh tubuh.
3. Meskipundaging ikan mengandung lemak cukup tinggi (0,1-2,2%), akan tetapi karena 25% dari jumlah tersebut merupakan asam-asam lemak tak jenuh terutama asam lemak omega-3 yang sangat dibutuhkan manusia dan kadar kolesterol sangat rendah, daging ikan tidak berbahaya bagi manusia, juga bagi orang-orang yang kelebihan kolesterol.
4. Daging ikan mengandung sejumlah mineral yang sangat dibutuhkan tubuh manusia, seperti: K, Cl, P, S, Mg, Ca, Fe, Mn, Zn, F, Ar, Cu, dan Y. Selain itu ikan juga mengandung vitamin A dan D dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan hidup manusia, sehingga sangat menunjang kesehatan mata, kulit, dan proses pembentukan tulang terutama pada anak balita.
(31)
6. Harga ikan relatif murah bila dibandingkan dengan sumber protein hewani lain. Dengan demikian, biaya yang diperlukan untuk mencukupi kebutuhan akan protein hewani melalui peningkatan produksi perikanan relatif murah.
7. Daging ikan dapat diterima oleh segenap lapisan masyarakat, baik ditinjau dari segi kesehatan, agama, suku bangsa, maupun tingkat perekonomian (Afrianto & Liviawaty, 1996).
Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani mengandung asam lemak tak jenuh. Omega-3 dan omega-6 termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak esensial yang berguna untuk memperkuat daya tahan otot jantung, melenturkan pembuluh darah, hingga menurunkan kadar trigliserida dan mencegah penggumpalan darah, meningkatkan kecerdasan otak jika diberikan sejak dini. Bahkan pertumbuhan sel otak manusia sangat tergantung pada kadar omega-3 secara cukup sejak bayi dalam kandungan sampai balita sehingga tumbuh dengan potensi kecerdasan maksimal.Untuk pencegahan terhadap kekurangan asam lemak esensial, ahli nutrisi menyarankan manusia harus mengonsumsi tidak kurang dari 2,4% dari total asupan omega-6 dan 0,5-1,0% dari total asupan omega-3 (Meliala, 2009). Kandungan omega-3 pada beberapa jenis ikan dapat dilihat pada Tabel 2.3.
(32)
Tabel 2.3. Kandungan Omega 3 dalamBerbagai Jenis Ikan (Per 100 gr Ikan) Jenis Ikan Kandungan
Lemak Total
Asam Lemak
Kolesterol Jenuh (g) Tak Jenuh
(g)
Tak Jenuh Ganda (g)
Bawal 9,5 3,5 2,6 1,1 50
Ekor kuning 1,2 0,3 0,2 0,3 -
Kepiting 1,1 0,1 0,2 0,4 127
Kembung 11,5 3,0 4,7 3,0 47
Lais 4,3 1,0 1,6 1,0 58
Emas 5,6 1,5 2,3 1,4 67
Nilam 8,2 0,2 3,8 1,5 -
Rajungan 1,3 3,6 0,2 0,5 78
Tenggiri 13,9 1,3 5,4 3,7 80
Teri 4,8 1,3 1,2 1,6 -
Tongkol 4,9 0,2 0,2 1,8 77
Tiram 0,8 0,1 0,1 0,3 47
Udang 1,5 0,2 0,3 0,6 125
Sumber: Saparinto, 2006.
Menurut Waisima dalam Mutiah (2012), masyarakat di negara dengan tingkat konsumsi ikan yang tinggi, selain berkolerasi positif dengan tingkat kecerdasan masyarakat, penurunan kolesterol dan pencegahan berbagai penyakit degeneratif, juga menunjukkan tingkat harapan hidup yang relatif lebih lama yaitu mencapai sekitar 80 tahun. Menurut Khomsan (2002), budaya makan ikan yang tinggi dalam masyarakat Jepang telah membuktikan terjadinya peningkatan kualitas kesehatan dan kecerdasan pada anak-anak di negara tersebut. Konsumsi ikan minimal 2-3 kali dalam sehari efeknya dapat mencegah penyakit, menjadi cerdas dan sehat (Siswono dalam
Meliala, 2009). Data Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa rata-rata konsumsi protein dari bahan pangan ikan pada kelompok usia bayi dan anak-anak adalah 7,5 gram/hari. Kandungan protein ikan menurut DKBM selengkapnya terdapat pada Tabel 2.4.
(33)
Tabel 2.4. Kandungan Protein dalam Berbagai Jenis Ikan (Per 100 gr Ikan)
Jenis Ikan Protein (g)
Bader (tawes) 19,0
Bandeng 20,0
Bawal 19,0
Bekasang 14,0
Beunteur 14,0
Cue selar kuning 27,0
Ekor kuning 17,0
Gabus kering 58,0
Gabus segar 25,2
Hiu, ikan hiu 20,1
Ikan asin kering 42,0
Ikan mas 16,0
Ikan segar 17,0
Kakap 20,0
Kembung 22,0
Keong 12,0
Kepiting 13,8
Kerang 8,0
Kodok 16,4
Kerupuk ikan, dengan pati 16,0
Kerupuk udang, dengan pati 17,2
Kura-kura 19,1
Layang 22,0
Lemuru 20,0
Paling, belut 14,0
Peda banjar 28,0
Pepetek 32,0
Petis udang 15,0
Petis ikan 20,0
Pindang banjar 28,0
Pindang benggol 31,0
Pindang layang 30,0
Pindang selar kecil 27,0
Rebon (udang kecil segar) 16,2
Rebon kering 59,4
Sardencis dalam kaleng 21,1
Selar kering 38,0
Selar segar 18,8
Sepat kering 38,0
Tembang 16,0
Teri bubuk 60,0
Teri kering 33,4
Teri kering sekali (tawar) 68,7
Teri nasi (kering) 32,5
Teri segar 16,0
Terasi merah 30,0
(34)
2.2.Prestasi Belajar
Prestasi selalu dihubungkan dengan pelaksanaan suatu kegiatan atau aktivitas. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi belajar merupakan output dari proses belajar (Kusumaningsih, 2009)
Purwodarminto mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai, dilakukan ataupun dikerjakan oleh seseorang siswa dalam jangka waktu tertentu dan tercatat dalam buku rapor sekolah. Begitu juga yang dikemukakan oleh Yaspir Gandhi Wirawan yang mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan dalam nilai rapor. Jadi dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil dari suatu aktivitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil pendidikan yang diwujudkan berupa angka-angka dalam rapor (Setiawati, 2002).
Menurut Opit dan Thanthowi dalam Priyatno (2001), faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan besar yaitu: (1) faktor internalmeliputi aspek fisik, gizi dan kesehatan, minat, motivasi, konsentrasi, keingintahuan, kepercayaan diri, serta intelegensi, (2) faktor eksternal meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat. Faktor-faktor ini akan saling berinteraksi secara langsung atau tidak langsung dalam mempengaruhi prestasi belajar.
(35)
2.3.Status Gizi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi dan dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2001). Jelliffe dan Jellife dan Jahari dalam Hartati (2005) mendefinisikan status gizi sebagai gambaran tentang perkembangan keadaan
keseimbangan antara asupan (“intake”) dan kebutuhan (“requirement”) zatgizi seorang anak untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh. Keadaan keseimbangan antara asupan dan kebutuhan zat gizi ini disebut status gizi. Lebih lanjut Supariasa (2002) mendefinisikan status gizi sebagai ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari “nutriture” dalam bentuk variabel tertentu. Dari definisi diatas jelas bahwa untuk mendapatkan status gizi yang baik diperlukan keseimbangan antara asupan zat gizi yang berasal dari makanan dengan kebutuhan tubuh. Bila terjadi ketidakseimbangan antara asupan dengan kebutuhan misal asupan zat gizi lebih sedikit daripada kebutuhan maka akan terjadi gangguan pertumbuhan pada anak.
Parameter antropometri merupakan dasar dari penilaian status gizi. Di Indonesia baku rujukan Kemenkes RI No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 merupakan baku rujukan yang terbaru sebagai pembanding dalam penilaian status gizi dan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat. Untuk menilai status gizi anak usia sekolah dapat digunakan indikator indeks massa tubuh menurut umur (IMT/U) untuk usia 5-18 tahun. Indikator IMT/U dapat digunakan untuk mengidentifikasi kurus dan
(36)
gemuk, masalah kurus dan gemuk pada umur dini dapat berakibat pada risiko berbagai penyakit degeneratif pada saat dewasa (Teori Barker) (Riskesdas, 2013).
Selain dengan antropometri, penilaian status gizi juga dapat dilakukan secara tidak langsung yaitu dengan survei konsumsi. Survei konsumsi untuk rumah tangga dan individu yang seringdilakukan antara lain menggunakan food frequency questionaire (FFQ), dan recall makanan 24 jam (Tee dalam Hartati, 2005). Pada FFQ dicatat jenis bahan makanan, frekuensi penggunaan bahan makanan dan jumlah bahan makanan yang digunakan. Recall makanan 24 jam adalah mengingat kembali makanan yang telah dikonsumsi selama 24 jam sehari sebelumnya dan melalui recall
makanan 24 jam ini dapat diketahui jumlah makanan yang dikonsumsi dan kecukupan zat gizi seseorang (Jelliffe & Jelliffe dalam Hartati, 2005).
Angka kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak sekolah tercantum dalam Tabel 2.5.
Tabel 2.5. Angka Kecukupan Gizi bagi Anak Sekolah Kelompok Umur Anak (th) BB (kg) TB (cm) Energi (kkal) Prot (g) Lemak (mg) KH (mg) Serat (mg) Air (mg)
4-6 19 112 1600 35 62 220 22 1500
7-9 27 130 1850 49 72 254 26 1900
10-12 (pria) 34 142 2100 56 70 289 29 1800
10-12 (wanita) 36 145 2000 60 67 275 28 1800
Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi X, 2012.
Dalam periode ini, pertumbuhan berjalan terus dengan mantap walaupun tidak secepat waktu bayi. Adakalanya mereka lebih suka makan di kantin mengikuti teman-temannya karena makan bersama teman-temannya akan menambah selera
(37)
makannya. Pendidikan gizi pada golongan usia ini banyak faedahnya. Guru harus menerangkan makan apa yang bergizi dan hubungan antara yang dimakan sehari-hari dengan pertumbuhan dan kesehatannya. Anak-anak golongan usia sekolah ini mudah menerima ajaran gurunya bahkan dapat meneruskannya pada orangtuanya (Waluyo, 2010).
2.4.Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar
Children’s food consumption behaviour model yang dikemukakan oleh Lund dan Burk (1969) menyatakan bahwa konsumsi pangan anak tergantung pada sikap, pengetahuan dan tiga motivasi utama terhadap pangan yaitu kebutuhan biologis, psikologis, dan sosial yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga dan sekolah (Baliwati, Khomsan & Retnaningsih, 2004). Kekurangan gizi berakibat menurunnya tingkat kecerdasan anak-anak. Menurunnya kualitas manusia usia muda ini akan berarti hilangnya sebagian besar potensi cerdik pandai yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan bangsa (Suhardjo, 1996).
Jenis ikan diduga berhubungan dengan prestasi belajar karena menurut Harli (2004), jenis ikan laut memiliki kadar omega-3, vitamin dan mineral yang tinggi, sebaliknya ikan darat (air tawar) tinggi akan karbohidrat dan asam lemak omega-6, kedua jenis ikan tersebut merupakan sumber zat gizi yang bermutu dan disarankan secara bergantian mengonsumsi kedua jenis ikan tersebut agar saling melengkapi kekurangan zat gizi lainnya yang mencukupi kebutuhan gizi agar tercapai prestasi belajar yang optimal.
(38)
Penelitian yang dilakukan oleh Apriani (2012) tentang pola konsumsi ikan pada anak balita di Nagari Taruang-Taruang Kecamatan Rao Kabupaten Pasaman menunjukan bahwa frekuensi konsumsi ikan pada anak balita adalah 3-4 hari/minggu, jenis ikan yang sering dikonsumsi adalah ikan mujair, ikan nila dan ikan teri, serta rata-rata jumlah ikan yang dikonsumsi 63,75 gr/hr.
Meliala (2009) yang melakukan penelitian tentang konsumsi ikan dan kontribusinya terhadap kebutuhan protein pada keluarga nelayan di Lingkungan IX Kelurahan Labuhan Deli Kecamatan Medan Marelan menunjukkan bahwa jenis ikan yang paling sering dikonsumsi adalah ikan dencis (39,74%), jumlah rata-rata konsumsi ikan (319,04 gram), dan frekuensi makan ikan lebih dari 2 kali sehari (56,48%) dan rata-rata kontribusi ikan terhadap kebutuhan protein (13,18%).
Penelitian yang dilakukan oleh Zulaihah dan Widajanti (2006) menunjukkan bahwa frekuensi makan ikan dengan prestasi belajar ada hubungan yang signifikan dan hubungannya tergolong kuat dan positif, artinya setiap peningkatan yang terjadi pada frekuensi makan ikan maka meningkat pula prestasi belajarnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang ditulis oleh Departemen Kelautan dan Perikanan yang menyatakan bahwa seseorang yang mengkonsumsi ikan dan makanan laut lainnya 3 kali dalam seminggu bisa mempertahankan kesehatan tubuhnya dan secara tidak langsung akan meningkatkan daya ingat dan kemampuan belajarnya. Sehingga dengan frekuensi makan ikan yang baik atau tinggi akan meningkatkan prestasi belajar anak sekolah. Terutama untuk usia anak sekolah dasar perlu mendapat
(39)
khususnya perkembangan otak untuk meningkatkan prestasi belajarnya (Pari dalam
Zulaihah & Widajanti, 2006).
2.5.Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi
Salah satu masalah gizi kurang di Indonesia adalah masalah Kurang Energi Protein (KEP) yang disebabkan oleh kekurangan makan sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein (termasuk ikan). Pada anak-anak, KEP dapat menghambat pertumbuhan, rentan terhadap penyakit terutama penyakit infeksi dan mengakibatkan rendahnya tingkat kecerdasan. Kemiskinan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya KEP. Namun, faktor lain selain kemiskinan yang berpengaruh adalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang makanan pendamping serta tentang pemeliharaan lingkungan yang sehat (Almatsier, 2001).
Penelitian yang dilakukan oleh Zulaihah dan Widajanti (2006) tentang hubungan kecukupan Asam Eikosapentanoat (EPA), Asam Dokosaheksanoat (DHA) ikan dan status gizi dengan prestasi belajar siswa menyimpulkan frekuensi makan ikan dengan status gizi tidak ada hubungan yang signifikan dan hubungan kedua variabel tergolong lemah. Sedangkan menurut teori, kebiasaan makan ikan yang baik umumnya dapat membentuk status gizi yang baik dan demikian pula sebaliknya, karena ikan mempunyai nilai tambah yaitu tinggi EPA dan DHA yang bisa mengatasi masalah gizi kurang (Pudjadi; Karyadi dalam Zulaihah & Widajanti 2006). Apabila dihubungkan dengan hasil penelitian, teori tersebut tidak sesuai karena siswa dengan kebiasaan/frekuensi makan ikan yang rendah/tinggi sama-sama lebih banyak yang
(40)
yang mempunyai kebiasaan makan ikan yang tinggi akan mempunyai status gizi normal dan sebaliknya.
Kebiasaan/frekuensi makan ikan tidak mempunyai hubungan dengan status gizi karena data hasil survei konsumsi tidak lengkap, hanya dari sumber ikan saja, padahal seseorang untuk mencapai status gizi yang baik harus mengkonsumsi makanan yang lengkap. Berdasarkan teori Almatsier bahwa kebiasaan makan (ikan) tidak mempengaruhi status gizi secara langsung, tetapi mempengaruhi utilisasi makanan terlebih dahulu yang meliputi pencernaan dan penyerapan serta metabolisme zat gizi (Almatsier, 2001). Hal ini mendukung penelitian Ashifatin (2001), bahwa tidak ada hubungan kebiasaan makan dengan status gizi anak SD (Zulaihah & Widajanti, 2006).
2.6.Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Mutiah (2012), hasil uji kolerasi
Rank Spearman menunjukkan adanya hubungan yang nyata antara status gizi berdasarkan indikator TB/U dengan prestasi belajar (r=0.320, p<0.05). Hal ini berarti semakin baik status gizi siswa jika dilihat padanilai z-score berdasarkan TB/U menunjukkan siswa semakin berprestasi. Siswa yang memiliki postur tubuh yang tinggi cenderung akan mendapatkan prestasi belajar yang baik daripada siswa dengan postur tubuh pendek. Hal tersebut juga terjadi pada hasil uji kolerasi Rank Spearman
yang menunjukkan hubungan yang nyata berdasarkan indikator IMT/U dengan prestasi belajar (r=0.255, p<0.05).
(41)
2.7.Kerangka Konsep
Gambar1. Kerangka Konsep Penelitian Keterangan:
Konsumsi ikan dilihat dari tiga sub variabel yaitu jenis ikan, jumlah konsumsi protein ikan dan frekuensi konsumsi ikan, ketiganya akan dianalisis hubungannya dengan prestasi belajar anak secara langsung. Namun, status gizi dalam penelitian ini juga dilihat sebagai variabel yang mungkin dapat mempengaruhi hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak.
2.8.Hipotesis
Ha : Ada hubungan antara konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak.
Prestasi Belajar Anak Konsumsi Ikan
- Jenis
- Jumlah Protein - Frekuensi
(42)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survei dengan desain cross-sectional
(potong lintang) yang paparan dan dampaknya diamati secara bersamaan pada individu terpilih dari populasi yang ditentukan untuk mengetahui hubungan konsumsi ikan dengan prestasi belajar anak di SD Brigjend Katamso II Medan.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Brigjend Katamso II yang terletak di Jl. Marelan Raya Pasar III, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan atas beberapa pertimbangan:
1. Berdasarkan letaknya, SD Perguruan Nasional Brigjend Katamso II dekat dengan pasar tradisional Marelan dan daerah penghasil ikan yang menjamin ketersediaan ikan.
2. Berdasarkan survei pendahuluan pada tanggal 24 Mei 2014 didapatkan data yaitu 8 dari 10 orang anak sekolah yang diwawancarai ternyata jarang makan ikan.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2013 hingga Agustus 2014.
(43)
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SD Brigjend Katamso II Medan dari kelas I hingga kelas III berjumlah 229 siswa yang terdiri dari 102 orang siswa kelas I, 98 orang siswa kelas II dan 29 orang siswa kelas III.
3.3.2. Sampel
Sampel dipilih menggunakan salah satu teknik random sampling yaitu
proportional stratified random sampling dimana pengambilan sampel dilakukan secara acak dengan memperhatikan strata yang ada sehingga setiap strata terwakili sesuai proporsinya. Jumlah sampel minimum yang akan diteliti dihitung dengan menggunakan rumus Lemeshow pada tingkat kepercayaan 95% (Isgianto, 2009), yaitu:
n = Z21-/2 . P (1-P).N d2(N-1) + Z21-/2 . P (1-P) Keterangan :
n = Jumlah minimum sampel N = Jumlah populasi (229 orang) d = Galat pendugaan (ditetapkan 10%)
1-/2 = Nilai tabel distribusi Z dengan 5% (1,96)
P = Proporsi populasi (ditetapkan 0,5 sebagai maximal estimation karena tidak ditemukan proporsi dari penelitian terdahulu )
(44)
Untuk mempermudah penelitian maka besar sampel yang diperoleh pada setiap kelas diperoleh dengan rumus: i = n, maka:
Tabel 3.1. Besar Sampel Penelitian
Kelas Populasi Sampel
I 102 30
II 98 29
III 29 9
Total 229 68
Sumber: Data siswa SD Brigjend Katamso II, 2014.
Tabel diatas menunjukkan bahwa sampel yang diambil dari kelas I ada 30 siswa, kelas II ada 29 siswa, dan untuk kelas III ada 9 siswa, sehingga total sampel adalah 68 siswa.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Penulis menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan:
1. Data Primer
Data primer dalam penelitian ini adalah identitas responden, konsumsi ikan, berat badan dan tinggi badan anak. Identitas responden diperoleh menggunakan kuesioner. Data konsumsi ikan merupakan hasil wawancara langsung dengan tatap muka tentang konsumsi ikan anak yang ditanyakan langsung ke ibu si anak sebagai responden menggunakan formulir Food Recall 24 jam (selama dua hari tidak berurutan) dan juga FFQ (Food Frequency Questionnaire). Data berat badan dan tinggi badan diperoleh melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan secara
(45)
2. Data Sekunder
Data sekunder dalam penelitian ini meliputi gambaran umum sekolah dan rapor bulanan selama semester genap T.A 2013/2014 siswa yang diperoleh dari dokumen sekolah sebagai lokasi penelitian. Adapun alur pengumpulan data dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini:
Gambar 2. Alur Pengumpulan Data 3.5. Instrumen/Alat Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data terdiri dari: 1. Kuesioner identitas responden
2. Formulir Food Recall 24 jam.
3. Formulir FFQ (Food Frequency Questionnaire).
4. Dokumen sekolah tentang gambaran umum sekolah dan rapor bulanan siswa Survei ke Sekolah
Pengumpulan Data
Data Primer:
1. Pengukuran BB dan TB siswa secara langsung di sekolah.
2. Wawancara langsung kepada ibu si anak sebagai responden menggunakan: a. Kuesioner
b. Food Recall 24 jam selama dua hari tidak berurutan.
c. FFQ
Data Sekunder: 1. Gambaran umum sekolah. 2. Rapor bulanan selama
semester genap T.A.2013/2014.
(46)
5. Daftar Ukuran Rumah Tangga.
6. Timbangan injak (bathroom scale) dengan tingkat ketelitian 1 kg. 7. Microtoise dengan tingkat ketelitian 0,1 cm.
3.6 Definisi Operasional
Definisi operasional pada penelitian ini yaitu:
1. Jenis ikan adalah berbagai macam ikan laut, ikan air tawar dan hasil olahan ikan yang dimakan oleh anak selama seminggu, diperoleh dengan food recall
24 jam selama dua hari tidak berurutan.
2. Jumlah konsumsi ikan adalah banyaknya protein dari ikan yang dimakan oleh anak, diperoleh dengan food recall 24 jam selama dua hari tidak berurutan. 3. Frekuensi konsumsi ikan adalah tingkat keseringan anak memakan ikan laut
dan ikan air tawar beserta hasil olahannya selama seminggu yang diperoleh dengan FFQ.
4. Prestasi belajar adalah hasil belajar siswa yang diukur dari rata-rata jumlah nilai rapor bulanan siswa selama semester genap T.A. 2013/2014 meliputi semua mata pelajaran.
5. Status gizi adalah keadaan fisik siswa yang diukur secara antropometri menggunakan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) anak umur 5-18
tahun menggunakan baku rujukan Kemenkes RI
(47)
3.7. Aspek Pengukuran 3.7.1.Konsumsi Ikan
Data konsumsi ikan diperoleh dari data konsumsi makanan harian siswa yang meliputi jenis, jumlah dan frekuensi konsumsi ikan yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan ibu siswa sebagai responden menggunakan FFQ dan formulir food recall 24 jam selama dua hari tidak berurutan.
1. Jenis ikan yang dikonsumsi diambil datanya dari formulir food recall 24 jam, dan diklasifikasikan: ikan laut dan olahannya, ikan air tawar dan olahannya, keduanya (ikan laut dan air tawar) dan tidak keduanya.
2. Jumlah ikan diambil datanya dari food recall 24 jam dalam satuan URT, kemudian dari satuan URT dikonversikan ke dalam satuan gram menggunakan Daftar Ukuran Rumah Tangga (DURT) dan kandungan proteinnya dilihat pada Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM), kemudian jumlah protein ikan diklasifikasikan menurut rata-rata angka kecukupan protein ikan dalam Riskesdas (2010): cukup (≥7,50 gram/hari)dan kurang (<7,50 gram/hari). 3. Frekuensi konsumsi ikan diambil datanya dari FFQ dan diklasifikasikan: sering
(≥7x/minggu), kadang-kadang (4-6x/minggu), jarang (1-3x/minggu) dan tidak pernah.
3.7.2.Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa dilihat dari rata-rata jumlah nilai rapor bulanan siswa selama semester genap T.A. 2013/2014 meliputi semua mata pelajaran dan
(48)
diklasifikasikan menurut Syah (2010): sangat baik (80 – 100), baik (70 – 79), cukup (60 – 69) dan kurang (<59).
3.7.3.Status Gizi
Status gizi diukur berdasarkan standar antropometri Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U) anak umur 5-18 tahun menggunakan baku rujukan Kemenkes RI No. 1995/MENKES/SK/XII/2010 dan diklasifikasikan: gizi lebih (termasuk obesitas (> 2 SD) dan gemuk (>1 SD sampai dengan 2 SD)), normal (-2 SD sampai dengan 1 SD) dan gizi kurang (termasuk kurus (-3 SD sampai dengan <-2 SD) dan sangat kurus (<-3 SD)).
3.8. Metode Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap sebagai berikut : 1. Pengeditan Data (Editing)
Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah diisi, berkaitan dengan kelengkapan pengisian, kejelasan, relevansi, dan koreksi terhadap kesalahan pengisian.
2. Pemasukkan Data (Entry)
Tahapan ini dilakukan dengan cara memasukkan data ke dalam komputer untuk diolah dan dianalisis melalui program SPSS for windows.
3. Pengkodean Data (Coding)
Setelah di entry, jawaban diberikan kode untuk mempermudah dalam pengelolaannya. Setiap variabel dalam penelitian ini dilakukan pengkodean
(49)
a. Identitas Responden:
a. Jenis kelamin anak: 1. Laki-laki, 2. Perempuan. b. Umur: 1. 5-6 tahun, 2. 7-9 tahun.
c. Agama: 1. Islam, 2. Kristen Protestan, 3. Kristen Katolik, 4. Budha, 5.Hindu.
d. Pekerjaan Ayah: 1. PNS, 2. Karyawan, 3. Wiraswasta, 4. Petani/Nelayan, 5. Lain-lain.
e. Pekerjaan Ibu: 1. PNS, 2. Karyawan, 3. Wiraswasta, 4. Petani/Nelayan, 5. Ibu Rumah Tangga
f. Riwayat Alergi: 1. Ya, 2. Tidak. b. Konsumsi ikan:
a. Jenis ikan: 1. Ikan Laut, 2. Ikan Air Tawar, 3. Keduanya, 4. Tidak Keduanya.
b. Jumlah protein ikan: 1.Cukup (≥7,50 gram/hari), 2. Tidak Cukup (<7,50 gram/hari).
c. Frekuensi ikan: 1. Sering (≥7x/minggu), 2. Kadang-Kadang (4-6x/minggu), 3. Jarang (1-3x/minggu), 3. Tidak Pernah.
c. Prestasi Belajar: 1. Sangat Baik (80 – 100), 2. Baik (70 – 79), 3. Cukup (60 – 69), 4. Kurang (<59)
d. Status Gizi: 1. Gizi Lebih (termasuk Obesitas (>2 SD) dan Gemuk(> 1 SD sampai dengan 2 SD)), 2. Normal (-2 SD sampai dengan 1 SD), 3. Gizi
(50)
Kurang (termasuk Kurus (-3 SD sampai dengan <-2 SD) dan Sangat Kurus (< -3 SD)).
4. Pengecekan Data (Cleaning)
Data diperiksa secara keseluruhan, apakah ada kesalahan atau tidak. 3.9. Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: 1. Analisis univariat
Analisis univariat dilakukan untuk menyajikan data distribusi frekuensi. Uji analisis univariat dilakukan dengan program SPSS for windows.
2. Analisis uji Chi Square
Analisis uji Chi Square dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui hubungan variabel konsumsi ikan dengan prestasi belajar, konsumsi ikan dengan status gizi, serta status gizi dengan prestasi belajar. Uji Chi Square dilakukan dengan program SPSS for windows.
(51)
BAB IV
HASIL PENELITIAN 4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso II berada di bawah naungan Yayasan Perguruan Nasional Brigjend Katamso II dan beralamat di Jl. Marelan Raya, Pasar III Lk. XII Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan, Kota Medan, sesuai dengan Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan Nomor 420/11066.PPMP/2012, pada tanggal 11 Oktober 2012 tentang Izin Pendirian/Operasional Sekolah Swasta. Nomor Statistik Sekolah (NSS) adalah 104076011028. Visi Perguruan Nasional Brigjend Katamso II adalah mencerdaskan dan membangun karakter bangsa, dan misi Perguruan Nasional Brigjend Katamso harus menjadi sekolah unggulan/kelas utama dengan ciri khas pendidikan nilai-nilai kemanusiaan/budi pekerti, mendidik dan menghasilkan anak didik yang cakap intelek, stabil emosi, teguh moral, dan peka intuisi spiritual sehingga tercapai keunggulan kemanusiaan (human excellence).
Program pendidikan SD Brigjend Katamso II menyiapkan dasar yang kuat untuk membangun karakter dari usia dini, cerdas pengetahuan dan berbudi pekerti luhur serta mandiri, guna mengikuti pendidikan lebih lanjut. Pembelajaran dilakukan dengan pendekatan metoda PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Jumlah siswa secara keseluruhan adalah 221 orang, terdiri dari 108 siswa laki-laki dan 113 siswa perempuan. Jumlah guru SD adalah 11 orang, terdiri
(52)
secara kombinasi, yakni kelas pagi bagi kelas I dan III serta kelas siang bagi kelas II. Rata-rata uang sekolah adalah Rp 155.000,00/siswa/bulan.
Sekolah ini memiliki fasilitas sumber air bersih dari PDAM, listrik, telepon, internet. Setiap kelas dilengkapi sarana belajar (papan tulis, meja dan kursi guru, meja dan kursi siswa) dengan kondisi baik. Daya tampung setiap kelas maksimal adalah 40 orang. Pencahayaan dan ventilasi di setiap kelas juga sudah cukup baik. Hal yang cukup menarik perhatian dari sekolah ini adalah di setiap sudut sekolah dicantumkan slogan motivasi untuk memotivasi para guru dan siswa. Penyelenggaraan makanan dengan menu vegetarian yang dikelola oleh pihak sekolah, tanpa dibantu oleh ahli gizi, hanya diperuntukkan bagi para guru dan pegawai sekolah. Oleh karena itu, hal tersebut tidak mempengaruhi pola konsumsi siswa.
4.2.Gambaran Identitas Responden
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan ibu responden menggunakan kuesioner di SD Brigjend Katamso II, maka diperoleh data distribusi responden berdasarkan jenis kelamin, umur, agama, pekerjaan ayah, pekerjaan ibu dan riwayat alergi yang terdapat pada Tabel 4.1.
(53)
Tabel 4.1. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Agama, Pekerjaan Ayah, Pekerjaan Ibu dan Riwayat Alergi di SD Brigjend Katamso II
Identitas Responden Jumlah (Orang) Persentase (%) Jenis Kelamin
- Laki-laki 36 52,94
- Perempuan 32 47,06
Umur
- 5-6 Tahun 19 27,90
- 7-9 Tahun 49 72,10
Agama
- Islam 53 77,94
- Kristen 9 13,24
- Katolik 3 4,41
- Buddha 2 2,94
- Hindu 1 1,47
Pekerjaan Ayah
- PNS 12 17,65
- Karyawan 29 42,65
- Wiraswasta 24 35,29
- Lain-lain 3 4,41
Pekerjaan Ibu
- PNS 11 16,18
- Karyawan 3 4,41
- Wiraswasta 4 5,88
- Ibu Rumah Tangga 50 73,53
Riwayat Alergi
- Ya 10 14,71
- Tidak 58 85,29
Total 68 100,00
Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa dalam penelitian ini, sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 52,94%. Kisaran umur dalam penelitian ini adalah 5 tahun sampai dengan 9 tahun dan sebagian besar berada pada kategori umur 7-9 tahun sebanyak 72,10%. Sebagian besar memeluk agama Islam sebesar 77,94%. Pekerjaan ayah sebagai karyawan sebesar 42,65%. Pekerjaan ibu
(54)
sebagai ibu rumah tangga sebesar 73,53%. Sekitar 85,29% anak tidak memiliki riwayat alergi terhadap ikan, hal ini tentunya dapat mendukung tingkat konsumsi ikan.
4.3.Gambaran Konsumsi Ikan Anak-Anak di SD Brigjend Katamso II
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan menggunakan formulir food recall 24 jam sebanyak dua kali dengan hari yang tidak berurutan dan FFQ di SD Brigjend Katamso II, maka diperoleh data konsumsi ikan responden yang terdapat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2. Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Ikan di SD Brigjend Katamso II
Konsumsi Ikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Jenis Ikan
- Ikan laut dan olahannya
33 48,5
- Ikan air tawar dan olahannya
10 14,7
- Keduanya 24 35,3
- Tidak keduanya 1 1,5
Jumlah Ikan
- Cukup 47 69,1
- Kurang 21 30,9
Frekuensi Konsumsi Ikan
- Sering 15 22,1
- Kadang-kadang 27 39,7
- Jarang 26 38,2
Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa distribusi responden terbanyak pada kategori jenis ikan yang dikonsumsi adalah ikan laut dan olahannya yakni sebesar 48,5%, jumlah konsumsi protein ikan berada pada kategori cukup yakni sebesar
(55)
kategori kadang-kadang yakni sebesar 39,7%. Ikan yang dikonsumsi paling banyak oleh anak-anak adalah teri, lele dan ikan asin. Distribusi jenis ikan yang dikonsumsi selengkapnya terdapat dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Distribusi Jenis Ikan yang Dikonsumsi oleh Anak-Anak di SD Brigjend Katamso II
Jenis Ikan Jumlah Persentase (%)
A. Ikan Laut
1. Teri 17 25,00
2. Udang 14 20,59
3. Sardin 10 14,71
4. Kembung 10 14,71
5. Tongkol 10 14,71
6. Kakap 6 8,82
7. Cumi-Cumi 5 7,35
8. Selar 4 5,88
9. Bawal 4 5,88
10. Pari 3 4,41
11. Kerang 3 4,41
12. Kepiting 1 1,47
B. Ikan Air Tawar
13. Lele 13 19,12
14. Nila 8 11,76
15. Gurame 5 7,35
16. Mas 3 4,41
17. Gabus 3 4,41
18. Mujair 2 2,94
19. Belut 2 2,94
C. Hasil Olahan Ikan
20. Ikan Asin 4 5,88
21. Bakso Ikan 3 4,41
22. Kembung Pindang 1 1,47
23. Terasi 1 1,47
Sumbangan protein yang bersumber dari ikan saja diharapkan dapat memenuhi 60 % dari angka kecukupan protein. Sumbangan konsumsi ikan terhadap angka kecukupan protein berada pada kategori kurang (< 60 %) yaitu sebesar 97,1% dengan rata-rata 27,18%. Sumbangan protein ikan selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
(56)
Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Sumbangan Protein Ikan di SD Brigjend Katamso II
Sumbangan Protein Ikan Jumlah (Orang) Persentase (%)
Cukup 2 2,9
Kurang 66 97,1
Total 68 100,0
4.4.Gambaran Prestasi Belajar Anak-Anak di SD Brigjend Katamso II
Berdasarkan perolehan data sekunder SD Brigjend Katamso II, maka diperoleh data prestasi belajar yang terdapat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Prestasi Belajar di SD Brigjend Katamso II
Prestasi Belajar Jumlah (Orang) Persentase (%)
Sangat Baik 39 57,4
Baik 27 39,7
Cukup 2 2,9
Total 68 100,0
Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa prestasi belajar anak tergolong sangat baik yakni sebesar 57,4%. Nilai rata-rata prestasi belajar sebesar 82,67 didapat berdasarkan rata-rata jumlah nilai rapor bulanan selama semester genap T.A 2013/2014 SD Brigjend Katamso II dari kelas I hingga kelas III meliputi mata pelajaran Agama, Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya, Pendidikan Jasmani, Bahasa Mandarin, Bahasa Inggris, Teknologi Informasi dan Komunikasi, serta Sempoa.
(57)
4.5.Gambaran Status Gizi Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II Berdasarkan hasil pengukuran langsung terhadap berat badan dan tinggi badan anak di SD Brigjend Katamso II, maka diperoleh data status gizi yang terdapat pada Tabel 4.6.
Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Gizi di SD Brigjend Katamso II
Status Gizi Frekuensi (Orang) Persentase (%)
Gizi lebih 14 20,6
Normal 49 72,0
Gizi kurang 5 7,4
Total 68 100,0
Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa anak-anak berada pada kategori status gizinormal yakni sebesar 72,0%. Rata-rata z-score dengan indeks antropometri IMT/U anak adalah -0,16 SD.
4.6. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Prestasi Belajar Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II
Hasil analisis hubungan konsumsi ikan (jenis, jumlah dan frekuensi) dengan prestasi belajar anak di SD Brigjend Katamso II diuraikan pada Tabel 4.7.
(58)
Tabel 4.7. Hubungan Konsumsi Ikan denganPrestasi Belajar di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II
No. Konsumsi Ikan
Prestasi Belajar
Jumlah
(p.) Sangat
Baik Baik Cukup
n % n % n % n %
Jenis Ikan
1. Ikan laut dan
olahannya 18 54,5 13 39,4 2 6,1 33 100,0 0,243 2. Ikan air tawar dan
olahannya 3 30 7 70,0 0 0 10 100,0
3. Keduanya 17 70,8 7 29,2 0 0 24 100,0
4. Tidak keduanya 1 100,0 0 0 0 0 1 100,0
Jumlah Ikan
1. Cukup 31 66,0 14 29,8 2 4,2 47 100,0
0,036
2. Kurang 8 38,1 13 61,9 0 0 21 100,0
Frekuensi Konsumsi Ikan
1. Sering 13 86,7 2 13,3 0 0 15 100,0
0,012 2. Kadang-kadang 17 63,0 10 37,0 0 0 27 100,0
3. Jarang 9 34,6 15 57,7 2 7,7 26 100,0
Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 54,5% dari anak-anak yang mengonsumsi jenis ikan laut dan olahannya memiliki prestasi belajar yang sangat baik (80-100). Selain itu, sebanyak 70% dari anak-anak yang mengonsumsi jenis ikan air tawar dan olahannya juga memiliki prestasi belajar yang baik (70-79). Sebagian besar anak-anak yang mengonsumsi kedua jenis ikan dan olahannya (70,8%) memiliki prestasi belajar yang sangat baik, tetapi 100% dari anak yang tidak mengonsumsi kedua jenis ikan tetap memiliki prestasi belajar yang sangat baik. Hasil uji statistik hubungan jenis ikan dengan prestasi belajar diperoleh p=0,243 > 0,05, maka H0 diterima, artinya terbukti secara signifikan tidak ada hubungan antara jenis ikan dan prestasi belajar.
(59)
Sebanyak 66,0% dari anak-anak yang jumlah konsumsi protein ikan tergolong cukup memiliki prestasi belajar yang sangat baik, sedangkan 61,9% dari anak-anak dengan jumlah konsumsi protein ikan tergolong kurang memiliki prestasi belajar baik. Hasil uji statistik hubungan jumlah konsumsi protein ikan dengan prestasi belajar diperoleh p=0,036 < 0,05, maka H0 ditolak, artinya terbukti secara signifikan ada hubungan antara jumlah ikan dan prestasi belajar.
Sebanyak 86,7% dari anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan yang tergolong sering memiliki prestasi belajar sangat baik. Sekitar 63,0% dari anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan yang tergolong kadang-kadang juga memiliki prestasi belajar sangat baik. Akan tetapi, 57,7% anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan tergolong jarang memiliki prestasi belajar yang baik. Hasil uji statistik hubungan frekuensi konsumsi ikan dengan prestasi belajar diperoleh p=0,012 < 0,05, maka H0 ditolak, artinya terbukti secara signifikan ada hubungan antara frekuensi konsumsi ikan dan prestasi belajar. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi ikan hanya dari segi jumlah dan frekuensi yang memiliki hubungan dengan prestasi belajar. 4.7. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi Anak-Anak di Sekolah Dasar
Brigjend Katamso II
Hasil analisis hubungan konsumsi ikan (jenis, jumlah dan frekuensi) dengan status gizi di SD Brigjend Katamso II diuraikan pada Tabel 4.8.
(60)
Tabel 4.8. Hubungan Konsumsi Ikan dengan Status Gizi di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II
No. Konsumsi Ikan
Status Gizi
Jumlah
(p.) Gizi Lebih Normal Gizi
Kurang
n % n % n % n %
Jenis Ikan
1. Ikan laut dan
olahannya 7 21,2 24 72,7 2 6,1 33 100,0 0,184 2. Ikan air tawar dan
olahannya 0 0 8 80,0 2 20,0 10 100,0
3. Keduanya 6 25,0 17 70,8 1 4,2 24 100,0 4. Tidak keduanya 1 100,0 0 0 0 0 1 100,0
Jumlah Ikan
1. Cukup 10 21,3 33 70,2 4 8,5 47 100,0
0,825
2. Kurang 4 19,0 16 76,2 1 4,8 21 100,0
Frekuensi Konsumsi Ikan
1. Sering 5 33,3 8 53,3 2 13,3 15 100,0
0,163 2. Kadang-kadang 6 22,2 21 77,8 0 0 27 100,0
3. Jarang 3 11,5 20 76,9 3 11,5 26 100,0
Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa 72,7% dari anak-anak yang mengonsumsi jenis ikan laut dan olahannya, 80% anak yang mengonsumsi jenis ikan air tawar dan olahannya juga, 70,8% anak yang mengonsumsi kedua jenis ikan sama-sama berada pada status gizi normal. Akan tetapi, 100% anak yang tidak mengonsumsi kedua jenis ikan berada pada status gizi lebih. Hasil uji statistik hubungan jenis ikan dengan status gizi diperoleh p=0,184 > 0,05, maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan antara jenis ikan dan status gizi.
Sebanyak 70,2% dari anak-anak dengan jumlah konsumsi protein cukup dan 76,2% anak-anak dengan jumlah protein kurang sama-sama memiliki status gizi normal. Hasil uji statistik hubungan jumlah konsumsi ikan dengan status gizi
(61)
diperoleh p=0,825 > 0,05, maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan antara jumlah ikan dan status gizi.
Sebanyak 53,3% anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan sering, 77,8% anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan kadang-kadang, dan 76,9% anak-anak dengan frekuensi konsumsi ikan jarang sama-sama berada pada status gizi normal. Hasil uji statistik hubungan frekuensi konsumsi ikan dengan prestasi belajar diperoleh
p=0,163 > 0,05, maka H0 diterima, artinya tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi ikan dan status gizi. Dapat disimpulkan bahwa konsumsi ikan jika dilihat dari segi jenis, jumlah dan frekuensi masing-masing tidak memiliki hubungan dengan status gizi.
4.8. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Anak-Anak di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II
Hasil analisis hubungan status gizi dengan prestasi belajar anak-anak di SD Brigjend Katamso II diuraikan pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar di Sekolah Dasar Brigjend Katamso II
Status Gizi
Prestasi Belajar
Jumlah
(p.)
Sangat Baik Baik Cukup
n % n % n % n %
Gizi Lebih 11 78,6 3 21,4 0 0 14 100,0
0,055
Normal 25 51,0 23 46,9 1 2,0 29 100,0
Gizi
Kurang 3 60,0 1 20,0 1 20,0 5 100,0
Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa 78,6% anak-anak yang berada pada status gizi lebih, 51,0% anak yang berada pada status gizi normal, dan 60,0% anak-anak yang berada pada status gizi kurang sama-sama memiliki prestasi belajar yang
(62)
sangat baik. Hasil uji statistik hubungan status gizi dengan prestasi belajar diperoleh
p=0,055 > 0,05, maka H0 diterima. Hal ini berarti tidak ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar.
(63)
BAB V PEMBAHASAN 5.1.Konsumsi Ikan
Konsumsi ikan dalam penelitian ini meliputi jenis, jumlah dan frekuensi konsumsi ikan. Jenis ikan yang dikonsumsi menggunakan empat kategori yaitu ikan laut dan hasil olahannya, ikan air tawar dan hasil olahannya, keduanya (ikan laut dan air tawar) dan tidak keduanya. Sebanyak 48,5% anak-anak SD Brigjend Katamso mengonsumsi jenis ikan laut dan olahannya. Ikan laut yang dikonsumsi terbanyak adalah teri sebesar 22,06%, ikan air tawar yang dikonsumsi terbanyak adalah lele sebesar 19,12%.
Teri merupakan ikan laut yang lebih disukai oleh anak-anak karena rasanya yang gurih dan tidak berduri. Ikan juga merupakan sumber kalsium,terutama pada ikan teri (Murdiati, 2013). Pada umumnya orang masih ragu dan bahkan jijik mengkonsumsi ikan lele karena mungkin pernah mendengar atau menyaksikan sendiri bagaimana keadaan ikan lele dipelihara di tambak-tambak, yang diberi makan seadanya bahkan kotoran manusia. Namun, lain halnya dengan anak-anak di SD Brigjend Katamso ini, anak-anak sering mengonsumsi ikan lele karena sudah dibiasakan oleh ibunya untuk mengonsumsi ikan lele sejak balita dan anak-anak menyukai rasanya yang gurih apabila digoreng kering. Kebiasaan pemberian makanan berbahan dasar ikan oleh ibu yang diawali sejak anak masih balita ini menjadi faktor penting dalam mendukung peningkatan konsumsi ikan. Sependapat
(64)
dengan Khomsan (2002) yang menyatakan kebiasaan makan ikan sebagai produk bergizi harus diperkenalkan sejak dini terhadap anak-anak.
Jenis ikan laut yang dikonsumsi oleh anak-anak di sekolah ini selain teri adalah udang, sardin, kembung, tongkol, kakap, cumi-cumi, selar, bawal, pari, kerang, teri nasi dan kepiting. Ikan air tawar yang dikonsumsi selain lele, yaitu ikan nila, gurame, mas, gabus, mujair, dan belut. Hasil olahan ikan yang dikonsumsi adalah ikan asin, bakso ikan, kembung pindang, dan terasi. Untuk memenuhi persediaan ikan segar di keluarga, ibu responden biasa membelinya di pasar tradisional Marelan yang buka selama 24 jam. Di daerah Terjun, tepatnya di tepi Sungai Babura, juga terdapat pasar ikan setiap sore yang menjual ikan segar yang secara langsung didistribusikan dari hasil tangkapan nelayan di perairan Laut Belawan, jadi dalam kondisi masih sangat segar dan harganya jauh lebih murah dibandingkan yang dijual di pasar tradisional Marelan.
Jumlah ikan yang dikonsumsi oleh anak-anak SD Brigjend Katamso II berada pada kategori cukup yaitu sebesar 69,1 % dengan rata-rata jumlah protein ikan adalah 12,6 gram/hari. Menurut Riskesdas (2010), rata-rata sumbangan protein dari ikan terhadap angka kecukupan protein pada anak-anak usia 0-9 tahun adalah 7,5 gram/hari atau sebesar 26,8%. Sumbangan konsumsi ikan terhadap angka kecukupan protein pada anak-anak SD Brigjend Katamso II masih tergolong kurang dengan rata-rata 27,18%. Padahal hasil Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2004) merekomendasikan konsumsi protein hewani memberikan sumbangan sebesar 20%
(65)
sumbangan yang paling besar yaitu sebesar 60%. Menurut Saparinto (2006), tingkat kebutuhan daging ikan pada anak-anak adalah 125-200 gram/hari. Afrianto dan Liviawaty (1996) menyatakan bahwa kekurangan daging ikan dapat berakibat timbulnya penyakit kuashiorkor, busung lapar, terhambatnya pertumbuhan mata, kulit dan tulang serta menurunnya tingkat kecerdasan (terutama pada anak-anak), bahkan dapat menimbulkan kematian.
Sebanyak 39,7% anak-anak SD Brigjend Katamso II berada pada kategori frekuensi konsumsi ikan kadang-kadang (4-6 kali/minggu), hanya sedikit selisihnya dibandingkan yang berada pada kategori jarang (38,2%). Hal ini sangat baik karena menurut Bahar (2006) mengonsumsi daging ikan minimal 2 kali/minggu sangat dianjurkan karena baik untuk kesehatan. Apabila dibandingkan dengan ikan, anak-anak lebih memilih mengonsumsi sumber protein hewani dari ayam dan telur setiap harinya. Alasan yang dikemukakan oleh para ibu sebagian besar adalah karena anak kurang menyukai bau amis dari ikan. Hal inilah yang menyebabkan masih hanya sekitar 22,1% anak-anak yang frekuensi konsumsi ikannya tergolong sering. Padahal menurut Saparinto (2006) jika bahan makanan dari ikan diolah dengan bumbu yang sesuai dengan teknik pemasakan yang tepat dan disajikan secara kreatif, dapat menggugah selera makan anak-anak.
5.2.Prestasi Belajar
Berdasarkan penilaian prestasi belajar, sebagian besar anak SD Brigjend Katamso II memiliki prestasi belajar yang sangat baik (nilai 80-100) yaitu sebesar
(1)
Frekuensi Makan Ikan * Status Gizi
Crosstab
Status Gizi
Total Gizi Lebih Normal Gizi Kurang
Frekuensi Makan Ikan Sering Count 5 8 2 15 % within Frekuensi
Makan Ikan
33.3% 53.3% 13.3% 100.0%
% within Status Gizi
35.7% 16.3% 40.0% 22.1%
% of Total 7.4% 11.8% 2.9% 22.1%
Selalu Count 6 21 0 27
% within Frekuensi Makan Ikan
22.2% 77.8% .0% 100.0%
% within Status Gizi
42.9% 42.9% .0% 39.7%
% of Total 8.8% 30.9% .0% 39.7%
Jarang Count 3 20 3 26
% within Frekuensi Makan Ikan
11.5% 76.9% 11.5% 100.0%
% within Status Gizi
21.4% 40.8% 60.0% 38.2%
% of Total 4.4% 29.4% 4.4% 38.2%
Total Count 14 49 5 68
% within Frekuensi Makan Ikan
20.6% 72.1% 7.4% 100.0%
% within Status Gizi
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
(2)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 6.525a 4 .163
Likelihood Ratio 8.351 4 .080
Linear-by-Linear Association
1.905 1 .168
N of Valid Cases 68
a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,10.
(3)
Status Gizi * Prestasi Belajar
Crosstabulation
Prestasi Belajar
Total Sangat Baik Baik Cukup
Status Gizi Gizi Lebih Count 11 3 0 14
% within Status Gizi 78.6% 21.4% .0% 100.0% % within Prestasi
Belajar
28.2% 11.1% .0% 20.6%
% of Total 16.2% 4.4% .0% 20.6%
Normal Count 25 23 1 49
% within Status Gizi 51.0% 46.9% 2.0% 100.0% % within Prestasi
Belajar
64.1% 85.2% 50.0% 72.1%
% of Total 36.8% 33.8% 1.5% 72.1% Gizi
Kurang
Count 3 1 1 5
% within Status Gizi 60.0% 20.0% 20.0% 100.0% % within Prestasi
Belajar
7.7% 3.7% 50.0% 7.4%
% of Total 4.4% 1.5% 1.5% 7.4%
Total Count 39 27 2 68
% within Status Gizi 57.4% 39.7% 2.9% 100.0% % within Prestasi
Belajar
100.0% 100.0% 100.0% 100.0%
(4)
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided) Pearson Chi-Square 9.254a 4 .055 Likelihood Ratio 7.075 4 .132 Linear-by-Linear
Association
3.035 1 .081
N of Valid Cases 68
a. 5 cells (55,6%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,15.
(5)
Lampiran 8
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN
Gambar 1. Lokasi Penelitian: Sekolah Dasar Swasta Brigjend Katamso II, Jl. Marelan Raya Pasar III Lingk.XII, Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan
(6)
Gambar 3. Pengukuran Berat Badan Salah Satu Siswa SD Brigjend Katamso II Menggunakan Timbangan Injak.
Gambar 4. Peneliti mewawancarai salah satu ibu responden secara langsung di rumah responden menggunakan kuesioner, formulir food recall, dan formulir frekuensi makanan.