25 1.
Koleksi Dasar, yaitu setiap sekolah memulai dengan suatu koleksi dasar dengan perbandingan 10 sepuluh judul untuk setiap murid. Koleksi ini
diharapkan dapat disusun dalm waktu lima tahun. Koleksi dasar merupakan 50 dari jumlah koleksi minimum yang hendaknya dapat
dicapai dalam waktu sepuluh tahun.
2. Pengembangan, yaitu setelah tercapai koleksi dasar, selanjutnya untuk
pemeliharaannya dan penggantian koleksi yang telah ada, diperlukan penambahan setiap tahunnya kurang lebih 10 dari jumlah koleksi yang
ada. Di samping itu masih diperlukan penambahan seperlunya kurang lebih 10 untuk mencapai koleksi minimum yang ditargetkan. Sesudah
tahun yang kesepuluh pertumbuhan itu hanya untuk pemeliharaan dan penggantian.
2.3.2.1 Jenis – Jenis Koleksi Perpustakaan Sekolah
Jenis koleksi perpustakaan sekolah dapat dikelompokkan ke dalam katagori buku dan bukan buku. Buku adalah bahan perpustakaan yang berupa semua jenis
buku teks, contohnya adalah buku pelajaran sekolah. Bahan bukan buku yaitu jenis koleksi perpustakaan yang bukan termasuk dalam katagori bukan buku teks.
Contohnya adalah majalah, Koran, dan lain-lain. Hal ini akan dijelaskan lebih mendalam pada bagian berikut yaitu: a buku, b bahan buakn buku, dan c koleksi
audiovisual.
a. Buku
Buku masih merupakan bahan perpustakaan yang utama untuk dijadikan koleksi perpustakaan. Buku terdiri dari buku fiksi dan buku non fiksi. “Buku fiksi
adalah buku cerita ciptaan seseorang pengarang berdasarkan khayalan. Perpustakaan Nasional RI, 1992: 19 . Yang termasuk kedalam golongan buku fiksi antara lain ada
fiksi umum, fiksi ilmiah, dan fiksi sastra . Contohnya adalah novel, cerpen, komik dan lain-lain.
Menurut pandapat Yusuf 2005: 10 “Buku non fiksi adalah mereka ditulis berdasarkan fakta atau kenyataan alam dan budaya sekitar kita”. Contoh dari buku
non fiksi adalah buku teks atau buku pelajaran dan buku refrensi yang berupa kamus,
Universitas Sumatera Utara
26 ensiklopedia, buku tahunan, buku pedoman, almanak, indeks, bibliografi, abstrak, dan
atlas.
b. Bahan Bukan Buku
Yang dimaksud dengan bahan bukan buku adalah bahan ataupun koleksi perpustakaan yang masih dalam bentuk cetakan namun bukan berupa buku, hal ini
dikemukakan oleh Yusuf 2005: 2. Contoh koleksi bahan bukan buku adalah majalah, surat kabar, brosur, pamphlet, globe, dan koleksi lainnya.
c. Koleksi Audiovisual
Menurut Yusuf 2005: 23 “yang dimaksud dengan koleksi audiovisual adalah koleksi perpustakaan yang dibuat atas hasil teknologi elektronik bukan bahan hasil
dari cetakan kertas. Contohnya adalah film, microfilm, kaset, slide, mikrofis, filmstrip, video, dan koleksi lainnya.
2.3.2.2 Kebijakan pengembangan koleksi
Pengembangan koleksi merujuk beberapa kebijakan dari perpustakaan yang bersangkutan. Secara umum ada beberapa kebijakan pengembangan koleksi.
Menurut Evans, 2000: 72-73 some people suggest that a collection development policy would be more practical if it also incorporated material
that allowed the document to serve as a bibliographer’s manual. Other suggest preparing mini-policies for specialized service programs. The
additional information needed to make the policy bibliographer’s manuali will not make the document not too lengthy. Providing information about the
characteristic of the user population, in addition to simply indentifying who the library serve, will assist newly hired bibliographers in understanding the
customer base. Secara umum, pengembangan koleksi perlu merujuk pada prinsip – prinsip
pengembangan koleksi, yaitu sebagai berikut : 1.
Relevansi, aktivitas pemilihan dan pengadaan terkait dengan program
Universitas Sumatera Utara
27 pendidikan yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada. Berorientasi
kepada pemakai. Dengan demikian kepentingan pengguna menjadi acuan dalam pemilihan dan pengadaan bahan pustaka.
2. Kelengkapan, koleksi perpustakaan diusahakan tidak hanya terdiri dari
buku teks yang langsung dipakai untuk mata pelajaran yang diberikan tetapi juga menyangkut bidang ilmu yang berkaitan erat dengan program
yang ada dalam kurikulum. 3.
Kemuktahiran, selain masalah kelengkapan, kemuktahiran sumber informasi harus diupayakan sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan. Kemuktahiran bahan pustaka dapat dilihat dari tahun terbit. 4.
Kerjasama unsur- unsur yang terkait dalam pembinaan koleksi harus ada kerjasama yang baik dan harmonis sehingga pelaksanaan kegiatan
pembinaan koleksi berjalan efektif dan efisien.
3. Fungsi Koleksi Perpustakaan Sekolah
Dengan memperhatikan fungsi perpustakaan sekolah, maka fungsi koleksi perpustakaan juga harus sesuai dengan fungsi perpustakaan sekolah. Dalam buku
pedoman perpustakaan sekolah Depdikbud, 1979: 2 dijelaskan fungsi koleksi perpustakan adalah:
a. Membantu para pelajar melaksanakan penyelidikan dan mencari
keterangan yang lebih luas dari pelajaran yang didapat dari kelas. b.
Dari sumber-sumber pengetahuan yang beraneka ragam, seorang anak dapat mengetahui bahwa berbagai informasi dapat diberikan dengan cara
yang berbeda, daya tariknya akan terpupuk apalagi kalau ia menemukan keterangan yang bertentangan mengenai masalah yang sama dalam buku-
buku yang berbeda judul dan pengarang.
c. Perpustakaan yang baik juga harus dapat membantu seorang murid
mengembangkan kegemarannya. d.
Perpustakaan sekolah harus menyebarkan ke seluruh sekolah bacaan untuk memupuk kebiasaan membaca.
e. Perpustakaan yang dipimpin dan diatur dengan baik juga memberikan
pendidikan tanggung jawab kepda seorang anak sebagai warga negara.
Universitas Sumatera Utara
28
2.3.3. Pustakawan
Pustakawan merupakan tenaga profesional yang bertugas mengelola perpustakaan. Seorang pustakawan untuk perpustakaan sekolah haruslah pustakawan
yang terampil, cerdas, kreatif dan berwawasan luas. Menurut Ikatan Pustakawan Indonesia IPI dalam Hermawan 2006: 45 menjelaskan bahwa
pustakawan adalah seorang yang melaksanakan kegiatan perpustakaan dengan jalan memberikan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan tugas lembaga
induknya berdasarkan ilmu pengetahuan, dokumentasi, dan informasi yang dimilikinya melalui pendidikan.
Menurut Anthony Tilke 2002: 11 dijelaskan bahwa the librarian is the head
of the school’s library and information service. pustakawan adalah kepala dari perpustakan sekolah dan layanan informasi
Masih menurut Tilke 2002: 11 adalah A school librarian needs to possess knowledge and technical expertise,
management skills and a number of competencies.seorang pustakawan sekolah membutuhkan kemampuan sendiri dan keahlian teknis, kemampuan
manajemen dan sebuah kompetensi
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Tahun 2009 pasal 21 nomor 1 tentang standar nasional perpustakaan dijelaskan bahwa pustakawan memiliki
kualifikasi akademik paling rendah serjana S1 atau Diploma IV D-IV di bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang terakreditasi. Sedangkan pasal 21 nomor 2
dijelaskan seseorang yang memiliki kualifikasi akademik serendah-rendahnya serjana S1 atau Diploma IV D-IV di luar bidang perpustakaan dari perguruan tinggi yang
terakreditasi dapat menjadi pustakawan setelah lulus pendidikan dan pelatihan bidang perpustakaan.
Seorang pegawai perpustakaan tidak hanya berstratafikasi pustakawan, peagawai perpustakaan atau pustakawan harus memiliki kompetensi dalam hal
pengetahuan, keahlian dan keterampilan. Ketiga hal ini harus dimiliki pustakwan
Universitas Sumatera Utara
29 untuk mengembangkan perpustakaannya. Menurut Darmono 2007: 261 ada lima
jenis kompetensi yang harus dimiliki pustakawan yaitu: 1.
Motif, adalah hal yang selalu dipikirkan atau diinginkan seseorang yang dapat mendorong dan melahirkan suatu kegiatan.
2. ciri-ciri, yang diamksud disini adalah ciri-ciri yang nampak dan tanggapan
yang ajek konstan yang dimiliki terhadap sebuah keadaan atau situasi. 3.
Konsep diri, adalah sikap atau nilai atau ciri-ciri dari seseorang. 4.
pengetahuan, adalah informasi yang dimiliki seseorang dalam bidang khusus.
5. keterampilan, adalah kemapuan untuk melaksanakan kegiatan fisik atau
mental tertentu.
2.4 Layanan Perpustakaan
Perpustakaan merupakan sebuah orgnisasi yang menawarkan jasa bukan produk. Jadi sudah semestinya perpustakaan harus melayani penggunanya dalam
menyalurkan jasanya. Dalam perpustakaan layanan merupakan hal yang utama, karena kualitas sebuah perpustakaan dilihat dari layanannya terhadap pengguna
sebagai penikmat jasa perpustakaan. Menurut Yusuf dalam bukunya yang berjudul pedoman penyelenggaraan
perpustakaan sekolah, layanan perpustakaan terbagi dua yaitu layanan langsung dan layanan tidak langsung. Layanan langsung yaitu layanan yang langsung berhubungan
dengan pengguna perpustakaan seperti layanan sirkulasi, refrensi dan layanan pengguna. Sedangkan layanan tidak langsung adalah layanan yang dilakukan oleh
perpustakaan berupa pemberian motivasi kepada para pengguna untuk memanfaatkan fasilitas perpustakaan.
Sedangkan menurut Darmono 2007: 171 jenis layanan perpustakaan sekolah adalah:
1. Pelayanan peminjaman bahan pustaka pelayanan sirkulasi yaitu,
pelayanan kepada pemakai perpustakaan berupa peminjaman bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan. Dalam pelayanan ini biasanya
digunkan sistem tertentu, dengan aturan peminjaman yang disesuaikan dengan kondisi perpustakaan.
Universitas Sumatera Utara
30 2.
Pelayanan refrensi yaitu, pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan untuk koleksi-koleksi khusus seperti kamus, ensiklopedia, almanak,
direktori, buku tahunan, yang berisi informasi teknis dan singkat. Koleksi ini tidak boleh dibawa pulang oleh pengunjung perpustakaan dan hanya
untuk dibaca di tempat.
3. pelayanan ruang baca yaitu, pelayanan yang diberikan oleh perpustakaan
berupa tempat untuk melakukan kegiatan membaca di perpustakaan. Pelayanan ini diberikan untuk mengantisipasi pengguna perpustakaan
yang tidak ingin meminjam untuk dibawa pulang, akan tetapi mereka cukup memanfaatkannya di perpustakaan.
Ada beberapa aktifitas layanan yang dilakukan di perpustakaan sekolah dalam
Perpustakaan Nasional 1994: 71 adalah sebagai berikut: 1.
Meminjamkan buku-buku. 2.
Melayani kebutuhan-kebutuhan pelajaran dalam kelas. 3.
Menyediakan sumber-sumber informasi bagi murid atau guru perorangan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan murid atau guru tentang berbagai
jenis sekolah.
4. Sekolah yang mempunyai perpustakaan yang dikelola dengan baik
ditempatkan dalam ruangan cukup besar dengan mobiler yang memadai dapat mengadakan “jam perpustakaan”.
5. mendidik anak untuk dapat mencari informasi secara mandiri.
6. melatih anak untuk mahir dalam menggunakan bahan perpustakaan:
memakai kamus, ensiklopedia, membaca peta dan globe, mengadakan penelitian sesuai dengan tugas dari guru.
2.4.1. Peminjaman dan Pengembalian
Layanan peminjaman dan pengembalian disebut juga layanan sirkulasi. Artinya koleksi dipinjam oleh pengguna, dan keluar dari lokasi perpustakaan. Dan
koleksi dikembalikan oleh pengguna untuk kemudian masuk ke perpustakaan. Hal ini berlangsung secara terus menerus dan berkesinambungan. Inilah yang disebut
perputaran koleksi. Menurut Yusuf 2005: 73 prosedur yang dilakukan dalam peminjaman
adalah: 1.
Dalam sistem pelayanan terbuka para peminjam bisa mencari buku yang dibutuhkan melalui katalog. Kemudian menelusurnya ke rak buku sesuai
dengan petunjuk dikatalog. Setelah peminjam mendapatkan buku, maka dia langsung meyerahkan kepada petugas untuk diproses.
2. Petugas mengeluarkan kartu buku dari kantongnya, kemudian menulis
nama peminjam dan tanggal kembali buku.
Universitas Sumatera Utara
31 3.
Mengisi kartu peminjaman sesuai dengan lajur-lajur atau kolomnya. 4.
Terakhir, petugas mulai menyusun kartu buku dan kartu peminjaman kedalam laci masing-masing. Kartu buku disusun berdasarkan urutan
tanggal kembali dan nomor klasifikasi. Sedangkan kartu peminjaman disusun berdasarkan abjad nama peminjam.
Masih menurut Pawit M. Yusuf dalam proses pengembalian prosedurnya adalah:
1. Buku-buku yang dikembalikan oleh peminjam keperpustakaan, yang
pertama dilakukan adalah memeriksa keutuhan buku kalau-kalau ada tang rusak.
2. Setelah diperiksa dan ternyata masih utuh, maka petugas mengambil kartu
buku dan memasukkannya kembali kedalam kantong buku. Kemudian petugas mencatat tanggal pengembalian yang terdapat pada kartu
peminjaman.
3. Selanjutnya petugas menyimpan kartu peminjaman kemabli kedalam laci,
dan buku tersebut langsung disimpan ke rak buku.
2.4.2. Layanan Refrensi
Untuk perpustakaan sekolah, layanan refrensi belum begitu tampak kegiatannya. Hal ini karena jumlah pengguna yang masih sedikit dan kegiatan yang
dilakukan perpustakaan belum banyak. Menurut Pawit M.Yusuf 2005: 76 yang termasuk ke dalam jenis pelayanan refrensi di perpustakaan sekolah misalnya, hanya
berupa menjawab pertanyaan para guru dan siswa dalam kaitannya dengan masalah pendidikan dan informasi yang disediakan oleh perpustakaan.
2.5 Aspek-aspek Evaluasi
Untuk mengevaluasi perpustakaan sekolah perlu diperhatikan aspek-aspek yang akan dievaluasi. Menurut Soekarwati 1995: 29 ada tiga aspek yang harus
diperhatikan melakukan suatu evaluasi yaitu: 1.
Aspek teknis 2.
Aspek sosial 3.
Aspek ekonomi
Universitas Sumatera Utara
32
1. Aspek Teknis
Aspek teknis ini berkaitan dengan bentuk fisik ataupun jasa antara input dan output. Menurut Soekarwati 1995: 29 Aspek teknis ini penting sekali karena
kegiatan aspek yang dilakukan akan tergantung dari tersedianya sumberdaya baik berbentuk fisik barang maupun jasa. Dalam perpustakaan aspek teknis yaitu
mengevaluasi ketersediaan sumberdaya perpustakaan yaitu koleksi perpustakaan dan pustakawan sebagai pengelola perpustakaan serta jasa dan layanan yang ditawarkan
oleh perpustakaan kepada pengguna perpustakaan. Koleksi yang dieavaluasi menyangkut jumlah koleksi, jenis koleksi, dan pengembangan koleksi pada
perpustakaan sekolah. Layanan perpustakaan yang akan dieavaluasi adalah bentuk layanan yang
ditawarkan perpustakaan kepada pengguna perpustakaan dan jenis layanan-layanan apa saja yang terdapat di perpustakaan sekolah.
Berikut yang dievaluasi dalam aspek teknis adalah pustakawan atau pegawai perpustakaan yang bertugas mengelola perpustakaan. Hal yang akan dievaluasi adalah
status pegawai perpustakaan yang sudah atau belum berstratifikasi pustakawan. Dan hal-hal apa saja yang sudah dilakukannya untuk pengembangan perpustakaan
sekolah.
2. Aspek Sosial
Sebuah perpustakaan berdiri harus memperhatikan aspek sosial dimana perpustakaan itu berada. Sebuah perpustakaan sekolah harus dapat melihat kondisi
pengguna perpustakaan. Walaupun pengguna perpustakaan sekolah adalah siswa, tetapi perlu diperhatikan kondisi sosial siswa sekolah tersebut. Menurut Soekarwati
1995: 30 aspek sosial perlu mendapat perhatian apalagi kalau proyek pembangunan
Universitas Sumatera Utara
33 tersebut dilakukan di suatu daerah yang masyarakatnya mempunyai kebiasaan adat
yang sensitif sifatnya terhadap perubahan teknologi. Dalam aspek ini akan dititikberatkan evaluasi mengenai tujuan perpustakaan
yaitu membantu mengembangkan belajar siswa agar menjadi lebih kreatif dan imajinatif sebagai upaya belajar mandiri dalam menemukan kebutuhan informasi.
Sehingga tujuan perpustakaan dapat dirasakan kepada pengguna perpustakaan.
3. Aspek Ekonomi
Menurut Soekarwati 1995: 30 aspek ekonomi yaitu mencakup aspek pembiayaan dan manfaat proyek pembangunan secara keseluruhan.
Dalam hal ini aspek ekonomi tentu berbeda dengan aspek finansial karena aspek ekonomi tidak
hanya berbicara mengenai pembiayaan, tetapi nilai ekonomis suatu perpustakaan. Apakah perpustakaan sekolah merupakan hal yang sangat penting atau hanya sebuah
persyaratan akreditasi lembaga yang terkait.
2.5.1 Alat Penilaian Evaluasi
Mengevaluasi sebuah masalah berarti menilai letak permasalahan yang terjadi. Dalam evaluasi terdapat penilaian yang terdiri dari dua alat. Menurut Umar 2002:
45 alat penillaian evaluasi yaitu tes dan non-tes. Alat yang berupa non-tes dapat berupa 1 skala bertingkat untuk mengukur sikap, pendapat, keyakinan, dan nilai, 2
wawancara, 3 pengamatan. Penggunaan alat-alat evaluasi tergantung pada apa yang akan di evaluasi.
2.5.2 Standar Evaluasi
Untuk mengukur standar evaluasi dapat dilihat melalui tiga aspek. Hal ini yang dikemukan oleh Umar 2002: 40 yaitu:
1. Utility Manfaat. Hasil evaluasi hendaknya bermanfaat bagi manajemen
untuk pengambilan keputusan atas program yang sedang berjalan. 2.
Accuracy akurat,. Informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan tinggi.
Universitas Sumatera Utara
34 3.
Feasibility layak. Hendaknya proses evaluasi yang dirancang dapat dilaksanakan secara layak.
2.5.3 Model Evaluasi
Menurut Umar 2002: 41 ada beberapa model yang dapat digunakan dalam melakukan evaluasi yaitu:
1. Sistem Assesment, yaitu evaluasi yang memberikan informasi tentang
keadaan atau posisi suatu sistem. 2.
Program Planning, yaitu evaluasi yang membantu pemilihan aktivitas- aktivitas dalam program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi
kebutuhannya.
3. Program Implemintation, yaitu evaluasi yang memberikan informasi
tentang bagaimana program berfungsi, bagaimana program bekerja, bagaimana mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin dapat
menganggu pelaksanaan kegiatan.
Berdasarkan teori-teori yang diuraikan diatas, maka perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang ada di sekolah yang mengumpulkan, mengolah, dan
memberi informasi baik tercetak maupun non tercetak dengan melihat berbagai aspek 1 aspek layanan, 2 aspek koleksi, 3 aspek teknis, 4 aspek sosial, dan 5 aspek
ekonomi dalam proses pelaksanaannya agar fungsi dan manfaat perpustakaan dapat dirasakan dengan baik oleh pengguna perpustakaan
Universitas Sumatera Utara
35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif. Menurut Nazir 1999: 64 menyatakan bahwa penelitian deskriptif adalah
penelitian yang mempelajari masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu, seperti kegiatan, sikap, pandangan, serta
proses yang yang sedang berlangsung dan pengaruh dari suatu fenomena.
3.2 Lokasi penelitian