Mengenai profesi tertentu seperti lawyer, notaris, akuntan independent, mengenai bidang profesi ini Rancangan Undang Undang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang memasukkannya sebagai pihak pelapor, dengan pemikiran bahwa bidang profesi ini dapat membantu upaya
penegakan hukum dan dapat berperan sebagai “palang pintu” gatekeeper karena sesuai dengan sifat pekerjaannya dimaksud dapat mendeteksi kemungkinan terjadinya
pencucian uang melalui penggunaan perjanjian-perjanjian legal, seperti trust dan corporate vehicles.
127
2. Hambatan Dari Sisi Struktur Hukum
Kemudian dalam Undang Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dalam
Pasal-pasalnya tidak menyebutkan dengan tegas mengenai kewajiban ini, tetapi dalam penjelasan Pasal 41 ayat 1, secara tersirat dimasukkan sebagai pihak pelapor.
Praktek penegakan hukum tindak pidana pencucian uang bukanlah hal yang mudah, seperti yang disebutkan oleh Kabareskim Polri dalam makalahnya bahwa
tindak pidana pencucian uang terjadi karena faktor internal penyedia jasa keuangan atau penyedia barang dan jasa lainnya sebagai akibat dari longgarnya penerapan
prinsip mengenal nasabah dan lemahnya data atau sistem dalam analisa transaksi keuangan mencurigakan sehingga belum mampu menangkal dari awal penempatan
dana hasil kejahatan ke dalam sistem perbankan.
128
127
Yunus Husein, “Urgensi Pengesahan Rancangan Undang-Undang tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang” , disampaikan dalam Rapat Umum Denger
Pendapat Panitia Khusus RUU tentang Pencegahan dan Pemberantasan TPPU dengan Kepala PPATK tanggal 6 Mei 2010 di Dewan Rerwakilan Rakyat, Jakarta. hal. 12
128
Anonim, “Optimalisasi Peran Kepolisian Dalam Meningkatkan Efektivitas Kerjasama Penanganan Tindak pidana Penucian Uang”, Mabes POLRI, Kabareskrim, Makalah, disampaikan
pada seminar sosialisasi Pencegahan dan Pemberantasan Tindak pidana Pencucian Uang, Medan, 14 April 2011, hal. 8
Universitas Sumatera Utara
Kemudian lambannya informasi intelijen tentang transaksi keuangan mencurigakan dan kurangnya kerjasama antar lembaga
129
Selain itu, permasalahan penegakan hukum juga dipengaruhi oleh banyaknya perkembangan produk perbankan, jasa, investasi dan sistem pembayaran yang
kompleks. Semua hal ini menyebabkan munculnya modus-modus baru yang rumit dalam sistem pembuktian tindak pidana pencucian uang.
baik antara penyedia jasa keuangan maupun penyedia barang dan jasa lainnya dengan aparat penegak hukum
Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan demikian juga dengan PPATK.
130
Penyidikan akan semakin sulit ketika melibatkan penggunaan jasa wire system, hal ini nampaknya dikarenakan
tuntutan efisiensi, kecenderungan ekonomi, teknologi dan tuntutan kebutuhan pasar terbuka. Sejak 1989 dihampir semua negara telah menerapkan wire transfer system
secara internal, antar bank dan lembaga keuangan transffering fund by electronic messages between banks-wire transfer, ini merupakan cara untuk memindahkan
dana ilegal dengan cepat dan tidak mudah untuk dilacak oleh jangkauan hukum, dimana sekaligus pada saat yang sama terjadilah pencucian uang dengan cara
mengacaukan audit trail.
131
129
Ibid
130
Ibid
131
Yenti Garnasih, Op. cit., tanpa halaman, cara ini juga sering disebut sebagai Electronic Fund Transfer EFT atau cyber payment yang merupakan salah satu jasa yang diberikan oleh
electronic banking, yang memungkinkan pembayaran transfer berlangsung dengan mobilitas tinggi dengan mengoptimalkan jaringan perbankan international International Offshore Banking Centers
sebagai lembaga intermediasi.
Universitas Sumatera Utara
Berkenaan dengan tugas penyidikan polisi harus memperoleh alat bukti yang akan diajukan pada jaksa untuk selanjutnya diungkapkan di persidangan, dan untuk
perkara pencucian uang bukanlah masalah mudah, apalagi harus dikaitkan dengan kejahatan asalnya. Peran polisi juga sangat dominan manakala berkaitan dengan
pengembalian harta kekayaan hasil tindak pidana ini di luar negeri. Kemajuan dibidang teknologi informasi memungkinkan kejahatan pencucian uang bisa terjadi
melampaui batas kedaulatan suatu negara, untuk mencegah dan memberantasnya memerlukan kerjasama antara negara.
Selain itu polisi juga harus menemukan fakta untuk dibuktikan jaksa yang meliputi unsur subyektif atau mens rea dan unsur obyektifnya atau actus reus. Mens
rea yang harus dibuktikan yaitu knowledge mengetahui atau patut menduga dan intended bermaksud. Kedua unsur tersebut berkaitan dengan unsur terdakwa
mengetahui bahwa dana tersebut berasal dari hasil kejahatan dan terdakwa mengetahui tentang atau maksud untuk melakukan transaksi. Untuk memenuhi unsur
yang harus dibuktikan jaksa tersebut sangat sulit, mengetahui atau cukup menduga apalagi bermaksud untuk menyembunyikan hasil kejahatan, benar-benar harus
didukung berbagai faktor terutama dari perilaku dan kebiasaan pelaku. Hal ini nantinya pasti juga akan menimbulkan akibat hukum yang akan
melibatkan pihak penyedia jasa, PPATK demikian juga aparat penegak hukum. Untuk mengatasi hal ini maka dibutuhkan pengaturan yang lebih lanjut dengan
memperhatikan peraturan di bidang pencucian uang maupun pelaksanaan pembuktiannya.
Universitas Sumatera Utara
Dalam menangani tindak pidana pencucian uang, ada 2 faktor yang harus diperhatikan yaitu Tindak Pidana Asal dan Keberadaan Harta Hasil Kejahatan.
132
1. Faktor Tindak Pidananya
Bahwa tindak pidana pencucian uang dalam pemeriksaan pada tingkat penyidikan, penuntutan dan sidang pengadilan tidak perlu dibuktikan terlebih dahulu,
133
Dalam hal ini perlu diperhatikan tentang adanya perluasan penyidik tindak pidana pencucian uang yang terdiri dari Polri, Kejaksaan, KPK, BNN, Ditjen Bea dan
Cukai, Ditjen Pajak. namun pemeriksaan tersebut mempunyai tujuan yakni untuk memutuskan siapa yang
bersalah. Keputusan pengadilan dilakukan atas perbuatan melawan hukum yakni perbuatan menempatkan, menghibahkan, memindahkan atau menyamarkan harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil dari tindak pidana.
134
Metode penelusuran harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana pencucian uang adalah merupakan metode yang lebih mudah dan resiko lebih kecil
dalam upaya penegakan hukumnya, tetapi yang menjadi kendala dalam proses ini adalah bagaimana kalau tindak pidana pencucian uang sebagai ternyata tidak terbukti,
sedangkan terhadap asset telah dilakukan pemblokiran, maka hal ini dapat dikatakan sebagai hambatan dalam penerapan hukum oleh aparat penegak hukum.
Semua unsur ini harus mengharmonisasikan langkah dalam upaya penyidikan guna menghindari terjadinya tumpang tindih kewenangan dalam
proses penyidikan terhadap subyek yang sama.
132
Anonim, Op. cit., hal. 9-10
133
Yenti Garnasih, Op. cit., tanpa halaman
134
Perluasan penyidik dalam tindak pidana pencucian uang, yang berlaku sejak disahkannya Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang
Universitas Sumatera Utara
2. Keberadaan harta hasil kejahatan
Diperlukan kecepatan dan ketepatan dalam menentukan harta hasil kejahatan, yang nantinya diikuti oleh pemblokiran dan penyitaan.
135
Kelemahan dalam penerapan undang-undang tindak pidana pencucian uang juga terjadi akibat adanya:
Dalam pelaksanaannya sangat dibutuhkan pedoman pelaksanaan penghentian transaksi, pemblokiran
transaksi dan kemudian penyitaan.
136
Indonesia merupakan tempat strategis dalam peta politik global baik dari aspek ekonomi internasional, politik internasional dan keamanan maupun pertahanan
regional. Efektifitas penanganan tindak pidana pencucian uang sangat ditentukan oleh kerjasama berbagai pihak, sebagai implementasi nota kesepahaman MoU antara
Polri, Kejaksaan, KPK, BNN, Ditjen Bea dan Cukai, Ditjen Pajak. Sistem birokrasi di Indonesia sangat lemah dalam segi
manajemen administrasi, koordinasi, dan pengawasan pelaksanaan tugas yang dibebankan oleh undang-undang. sistem birokrasi di Indonesia masih sangat lemah
dari sisi profesionalisme, integritas, dan akuntabilitas sehingga potensial muncul penyalahgunaan wewenang serta korupsi, kolusi, dan nepotisme.
137
135
Upaya yang dibenarkan oleh Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, guna menghindari dipindahkan atau dialihkannya
harta hasil kejahatan tersebut.
136
Romli Atmasasmita, Op. cit. tanpa halaman
137
Yunus Husein , “Mutual Legal Assistance: Suatu Keharusan Dalam Penegakan Hukum” http:Yunushusein.wordpress.com200713_mutual-legal–assistance-suatu-keharusan–dalam-
penegakan-hukum.x.pdf, diakses tanggal 29 Maret 2012.
Hal ini diperlukan untuk meningkatkan upaya penegakan hukum tindak pidana pencucian
uang dan menyita harta hasil kejahatan.
Universitas Sumatera Utara
Dalam hal adanya keharusan mengenali Pengguna Jasa customer due diligence, maka hal ini tentunya ada beberapa dampak yang muncul yaitu: seperti
diperlukan adanya kesiapan mental, pengetahuan, sistem pengenalan nasabah, sistem pelaporan dan arsip, keterampilan dan pengamanan bagi kalangan perbankan untuk
melaksanakan undang-undang dan Peraturan Bank Indonesia ini. Di samping itu, mengingat money laundering paling banyak dilakukan
melalui jasa-jasa perbankan,
138
Untuk dapat memaksimalkan penegakan hukum tindak pidana pencucian uang, maka perlu adanya penyesuaian beberapa undang-undang terkait, seperti
Peraturan Bank Indonesia, Undang-Undang Perbankan, Undang-Undang Pasar Modal khususnya yang berkaitan dengan ketentuan kerahasiaan. Bank harus mengubah
caranya beroperasi agar terhindar dari penyalahgunaan oleh penjahat dan terhindar juga dari hukuman pidana.
maka sudah tentu industri perbankan akan sangat terpengaruh oleh undang-undang Money laundering dan industri perbankan sangat
berperan di dalam pencegahan money laundering.
139
Keseragaman kualitas pelaksanaan penerapan prinsip mengenal nasabah pada seluruh penyedia jasa keuangan, khususnya pada seluruh
perbankan nasional serta komitmen dan pandangan yang sama dari perbankan dan nasabah terhadap pentingnya penerapan ketentuan anti money laundering.
138
Yunus Husein, “Beberapa Petunjuk Bagi Bank Dalam Mewaspadai Kejahatan Pencucian Uang”, http: Yunushusein.wordpress.com 200726_beberapa_petunjuk-bagi-bank_yhx.pdf, diakses
tanggal 29 Maret 2012.
139
Yunus Husein, “Kebijaksanaan Bank Indonesia Tentang Pencucian Uang Money laundering”, http:yunushusein.files.wordpress.com20070727_kebijakan-bank-indonesia_yh_x.pdf
hal. 9-10. Diakses tanggal 29 Maret 2012.
Universitas Sumatera Utara
3. Hambatan Dari Sisi Budaya Hukum