BAB III KONDISI POLITIK DAN EKONOMI SUMATERA UTARA HINGGA
TAHUN 1947
3.1 Perkembangan Pemerintahan Republik Indonesia di Sumatera Utara
Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia yang dibacakan oleh Ir. Soekarno dan Drs. Moh. Hatta pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi titik awal
pembentukan pemerintahan negara merdeka di negeri ini. Upaya membentuk konstitusi negara dan struktur pemerintahan dari pusat hingga daerah segera
dilaksanakan pada hari-hari berikutnya melalui sidang-sidang Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia PPKI. Pada tanggal 22 Agustus 1945, dalam sidang PPKI,
diangkat Mr. T.M. Hasan sebagai wakil pemerintah untuk seluruh daerah Sumatera dan diberi kekuasaan penuh melaksanakan segala keputusan PPKI di Pulau
Sumatera.
47
Dalam sidang ini juga diangkat Dr. Amir sebagai wakil T.M. Hasan untuk menjalankan pemerintah dan sekaligus menetapkan Kota Medan menjadi
Ibukota Provinsi Sumatera. Pada tanggal 27 Agustus 1945, T.M Hasan beserta Dr. Amir tiba di Kota
Medan setelah sebelumnya menghadiri sidang PPKI di Jakarta. Upaya pembentukan
47
Dwi Purwoko, Dr. Mr. T. Moehammad Hasan salah seorang pendiri Republik Indonesia dan Pemimpin Bangsa, Jakarta: PT. Penebar Swadaya, 1995, hlm. 41.
34
Universitas Sumatera Utara
Komite Nasional Indonesia KNI daerah
48
segera dilakukan dengan mengundang pemuka-pemuka masyarakat di Kota Medan. Usaha itu mengalami kegagalan karena
adanya keragu-raguan para pemuka masyarakat melihat bahwa Jepang masih berkuasa di Kota Medan, bahkan di kalangan orang-orang Indonesia telah ada
dibentuk “Comite van Ontvangst” yang mempersiapkan segala sesuatu untuk menerima kedatangan Belanda.
49
Akibat sikap keragu-raguan pemuka masyarakat dan kondisi politik yang semakin memanas di Kota Medan, penjelasan tentang
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia baru dapat disampaikan pada tanggal 31 September 1945. Penjelasan kemerdekaan itu disampaikan dihadapan 700 rakyat
pada rapat Barisan Pemuda Indonesia B.P.I yang dilaksanakan di Sekolah Taman Siswa Medan.
Pemerintahan Republik Indonesia di Sumatera baru secara resmi di umumkan pada tanggal 3 Oktober 1945 melalui dekrit yang dikeluarkan oleh T.M. Hasan.
Dekrit itu dikeluarkan setelah sebelumnya pada tanggal 29 September 1945, T.M. Hasan diangkat menjadi Gubernur Sumatera berdasarkan surat keputusan presiden
50
48
Komite Nasional Indonesia KNI berfungsi sebagai pembantu presiden dalam masa awal lahirnya pemerintahan Republik Indonesia sebelum MPR, DPR, dan DPA dibentuk menurut UUD.
Pada tanggal 22 Agustus 1945 PPKI menetapkan untuk membentuk Komite Nasional di seluruh tanah air dengan pusatnya ialah Komite Nasional Indonesia Pusat KNIP di Jakarta.
49
Team penyusun Naskah Penelitian dan Pencatatan Sejarah Daerah Sumatera Utara, Sejarah Daerah Sumatera Utara, Medan: Tanpa Penerbit, 1976, hlm. 167.
50
Surat keputusan pengangkatan T.M. Hasan sebagai Gubernur Sumatera dikeluarkan di Jogjakata dengan nomor : No P.1215 oleh Departemen Urusan Dalam Negeri, dan diterima T.M
Hasan melalui telegram pada awal Oktober 1945. Di lain sisi Dr. Amir yang sebelumnya menjabat sebagai wakil T.M Hasan dalam menjalankan pemerintahan di Sumatera, diangkat menjadi Menteri
35
Universitas Sumatera Utara
dan diberi kuasa penuh untuk mengangkat pegawai negeri dan segala sesuatu yang berkaitan tentang pemerintahan di Provinsi Sumatera. Isi dekrit Gubernur T.M Hasan
tanggal 3 Oktober 1945 itu diantaranya mengangkat sepuluh orang residen untuk seluruh Sumatera serta walikota Medan, Padang, dan Palembang. Sebagai Walikota
Medan diangkat Mr. Mohamad Yusuf dan sebagai Residen Sumatera Timur diangkat Loeat Siregar, untuk Keresidenan Tapanuli yang berkedudukan di Tarutung diangkat
Dr. F.L Tobing. T.M Hasan juga mengangkat delapan orang staf pembantu gubernur dalam menjalankan roda pemerintahan yang terdiri dari Mangaraja Soangkupon, Dr.
Raden Pringadi, Mr. Moehammad Hanifah, Abu Bakar, Raden M. Amri, Abdul Xarim M.S, dan Dr. Sahir Nitihardjo.
51
Sebagai pendukung kegiatan pemerintahan Sumatera, T.M Hasan kemudian membuka Kantor Gubernur Sumatera di Balai Permohonan Rakyat Jalan Istana No.
15 sekarang Jalan Brigjen Katamso, Medan. Gubernur Sumatra T.M Hasan juga memerintahkan mobilisasi umum dan pembentukan Tentara Keamanan Rakyat,
pengambilalihan gedung pemerintahan dan instalasi penting lainnya.
52
Pada tanggal 4 Oktober 1945 setelah menghadapi berbagai halangan dari pihak Jepang, bendera
merah putih dikibarkan di Lapangan Esplande lapangan merdeka dan pengibaran itu diikuti oleh instansi-instansi pemerintahan yang baru dibentuk dan direbut dari pihak
Negara. Lihat Muhammad T.W.H., Gubernur Sumatera dan Para Gubernur Sumatera Utara, Medan: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumatera, 2006, hlm. 23.
51
Muhammad T.W.H., Ibid., hlm. 28.
52
Suprayitno, op.cit., hal. 54.
36
Universitas Sumatera Utara
Jepang. Selanjutnya pada tanggal 6 Oktober 1945 diadakan peresmian berdirinya Pemerintah Republik Indonesia yang diikuti dengan pawai raksasa di Kota Medan.
Pembentukan pemerintahan Republik Indonesia di Keresidenan Tapanuli dimulai di Tarutung yang merupakan ibu kota keresidenan itu. Badan Keamanan
Rakyat BKR segera terbentuk di Kota Tarutung setelah Jepang mengumumkan kekalahannya atas pasukan Sekutu. Pemimpin-pemimpin BKR Tarutung antara lain,
Dr. F. Lumban Tobing, Mr. Silitonga, Abdul Hakim, Mr. Rafenus Lumban Tobing, Mr. H Silitonga dan Dr. Luhut Lumban Tobing.
53
Badan ini pada mulanya bertugas menjual barang-barang kebutuhan masyarakat yang diambil dari peninggalan Jepang.
Pada tanggal 8 September 1945 terbentuk sebuah badan di Tapanuli Selatan, tepatnya di Padang Sidempuan yang diketuai oleh Raja Junjungan. Panitia dalam
badan ini pada akhirnya berpendapat bahwa penyusunan KNI sebaiknya dilakukan di Tarutung karena disana Ibukota Keresidenan Tapanuli, selain itu di daerah ini
berkedudukan pemimpin-pemimpin besar BKR yang telah terbentuk sebelumnya. Raja Junjungan, Kari Usman, dan Fakhrudin Nasution sebagai pemuka masyarakat
Tapanuli Selatan kemudian berangkat ke Tarutung pada 12 September 1945. Pertemuan dilakukan di Tarutung antara rombongan Raja Junjungan dari Tapanuli
Selatan dan pengurus BKR Tarutung. Hasil pertemuan tersebut akhirnya menunjuk
53
Team Penyusun Naskah Penelitian dan Pencatatan Sejarah Daerah Sumatera Utara, op. cit., hlm. 172.
37
Universitas Sumatera Utara
Abdul Hakim sebagai Formatur KNI, seiring dengan itu BKR kemudian dibubarkan dan diubah menjadi KNI.
Pada tanggal 3 Oktober 1945 diterima kawat dari Gubernur Sumatera tentang pengangkatan Dr. Ferdinand Lumban Tobing sebagai Residen Tapanuli dengan tugas
menegakkan dan melaksanakan pemerintahan Republik Indonesia di Keresidenan Tapanuli.
54
Di hari yang sama KNI secara resmi mengumumkan proklamasi kemerdekaan melalui rapat-rapat umum, dan dengan resmi pula dikibarkan bendera
merah putih. Selanjutnya dilakukan pembentukan KNI disetiap wilayah atau kecamatan, untuk membiayai segala sesuatu yang berhubungan dengan pemerintahan
dan perjuangan dibentuk Fonds Kemerdekaan pada tanggal 15 Oktober 1945. Puncak kegiatan menyambut kemerdekaan dilakukan pada tanggal 17 Oktober 1945 dalam
suatu rapat umum di Tarutung yang dibanjiri 1.300.000 penduduk dari berbagai pelosok Keresidenan Tapanuli, dalam rapat ini juga diucapkan ikrar sumpah setia
kepada Pemerintah Republik Indonesia.
55
Pembentukan Pemerintahan Republik Indonesia di Pulau Nias dimulai sejak jatuhnya surat-surat selebaran tentang kekalahan Jepang yang ditandatangani oleh
Van Mook pada tanggal 21 Agustus 1945. Kabar tentang kemerdekaan Indonesia kemudian mulai tersiar pada awal bulan Oktober 1945. Pada akhirnya, secara resmi
54
H. Afif Lumban Tobing, Riwayat Hidup dan Perjuangan Pahlawan Kemerdekaan Nasional Dr. Ferdinand Lumban Tobing, Jakarta: Yayasan Pahlawan Nasional Dr. F.L. Tobing, 1997, hlm. 70.
55
Mansyur, The Golden Bridge “Jembatan Emas” 1945, Kisah Nyata Perjuangan
Kemerdekaan R.I di Sumatera, Medan: Lembaga Juang 45 Medan Area, tanpa tahun, hlm. 44.
38
Universitas Sumatera Utara
kebenaran kabar kemerdekaan tersebut diperoleh melalui kawat Residen Tapanuli pada tanggal 6 Oktober 1945. Bersamaan dengan kawat Residen Tapanuli itu ditujuk
D. Marinduri menjadi kepala afdeling dengan pangkat Asisten Residen.
56
Pada tanggal 8 Oktober 1945 dilaksanakan upacara menyambut proklamsi di Gunung
Sitoli. Penyusunan pemerintahan dan pembentukan KNI dilaksanakan pada tanggal 13 Oktober 1945, P.R Telaumbanua kemudian ditunjuk sebagai ketua KNI Nias.
Pemerintah Republik Indonesia di Sumatera yang baru terbentuk harus mengalami rintangan lebih berat dalam menjalankan tugasnya. Pada tanggal 10
Oktober 1945 kekuatan militer BelandaNICASekutu mendarat di Belawan dan mulai menduduki kota Medan.
57
Masalah selanjutnya muncul akibat adanya perbedaan sistem pemerintahan di Keresidenan Sumatera Timur dimana di wilayah
ini masih terdapat kerajaan-kerajaan yang memerintah secara otokratis, padahal pemerintahan Republik Indonesia sudah terbentuk dengan menggunakan sistem
demokrasi. T.M. Hasan sebelumnya telah membuktikan adanya dukungan pemerintah Republik kepada kerajaan dengan melibatkan para pembesar kerajaan didalam
pemerintahan Republik di Sumatera Timur. Pada tanggal 29 Oktober 1945 T.M.
56
Team Penyusun Naskah Penelitian dan Pencatatan Sejarah Daerah Sumatera Utara, op. cit., hlm. 172-173.
57
Kontingen pertama yang mendarat di Pelabuhan Belawan adalah Brigade – 4 Divisi India
ke-26 yang dipimpin oleh Brigadir Jenderal TED Kelly, serta diikuti oleh pembesar NICA Netherlands Indies Civil Administration. Sebelum menuju Medan terlebih dahulu dilaksanakan
upacara serah terima kekuasaan yang dilakukan oleh pihak Jepang, diwakilkan oleh Jendral Sawamura sedangkan dipihak sekutu diwakilkan oleh Jendral TED Kelly. Lihat Edisaputra, Sumatera dalam
Perang Kemerdekaan: Perlawanan Rakyat Semesta Menentang Jepang, Inggris, dan Belanda, Jakarta:
Yayasan Bina Satria ’45, 1987, hlm. 165-166.
39
Universitas Sumatera Utara
Hasan mengangkat Tengku Hafas dan Tulus dari Kerajaan Deli sebagai Residen Sumatera Timur dan Asisten Residen Republik di Deli. Pada saat yang bersamaan
juga diangkat Mr. Mohamad Yusuf sebagai Walikota Medan, mengangkat Tengku Musa sebagai Asisten Republik daerah Labuhan Batu, serta Tengku Amir Hamzah
sebagai Asisten Residen Republik untuk daerah Langkat. Di daerah Simalungun dan Tanah Karo diangkat Madja Purba sebagai Asisten Residen Republik di Simalungun
dan Negerajai Meliala sebagai Asisten Residen Republik di Tanah Karo.
58
Sebagai upaya untuk menyelesaikan masalah dualisme sistem pemerintahan di Sumatera Timur, pada bulan Januari 1946 diadakan rapat antara para raja dan sultan
di Sumatera Timur dengan Gubernur Sumatera beserta KNI. Dalam rapat itu diputuskan agar para sultan dan raja mengubah sistem pemerintahannya dari otokrasi
menjadi demokrasi. Para sultan dan raja di Sumatera Timur berjanji untuk menyesuaikan sistem tersebut, namun secara diam-diam mereka justru menimbulkan
kesan berusaha mempertahankan kekuasaannya dengan menyusun kekuatan dan organisasi-organisasi kerajaan untuk melindungi raja.
Sikap para sultan dan raja di Sumatera Timur mengakibatkan di beberapa tempat masyarakat mulai mengambil tindakan-tindakan terhadap raja. Pada tanggal 3
Maret 1946 berlangsunglah pergolakan di Sumatera Timur terhadap kekuasaan para raja dan sultan. Pergolakan terjadi di berbagai daerah seperti Asahan, Tanah Karo,
Langkat, Serdang, Deli, dan Simalungun. Pada saat itu Gubernur Sumatera Mr. T.M
58
Suprayitno, op. cit., hlm. 63.
40
Universitas Sumatera Utara
Hasan sedang berada di luar Sumatera Timur menjalankan inspeksi di daerah-daerah Sumatera. Mengatasi keadaan itu, maka pada tanggal 13 Maret 1946 Dr. Amir
sebagai wakil Gubernur Sumatera membubarkan pemerintahan sipil di Sumatera Timur dan memberlakukan pemerintahan Militer.
59
Pemerintah Sipil di Sumatera Timur diatur kembali dengan mengangkat Mr. Luat Siregar seorang yang bertugas
sebagai Residen diperbantukan pada Gubernur Sumatera sebagai pasifikator. Pada tanggal 25 Maret 1946 akhirnya pemerintahan sipil di Sumatera Timur dapat
terbentuk kembali.
60
Di daerah Tapanuli, masalah yang dihadapi oleh Pemerintahan Republik Indonesia juga berkaitan dengan masalah kedudukan para raja dan Kepala Kuria,
Kepala Luhak atau Negeri. Kedudukan mereka yang turun-temurun menjadi sorotan masyarakat terutama setelah terjadinya revolusi sosial di Sumatera Timur. Pergolakan
yang terjadi seperti yang menimpa para sultan dan raja di Sumatera Timur tidak sampai terjadi karena pada akhirnya para raja di daerah ini bersedia dengan rela
mengundurkan diri dari kepemimpinannya. Selanjutnya dilakukan pemilihan pemerintahan desa secara demokratis, Residen Tapanuli kemudian mengeluarkan
59
Pemerintahan militer ialah pemerintahan yang secara taktis membawahi pemerintahan sipil dan merupakan alat negara di bawah perlindungan militer. Terlaksananya de facto militer dan de facto
pemerintah merupakan tanggung jawab utama pemerintah militer, untuk itu pemerintah militer bertugas mengerahkan semua kekuatan masyarakat untuk pertahanan negara, menggerakkan tenaga
sipil, serta melaksanakan kesejahteraan rakyat di bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Lihat Pusat Sejarah dan Tradisi TNI, Sejarah TNI jilid I 1945-1949, Jakarta: Markas Besar Tentara
Nasional Indonesia, 2000, hlm. 274-275.
60
Team Penyusun Naskah Penelitian dan Pencatatan Sejarah Daerah Sumatera Utara, op.cit., hlm. 171.
41
Universitas Sumatera Utara
surat ketetapan No. 274 tanggal 14 Maret 1946 dan diperkuat dengan surat ketetapan No. 1DPT tertanggal 11 Januari 1947 tentang hak memilih bagi warga negara.
Setelah terjadinya revolusi sosial yang telah memakan banyak korban jiwa dari kalangan bangsawan kerajaan Melayu, dilakukan upaya mengembalikan sistem
pemerintahan militer ke pemerintahan sipil dengan penetapan Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Timur pada tanggal 9 April 1946. Sebelumnya Menteri Pertahanan
Mr. Amir Syarifuddin mencabut “Staat Van Oorlog en Beleg” SOB yang dijalankan
Tentara Keamana Rakyat TKR di bawah pimpinan kolonel Ahmad Tahir.
61
Dalam sidang penetapan anggota Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Timur itu, juga
diputuskan Sumatera Timur dibagi atas 6 Kabupaten, antara lain: Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli dan Serdang, Kabupaten Tanah Karo, Kabupaten Simalungun,
Kabupaten Asahan, dan Kabupaten Labuhan Batu.
62
Di daerah Keresidenan Tapanuli juga dilakukan pembentukan pemerintahan kabupaten, Komite Nasional Daerah
KND Kerseidenan Tapanuli pada bulan Juni 1946 membentuk 4 kabupaten terdiri dari: Kabupaten Nias, Kabupaten Padang Sidempuan, Kabupaten Sibolga, dan
Kabupaten Tanah Batak.
63
61
Diberlakukannya “Staat Van Oorlog en Beleg” SOB oleh Kolonel Ahmad Tahir di Sumatera Timur karena dalam kekacauan Revolusi Sosial terdapat akses pembunuhan, pemerkosaan,
dan perampokan di berbagai daerah di Sumatera Timur, sehingga pemerintahan daerah diambil alih oleh militer. Lihat Tuanku Luckman Sinar, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di Sumatera
Timur, Medan: Tanpa penerbit dan tahun terbit, hlm. 534.
62
Ibid., hlm. 546.
63
Pemerintah Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Sejarah Perkembangan Pemerintahan Provinsi Daerah Tingkat I Sumatera Utara, Medan: tanpa penerbit, 1995, hlm 215.
42
Universitas Sumatera Utara
3.2 Keadaan Ekonomi dan Keuangan di Sumatera Utara Hingga Tahun 1947