Kebutuhan Pendanaan Pemerintahan dan Alat Tukar Yang Sah.

berbagai daerah berdampak langsung pada suburnya “perdagangan gelap” ketika gejala kepialangan menjamur di bebrapa daerah khususnya di daerah Jawa dan Sumatera.

3.3 Kebutuhan Pendanaan Pemerintahan dan Alat Tukar Yang Sah.

Keadaan keuangan dan perekonomian di Sumatera Utara tidak dapat diatasi dengan segera oleh Pemerintah Republik Indonesia di Sumatera Utara. Setelah pasukan Sekutu dan NICA mendarat di Belawan dan menduduki Kota Medan, pada tanggal 18 0ktober 1945, pasukan Sekutu mulai melakukan profokasi melalui maklumat yang dikeluarkan oleh Brigadir Jenderal TED Kelly. Maklumat itu berisi tentang larangan kepada bangsa Indonesia memegang senjata dan harus menyerahkannya kepada sekutu. 73 Kecurigaan para pemuda Indonesia muncul atas terbitnya maklumat tersebut seiring dengan aksi teror yang mulai dilakukan Belanda di berbagai tempat. Pada tanggal 9 Maret 1946, tentara Sekutu yang berada di Tanjung Morawa melakukan teror yang kemudian mendapat tantangan hebat dari TKR dan Lasykar Rakyat. Selanjutnya pasukan sekutu melakukan berbagai macam teror di dalam Kota Medan yang mengakibatkan keadaan kota tidak aman. Melihat keadaan kota Medan yang semakin tidak aman, Dewan Perwakilan Rakyat se-Sumatera melakukan rapat di Bukit Tinggi pada tanggal 17-19 April 1946 dan menghasilkan keputusan memindahkan Ibukota Provinsi Sumatera dari Medan ke 73 Budi Agustono, Dkk, op.cit., hlm. 374. 49 Universitas Sumatera Utara Pematang Siantar. Berdasarkan keputusan tersebut secara berangsur-angsur ibukota pemerintahan Provinsi Sumatera berpindah ke Pematang Siantar yang diawali dengan pemindahan Kantor Gubernur Sumatera beserta stafnya dan Markas Besar TKR Divisi IVKomandemen Sumatera. Pemindahan ini kemudian diikuti oleh kantor- kantor pegawai dan badan perjuangan yang bersifat se-Sumatera. Badan-badan pemerintahan Sumatera Timur dipindahkan ke Tebing Tinggi beserta unit-unit percetakan dua surat kabar y aitu, “Soeloeh Merdeka” dan “Mimbar Umum”. Perusahaan Percetakan Milik Negara II yang terletak di Jalan Gudang sekarang percetakan Deli juga turut dipindahkan, semula ke Berastagi dan kemudian diteruskan ke Pematang Siantar. Percetakan inilah yang dijadikan Pemerintah Sumatera sebagai percetakan yang mencetak Oeang Republik Indonesia Pulau Sumatera ORIPS dan membantu pekerjaan pemerintah lainnya. 74 Sebagai upaya agar pemerintahan Republik tetap berjalan di Kota Medan, Walikota Medan Mr. Moh. Yusuf ditugaskan Gubernur Sumatera tetap berada di dalam wilayah Kota Medan. Pada bulan Mei 1946 di Kota Pematang Siantar kemudian dibentuk Departemen Perkebunan, Penerangan, dan Ekonomi. Memasuki bulan Juli 1946 dibentuk Dewan Penasehat Pemerintah Masalah Perkebunan dan Perkembangan Ekonomi yang dipimpin oleh Ir. Indratjaya dan Dr. Gindo Siregar. 75 Setelah semua pendukung kegiatan pemerintahan dapat berjalan, Pemerintah Provinsi Sumatera 74 Edi Saputra, op.cit., hlm. 235-236. 75 Budi Agustono, op.cit., hlm 376-377. 50 Universitas Sumatera Utara kembali fokus menyelesaikan masalah keuangan pemerintah dan perekonomian di Sumatera. Pemerintah Republik di Sumatera mencoba untuk sementara menahan inflasi dengan cara menjual harta benda negara dengan jalan menukar barang itu dengan barang-barang makanan dan barang-barang lain yang perlu untuk penduduk. Pemerintah juga tidak memberikan surat izin mengeluarkan barang-barang keluar negeri jika tidak memasukkan barang-barang ke Sumatera dengan maksud supaya jangan kebanjiran uang. 76 Maklumat yang dikeluarkan pemerintah pusat tentang obligasi pinjaman nasional kemudian dijalankan T.M Hasan di Sumatera dengan mengeluarkan remisi surat berharga sementara tanggal 1 Juni 1946 di Medan, remisi sebagai tanda terima uang pinjaman nasional sebelum dikeluarkannya obligasi resmi oleh Gubernur Sumatera. Pinjaman nasional ini membantu dalam menjalankan pemerintahan, selain itu turut membantu mengurangi peredaran uang Jepang yang beredar di Sumatera. Sebagai langkah untuk dapat melanjutkan dan meningkatkan pemerintahan Republik di Sumatera, T.M Hasan mengeluarkan ketetapan No. 128 a tanggal 22 Juni 1946. Peraturan ini berisi tentang penetapan gaji Pegawai Negeri di Sumatera dengan standar gaji yang diperbandingkan dengan gaji Pegawai Belanda. Gaji Gubernur Sumatera ditetapkan sebesar 1200 Rupiah, sedangkan gaji Residen bawahan T.M Hasan ditetapkan sebesar dua per tiga dari gaji Gubernur Sumatera. Besaran gaji 76 Djawatan Penerangan Provinsi Sumatera Uatara, Sumatera Utara, Medan: tanpa penerbit, 1953, hlm. 85. 51 Universitas Sumatera Utara untuk pegawai negeri di Sumatera ditetapkan sebesar 30 Rupiah, dinaikkan tiga kali lipat dari gaji pegawai rendahan Belanda. Keadaan keuangan yang sangat kacau akibat banyaknya jenis mata uang yang beredar menjadi fokus pekerjaan selanjutnya bagi Gubernur Sumatera. Mengatasi jumlah mata uang Jepang yang beredar terlalu banyak, ditetapkan peraturan No. 13M.G.S tanggal 22 Juli 1946 tentang larangan membawa uang kertas Jepang dari satu daerah ke daerah lain. Selanjutnya, T.M Hasan sebagai Gubernur Sumatera mengeluarkan peraturan No. 325 tanggal 30 Oktober 1946 yang menginstruksikan kewajiban menyimpan uang dalam bank. Kebijakan yang dikeluarkan Pemerintahan Republik di Sumatera ini diharapkan dapat mengurangi peredaran uang di wilayah Sumatera dan dampak inflasi akibat besarnya jumlah uang yang beredar. Sebelumnya, sebagai upaya untuk mengurangi fluktuasi harga barang-barang, dikeluarkan peraturan No.17M.G.S tanggal 26 Oktober 1946 yang menetapkan larangan menaikkan harga barang-barang pokok maupun barang-barang kebutuhan masyarakat lainnya. 77 Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Gubernur Sumatera dalam mengatasi masalah ekonomi dan keuangan pemerintahan ternyata belum mampu memberikan efek yang signifikan. Belanda yang telah mendapatkan klise mencetak uang, terus menyebarkan uang palsu ke daerah Republik, akibatnya inflasi terus berlanjut. Mengatasi masalah itu, Gubernur Provinsi Sumatera Mr. T.M Hasan mengeluarkan maklumat NO. 20M.G.S tanggal 2 Desember 1946 yang 77 Dwi Purwoko, op. cit., hlm. 44. 52 Universitas Sumatera Utara mengumumkan berlakunya Oeang Republik Indonesia ORI sebagai alat tukar yang sah dengan kurs satu Rupiah sama dengan seratus Rupiah uang Jepang. 78 ORI yang diperoleh merupakan hasil dari beberapa langkah penyeludupan melewati blokade ekonomi yang dilakukan Belanda di sepanjang perairan Sumatera. Pengedaran ORI kemudian dilakukan Pemerintah Provinsi Sumatera di Kota Medan melalui Bank Dagang Nasional Indonesia BDNI 79 yang berkedudukan di pusat Kota Medan. Pada masa perjuangan kemerdekaan, BDNI bertindak sebagai perwakilan Bank Negara Indonesia BNI yang aktif dalam penarikan uang pendudukan Jepang dari peredaran untuk ditukarkan dengan Oeang Republik Indonesia ORI di Sumatera Utara. ORI yang telah diperoleh kemudian mulai dipergunakan oleh Pemerintah Sumatera dalam mengatasi persoalan ekonomi dan keuangan. Namun, jumlah ORI yang diterima pemerintah ternyata belum mampu mengatasi kedua masalah itu. Memasuki awal tahun 1947, anggaran belanja untuk menggaji pegawai dan biaya perjuangan sudah tidak terpenuhi. Pemerintah Provinsi Sumatera mencoba meminta kepada pemerintah pusat untuk mengirim ORI agar dapat dimanfaatkan memenuhi kebutuhan keuangan pemerintah dan masalah ekonomi di Sumatera. Upaya meminta bantuan pemerintah pusat untuk mengirim ORI ternyata tidak dapat berhasil akibat blokade ekonomi yang semakin diperketat oleh Belanda. 78 Budi Agustono, op.cit., hlm. 22. 79 Bank Dagang Nasional Indonesia merupakan salah satu bank swasta nasional yang didirikan pada tahun 1946 dan berkedudukan di Kota Medan. Selain aktif dalam penarikan uang invasi dan pengedaran ORI, bank ini juga berperan dalam penjualan obligasi nasional RI tahun 1946 serta menjadi bank pengekspor hasil karet dari wilayah Republik ke Malaya. Lihat J.D. Parera, op.cit., hlm 157-158. 53 Universitas Sumatera Utara

BAB IV UPAYA PENCETAKAN DAN PEREDARAN ORIDA DI SUMATERA UTARA