Kondisi Keuangan dan Ekonomi Indonesia Awal kemerdekaan

disebabkan kemudahan dalam memperoleh kertas serta membawa ketas dari satu tempat ke tempat lainnya. Nilai intrinsik pada mata uang kertas selalu lebih rendah dari nilai nominalnya, sesungguhnya mengapa masyarakat mau menerima mata uang kertas ini sebagai alat tukar terletak pada kekuasaan yang dimiliki pemerintah. Masyarakat dapat menerima uang kertas sebagai alat tukar sebab masyarakat percaya pada pemerintah yang memiliki otoritas dalam hal alat tukar. Karena atas dasar kepercayaan inilah sehingga ada yang mengatakan bahwa uang kertas sebagai “uang kepercayaan”. 19 Sebagai alat tukar dan “uang kepercayaaan”, tentu pencetakan uang kertas harus disesuaikan dengan jumlah kebutuhan yang ada. Semakin besar jumlah uang yang dicetak akan menimbulkan inflasi 20 yang berujung pada penurunan kepercayaan masyarakat akan nilai uang tersebut, dan demikian sebaliknya. Untuk menjaga jumlah uang yang beredar sesuai dengan kebutuhan demi mencegah terjadinya inflasi dan fluktuasi harga, pemerintah kemudian melakukan langkah-langkah moneter dan kebijakan melalaui bank sentral.

2.2 Kondisi Keuangan dan Ekonomi Indonesia Awal kemerdekaan

Proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 menjadi langkah baru bagi bangsa ini untuk memulai kehidupan berbangsa dan bernegara 19 M. Manullang, op.cit., hlm. 25-26. 20 Pengertian Inflasi dapat diartikan sebagai kenaikan tingkat harga umum yang disebabkan karena peningkatan permintaan barang dan jasa, namun pemenuhan barang dan jasa itu tidak dapat meningkat secara seimbang. Lihat Oey Beng To, op.cit., hlm. 48. 17 Universitas Sumatera Utara yang merdeka. Kemerdekaan yang baru saja diperoleh bangsa ini ternyata harus menerima kenyataan pahit akibat kondisi ekonomi pada awal periode ini begitu buruk, baik secara makro maupun mikro sebagai peninggalan penjajah. Hancurnya sebagian besar aparat produksi, distribusi, dan jaringan perdagangan internasional setelah pendudukan Jepang, mengakibatkan kesulitan-kesulitan yang mendalam di awal periode kemerdekaan. Kekacauan ekonomi, khususnya masalah keuangan yang telah berlangsung dari masa perang dunia ke II, semakin parah pada masa pendudukan Jepang dan terus berlanjut hingga masa awal kemerdekaan Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, sistem ekonomi perang yang diterapkan Jepang di Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk membiayai kegiatan perang di Asia Pasifik. Sebagai upaya menutupi devisit anggaran pengeluaran, Pemerintah Militer Jepang kemudian mengeluarkan uang kertas militer di Indonesia. 21 Namun pengeluaran uang ini ternyata tidak berdasarkan pada jaminan logam mulia dan yang paling memprihatinkan, pengeluaran uang Jepang tidak diimbangi dengan banyaknya persediaan barang yang diperdagangkan. 22 Pada waktu uang kertas militer tersebut dikeluarkan, mata uang yang berlaku di Indonesia terdiri dari uang De Javasche Bank DJB, Uang kertas Pemerintahan Belanda muntbilyet, serta uang logam yang di 21 Selama 3 tahun pendudukan Jepang di Indonesia, Jepang telah mengeluarkan tiga jenis mata uang yaitu, Japansche Regeering menggunakan bahasa Belanda dan Gulden sebagai satuan uang , Dai Nippon Teikoku Seihu menggunakan Bahasa Indonesia dan Rupiah sebagai satuan uang, dan uang Pemerintah Dai Nippon. Lihat Bank Indonesia, Pameran Koleksi Uang Bank Indonesia, Museum Artha Suaka. Jakarta pusat: Tanpa penerbit dan tahun terbit, hlm. 20. 22 Kristaniarsi, op. cit., hlm. 35. 18 Universitas Sumatera Utara keluarkan oleh De Javasche Bank. 23 Uang militer Jepang kemudian membanjiri Indonesia dan mendorong meningkatnya inflasi terutama sejak tahun 1943 hingga 1945. Pada pertengahan tahun 1945 mata uang invasi Jepang bernilai sekitar 2,5 dari nilai nominalnya. 24 Inflasi besar di wilayah Indonesia terbukti dengan perbandingan angka antara jumlah uang yang beredar dengan jumlah produksi makanan yang terus menurun. Penurunan produksi makanan itu dipengaruhi secara signifikan oleh kondisi perang yang mulai terjadi di wilayah indonesia memasuki tahun 1940. Produksi makanan semakin menurun pada masa pendudukan Jepang, banyak masyarakat direkrut dalam kepentingan perang dan mengesampingkan masalah pertanian. Jumlah penurunan produksi makanan di Jawa sejak tahun 1941 sampai 1944 dapat dilihat melalui angka penurunan produksi makanan Pulau Jawa di bawah ini: Jumlah dalam kwintal, 1kwintal=100 kilogram 25 Jumlah produksi makanan di Pulau Jawa tentu membuat keberadaan bahan makanan sangat terbatas keberadaannya di tengah masyarakat. Terbatasnya jumlah 23 Oey Beng To, op.cit., hlm. 22. 24 Ricklef, M.C., Sejarah Indonesia Modern terj., Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991, hlm. 300. 25 Kristaniarsi, op.cit., hlm. 30. Tahun Padi Palawija 1941 1942 1943 1944 89. 939. 807 83. 081. 989 81. 125. 225 68. 115. 550 121.525.781 118.054.781 107.109.669 90.055.664 19 Universitas Sumatera Utara kebutuhan yang diinginkan mengakibatkan harga kebutuhan tersebut meningkat di Pulau Jawa, keadaan itu semakin parah ketika jumlah uang yang beredar sangat banyak dan memperparah penurunan nilai uang tersebut. Di daerah Jawa, peredaran uang kertas militer hingga bulan Juli 1943 bertambah sekitar kurang dari 5 juta Rupiah setiap bulan, pada akhir tahun 1944 bertambah sekitar 50 juta Rupiah setiap bulan. Pada bulan Maret 1945, jumlah peredaran uang militer Jepang menembus 80 juta Rupiah, dalam bulan Mei bertambah menjadi 117 juta Rupiah, hingga pada bulan Agustus mencapai 369 juta Rupiah. Jika diperhatikan peredaran uang militer ini dibandingkan dengan jumlah produksi pangan di Jawa yang terus menurun sejak tahun 1941 hingga 1944, tentu saja dapat terlihat betapa rendahnya nilai mata uang tersebut di dalam proses perdagangan. Keadaaan perekonomian dan keuangan yang sangat kacau kemudian diperparah lagi dengan kedatangan tentara Sekutu bersama tentara NICA Nederlands-Indische Civiele Administratie pada tanggal 4 Oktober 1945 di Tanjung Priok, dan pendaratan berikutnya di beberapa daerah pada bulan September 1945. Kedatangan pasukan ini bertujuan untuk menerima penyerahan pemerintahan dari Jepang atas wilayah Indonesia. Pendaratan tentara Sekutu ini diikuti dengan pendudukan kota-kota besar di Indonesia dan penguasaan berbagai bank yang 20 Universitas Sumatera Utara mengakibatkan wilayah Indonesia secara de facto terbagi atas wilayah Republik Indonesia dan wilayah pendudukan Belanda. 26 Melalui Bank-bank yang berhasil dikuasai tersebut, NICA kemudian mengedarkan uang cadangan masa pendudukan Jepang di daerah-daerah yang mereka kuasai dan memicu membengkaknya peredaran uang di Indonesia. Uang Jepang yang berhasil dikuasai NICA sebesar 2 miliar Rupiah, dengan jumlah itu mereka mencoba merusak harga pasar dan membayar harga barang jauh lebih tinggi. 27 Kedatangan tentara NICA bukan hanya menghambur-hamburkan uang cadangan masa pendudukan Jepang, namun juga mengacaukan perekonomian Indonesia dengan mengeluarkan uang NICA 28 yang sebelumnya telah dipersiapkan sebelum memasuki wilayah Indonesia. Pengeluaran uang NICA terdiri atas 9 pecahan, mulai dari pecahan f. 50 sampai dengan f. 500, pengeluarannya di atur dalam koninlijk Besluit tanggal 2 Maret 1943 dan pencetakannya dilakukan pada American Company di London. 29 26 Terbaginya wilayah tersebut mengakibatkan wilayah kekuasaan Republik Indonesia hanya meliputi wilayah Pulau Jawa, Madura serta Pulau Sumatera. Dalam perjalalanan selanjutnya Letnan Gubernur Jenderal Hindia Belanda Van Mook mengusulkan mengenai kemungkinan penerapan sistem federal di Indonesia dimana Indonesia pada gilirannya akan dibagi atas empat negara bagian yaitu, Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Indonesia Timur, atau hanya tiga jika Sumatera diakui sebagai bagian dari Republik. L ihat Ba’im, Terbentuk dan Runtuhnya Negara RIS 1945-1950, Tesis Universitas Indonesia: Jakarta, 1996, hlm. 29-30. 27 Departemen Penerangan RI, 20 Tahun Indonesia Merdeka, jilid II, Jakarta, 1968, hlm. 662. 28 Uang NICA d isebut juga dengan “uang merah”, hal ini didasarkan pada warna kemerah- merahan yang terdapat pada pecahan f. 10 uang NICA yang banyak beredar masa itu. Lihat Oey Beng To, op.cit., hlm. 18. 29 Ibid. 21 Universitas Sumatera Utara Keadaan ekonomi semakin merosot seiring dengan peredaran berbagai jenis mata uang di Indonesia. Di lain sisi, pemerintah Indonesia tidak bisa menyatakan bahwa uang masa pendudukan Jepang tidak berlaku karena pada awal tahun 1945 negara Indonesia belum memiliki uang yang sah sebagai penggantinya. Untuk mengatasi peredaran berbagai jenis mata uang dan mengurangi dampak inflasi, maka pada tanggal 3 Oktober 1945 pemerintah mengeluarakan kebijakan melalui departemen keuangan tentang macam uang yang berlaku di Indonesia, terdiri dari: ”A. uang kertas 1. Dari “De Javasche Bank” dikeluarkan tahun 1925 sampai dengan tahun 1941 terdiri dari 8 macm yaitu: f. 1.000-, f. 500-, f. 200-, f. 100-, f. 50-, f. 25-, f. 10-, f. 5-. 2. Dari pemerintah Belanda dahulu, yang dikeluarkan pada tahun 1940 dan 1941 terdiri dari dua macam, yaitu: f. 250-, dan f. 1-. 3. Dari Pemerintah Balatentara Dai Nippon dan Djawa dahulu, terdiri dari 8 macam, yaitu: f. 100-. f. 10-, f. 5-. f. 1-, f. 0,50-, f. 0,10-, f. 0,05-, dan f. 0,01-. B. Uang logam Yang dikeluarkan oleh pemerintah Hindia Belanda dahulu sebelum tahun 1942: 1. Dari emas seharga f. 10-, dan f. 5-. 2. Dari perak seharga f. 2,50-, f. 1-, f. 0,50-, f. 0,25-, dan f. 0,10-. 3. Dari nikel seharga f. 0,05-. 4. Dari tembaga atau brons seharga f. 0,025-, f. 0,01-, dan f, 005-. 22 Universitas Sumatera Utara Macam uang yang dianggap sah didaerah Republik di luar Jawa akan ditetapkan dengan undang- undang lain.” 30 Pengeluaran maklumat pemerintah tanggal 3 Oktober 1945 sebelumnya didahului dengan keluarnya maklumat tanggal 2 Oktober 1945 yang menyatakan bahwa pemerintah Republik Indonesia tidak mengakui uang NICA sebagai uang yang sah. Peredaran dan penggunaan uang NICA di wilayah yang dikuasai pemerintah Republik Indonesia kemudian dapat ditekan walau tak bisa dihentikan seluruhnya. Di daerah yang dikuasai pemerintah Republik Indonesia, peredaran uang NICA memang dapat dihentikan, namun di daerah yang telah diduduki tentara NICA penggunaan uang NICA sebagai uang yang sah terus berlanjut, terutama akibat tekanan-tekanan yang dilakukan tentara sekutu dan NICA yang menyatakan uang NICA adalah uang yang sah di kalangan masyarakat.

2.2 Upaya Pencetakan Oeang Republik Indonesia ORI