7
Jika pers disuatu negara memiliki cara pandang berbeda terhadap suatu peristiwa yang tejadi di dunia ini, maka pers Islam memiliki prespektif berbeda
pula dalam memberitakannya, yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan sunah. Menyimak Indonesia merupakan negara yang berpenduduk mayoritas umat
Islam, maka memiliki dasar bahwa peristiwa-peristiwa yang dialami dapat disimak melalui firman Allah yang terdapat dalam kitab Al-qur’an dan juga
ajaran Rasulullah hadist sunnah.
Setiap insan pers tentu memiliki arah pemberitaan sesuai dengan ideologi yang diterapkan dalam medianya. Peneliti memilih Republika Online
sebagai portal berita nasional yang bernuansa Islam. Republika online merupakan salah satu media yang memiliki topik memberitakan peristiwa
pemblokiran situs Islam, salah satunya yaitu berita terkait kebebasan pers.
Dengan demikian, uraian diatas telah menumbuhkan ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian. Penuis ingin mengetahui bagaimana
kaitan kebebasan pers dengan berita pemblokiran situs Islam di media Republika Online, makna yang dibangun, dan ideologi yang digunakan
Repubika Oline dalam mengemas berita pemblokiran situs Islam.
I. 2 Fokus Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kaitan naskah kebebasan pers pada berita
pemblokiran situs Islam di Republika Online? 2.
Bagaimana makna yang dibangun Republika Online dalam membingkai berita pemblokiran situs Islam?
3. Bagaimana ideologi yang digunakan Republika Online dalam
memberitakan pemblokiran situs Islam dilihat dari sisi kebebasan pers?
8
I. 3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan kebebasan pers pada berita pemblokiran situs Islam di Republika Online.
2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang dibangun oleh
Republika Online dalam membingkai berita pemblokiran situs Islam. 3.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ideologi Republika Online dalam memberitakan pemblokiran situs Islam yang dilihat dari sisi
kebebasan pers.
I. 4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah: 1.
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan berguna memperluas pengetahuan peneliti dalam bidang jurnalistik, khususnya dalam
kontruksi berita di media massa. 2.
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khazanah penelitian di Departemen Ilmu Komunikasi
FISIP USU, terutama yang berkaitan dengan analisis framing di media massa.
3. Secara praktis, diharapkan bermanfaat bagi pembaca agar lebih kritis
terhadap informasi yang disajikan dan memberikan masukan pemikiran kepada pihak-pihak yang membutuhkan.
9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
II. 1 Paradigma
Paradigma diartikan sebagai cara pandang seseorang terhadap diri dan lingkungannya yang akan mempengaruhinya dalam berpikir kognitif,
bersikap afektif, dan bertingkah laku konatif. Oleh karena itu, paradigma sangat menentukan bagaimana seorang ahli memandang komunikasi yang
menjadi objek ilmunya Vardiansyah, 2008: 27. Paradimgma
merupakan serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. Paradigma meliputi tiga elemen, yakni epistemologis
yaitu untuk mengetahui realitas, ontologis untuk mengetahui hakikat dari realitas itu sendiri, dan metodologi yang memfokuskan diri dari bagaimana
cara mendapatkan pengetahuan dari realitas tersebut. Paradigma akan mengarahkan peneliti untuk menggunakan teori-teori seperti apa yang menjadi
landasan suatu masalah penelitian Nasrullah, 2014: 161.
II.1.1 Paradigma Konstrutivisme
Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan itu ada
dalam diri seseorang yang sedang mengetahui. Pada proses komunikasi, pesan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari otak seseorang ke kepala orang lain.
Penerima pesan sendirilah yang harus mengartikan apa yang telah diajarkan dengan menyesuaikan terhadap penalaman mereka Ardianto, 2007: 154.
Teori konstruktivisme adalah pendekatan secara teoritis untuk komunikasi yang dikembangkan tahun 1970-an oleh Jesse Delia dan rekan-rekan sejawatnya.
Teori konstruktivisme menyatakan bahwa individu menginterpretasikan dan beraksi menurut kategori konseptual dari pikiran. Realitas tidak menggambarkan
diri individu nemun harus disaring melalui cara pandang orang terhadap realitas tersebut. Konstruktivisme meyakini bahwa segala sesuatu ada karena konstruksi
tertentu. Ardianto, 2007: 158.
10
Pendekatan konstruktisionis menegaskan berita sesungguhnya adalah hasil dari konstruksi sosial yang selalu melibatkan pandangan ideologi, nilai-
nilai dari jurnalis atau media. Menururt pendekatan konstruksionis, hasil kerja jurnalis tidak dapat dinilai dengan standar yang rigid dan kaku. Aspek etika,
moral, dan nilai-nilai juga akan mewarnai pemberitaan, karena hal-hal itu merupakan bagian yang integral dalam diri jurnalis. Dalam pandangan ini,
junalis bukanlah robot yang dapat diprogram untuk senantiasa melaporkan fakta apa adanya Sudibiyo, 2001: 259.
Konstruktivisme berpendapat bahwa semesta secara epistimologi merupakan hasil konstruksi sosial. Pengetahuan manusia adalah konstruksi
yang dibangun dari proses kognitif dengan interaksinya dengan objek material. Pengalaman manusia terdiri atas interpretasi bermakna terhadap kenyataan dan
bukan pernyataan wartawan. Konstruksionis memiliki pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya. Menurut Berger, realitas
merupakan sesuatu yang dibentuk dan dikonstruksi Eriyanto, 2002:15. Dalam pandangan konstruktivisme, bahasa tidak lagi hanya dilihat
sebagai alat untuk memahami realitas objektif belaka dan dipisahkan dari subjek sebagai penyampai pesan. Namun, subjek tersebutlah yang merupakan
faktor sentral dalam kegiatan komunikasi serta hubungan-hubungan sosialnya. Subjek melakukan kontrol terhadap maksud-maksud tertentu dalam setiap
wacana. Setiap pernyataan pada dasarnya adalah tindakan pembentukan diri serta pengungkapan jati diri dari sang pembicara. Oleh karena itu, analisis
dapat dilakukan demi membongkar maksud dan makna-makna tertentu dari komunikasi Ardianto, 2007: 151.
Dalam hal ini terdapat pesan sederhana yang memiliki satu tujuan dan pesan kompleks yang memiliki banyak tujuan. Pesan kompleks ini dirancang
untuk memenuhi kebutuhan orang lain lain dan komunikasi antarpesona dapat tercipta. Konstruktivisme dengan demikian dapat dikategorikan komunikasi
yang berpusat pada orang dan diferensiasi kognitif menunjukkan adanya desain pesan Ardianto, 2007: 158
Komunikasi berbasis diri adalah model komunikasi yang memeriksa proses lahirnya pesan berdasarkan orientasi diri. Menururt kalangan
11
konstruktivis, pesan-pesan berbasis “diri “merefleksikan kewaspadaan dan adaptasi subjektif, afektif, serta aspek relasional dalam konteks komunikasi.
Sebuah pesan berbasis “diri” merupakan suatu gagasan yang menyokong kebutuhan pendengarnya, perhatian atas situasi yang mungkin mengarah pada
tujuan yang beragam Ardianto, 2007: 159. Desain pesan didasarkan pada kecendrungan seseorang dalam memanajemen tujuannya untuk kepentingan
sampainya tujuan melalui pesan yang dipilihnya. Berdasarkan epistemologi ilmu komunikasi, cara pengembangan ilmu
komunikasi melalui penelitian ilmiah dilakukan ke dalam tiga jenis penelitian, yaitu: 1. Analisis wacana Discourse Analysis, 2. Analisis Semiotika Semiotic
Analysis, dan 3. Analisis Framing Framming Analysis.
1. Analisis wacana
Analisis wacana lahir dari kesadaran bahwa persoalan yang terdapat dalam komunikasi bukan terbatas pada penggunaan kalimat atau bagian
kalimat, fungsi ucapan, tetapi mencakup struktur pesan yang lebih kompleks dan inheren yang disebut wacana Sobur, 2004: 47-49.
Wacana tidak hanya mencakup percakapan atau obrolan, tetapi juga pembicaraan di tempat umum, tulisan, serta upaya-upaya formal seperti
laporan ilmiah dan sandiwara atau lakon. Secara sederhana, analisis wacana adalah studi tentang struktur pesan dan telaah mengenai aneka fungsi pesan
dalam komunikasi Zamroni, 2009: 88-90. Analisis wacana adalah salah satu alternatif dari analisis isi selain
analisis kuantitatif yang dominan dan banyak dipakai. Jika analisis kuantitatif lebih menekankan pada pertanyaan “apa” what, analisis wacana melihat pada
“bagaimana” how dari pesan atau teks komunikasi. Melalui analisis wacana kita bukan hanya mengetahui bagaimana isi teks berita, tetapi juga bagaimana
pesan itu disampaikan. Lewat kata, frase, kalimat, metafora suatu berita disampaikan. Dengan melihat bagaimana bangunan struktur kebahasaan
tersebut, analisis wacana lebih bisa melihat makna yang tersembunyi dari suatu teks Eriyanto, 2001: xv.
Menururt Mills dalam Sobur, 2004: 11, dengan mengacu pendapat
12
Foucault, membedakan pengertian wacana menjadi tiga macam, yaitu: a.
Level Konseptual teoritis, wacana diartikan sebagai domain umum dari semua pertanyaan, yaitu semua ujaran atau teks yang mempunyai
makna dan mempunyai efek dalam dunia nyata. b.
Konteks pengunaannya, wacana berarti sekumpulan pernyataan yang dapat dikelompokkan ke dalam kategori konseptual tertentu.
c. Metode penjelasannya, wacana merupakan suatu praktik yang diatur
dengan suatu cara tertentu, misalnya wacana imperialime dan wacana feminisme.
2. Analisis Semiotika
Silvian mengatakan bahwa komunikasi adalah negosiasi dan pertukaran makna dalam mana pesan dibangun oleh masyarakat berdasar budaya dan
realitas, yang mampu berinteraksi karena menggunakan makna yang mereka bangun dan mereka pahami bersama untuk menumbuhkan saling pengertian
Zamroni, 2009: 91. Menurut Preminger dalam Sobur, 2004: 96, Semiotika merupakan
ilmu tentang tanda-tanda. Semiotika menganggap bahwa fenomena sosial masyarakat dan kebudayaan merupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari
sistem-sistem, aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda- tanda tersebut mempunyai arti. Menururt Dan Mimmo Semiotika membahas
tentang keragaman bahasa dari tiga prespektif: semantika, yaitu studi tentang makna; sintatika, yang berurusan dengan kaidah dan struktur yang
menghubungkan tanda-tanda satu sama lain misalnya tata bahasa; dan pragmatika, yaitu analisis penggunaan dan akibat permainan kata Zamroni,
2009: 93. Roland Barthes, memberikan cara bagaimana mengalisis tanda-tanda
komunikasi yang disebut semiologi komunikasi, yaitu mementingkan hubungan antara tanda dengan pengirim dan penerimanya. Dengan begitu,
seorang peneliti menganalisis teks berdasarkan konteksnya, referensinya dan dapat menggunakan penjelasan sintaksis ketatabahasaan dan analisis
semantik makna tanda-tanda bahkan historical events dan objects, termasuk
13
teks tertulis. Oleh karena semiologi, analisis teks, berarti menganalisis tentang segala hal yang berhubungan dengan sistem simbolik dan semantik dari
peradaban manusia seluruhnya Zamroni, 2009: 92.
3. Analisis Framing
Pada dasarnya, analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana, khususnya untuk menganalisis teks media.
Analisis framing sebagai suatu metode analisis teks banyak mendapat pengaruh dari teori sosiologi dan psikologi Zamroni, 2009: 94.
Menurut Imawan dalam Sobur, 2004: 162 pada dasarnya framing adalah pendekatan untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi realitas.
Untuk melihat bagaimana cara media memaknai, memahami dan membingkai kasus atau peristiwa yang diberitakan. Sebab media bukanlah cerminan realitas
yang memberitakan apa adanya. Namun, media mengkonstruksi realitas sedemikian rupa, ada fakta-fakta yang diangkat ke permukaan, ada kelompok-
kelompok yang diangkat dan dijatuhkan, ada berita yang dianggap penting dan tidak penting. Karenanya berita menjadi manipulatif dan bertujuan untuk
mendominasi keberadaan subek sebagai sesuatu yang legitimatif, objektif, alamiah, wajar, atau tak terelakkan.
Analisis framing adalah salah satu metode penelitian yang termasuk baru dalam dunia ilmu komunikasi. Para ahli menyebutkan bahwa analisis
framing ini merupakan perpanjangan dari analisis wacana yang dielaborasi terus menerus ini menghasilkan suatu metode yang up to date untuk
memahami fenomena-fenomena media mutakhir Sudibyo, 2001: 23. Dalam prespektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk
membedah cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis framing ini mencermati strategi seleksi, penonjolan dan pertautan fakta ke
dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, dan lebih berarti atau lebih diingat untuk menggiring inteprestasi khalayak sesuai prespektifnya. Dengan
kata lain, framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana prespektif atau cara pandang wartawan untuk menyeleksi suatu isu dan menulis berita
Sobur, 2004: 162.
14
II.2 Uraian Teoritis
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan masalah. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori
yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot Nawawi, 2001: 39. Maka, teori yang relevan
untuk penelitian ini adalah:
II. 2.1 Berita
Berita merupakan aktivitas inti dalam praktik jurnalistik. Menururt Lord Northeclife, dalam Barus, 2010: 26 seorang raja pers asal Inggris, “News is
anything out of ordinary”. Sementara Sumadiria 2005: 65 menjelaskan berita sebagai laporan tercepat mengenai fakta atau ide terbaru yang benar, menarik
dan atau penting bagi sebagian besar khalayak, melalui media berkala seperti surat kabar, radio, televisi, atau media online internet.
Berita adalah hasil akhir dari proses kompleks dengan memilah-milah dan menentukan peristiwa serta tema-tema tertentu dalam satu kategori
tertentu. Seperti yang dikatakan MacDougal dalam Eriyanto, 2002: 102, setiap hari ada jutaan peristiwa di dunia ini, dan semuanya secara potensial
dapat menjadi berita. Dalam pandangan Fishman, berita bukanlah refleksi atau distorsi dari realitas yang seakan berada di luar sana. Berita adalah apa yang
pemberita buat, penyajian berita merefleksikan sesuatu maka refleksi itu adalah praktik pekerja dalam organisasi yang memproduksi berita Eriyanto, 2002:
100. Berita bukanlah representasi dari realitas melainkan konstruksi dan
pemaknaan atas realitas. Pemaknaan seseorang atas sebuah realitas bisa jadi berbeda dengan orang lain, yang tentunya akan menghasilkan realitas yang
berbeda pula Eriyanto, 2002: 21. Naskah berita ditulis dengan menggunakan pola penulisan piramida
terbalik dan mengacu kepada 5W+1H agar berita lengkap, akurat, dan memenuhi standar teknis jurnalistik. Artinya berita mudah disusun dalam pola
yang sudah baku dan mudah dipahami oleh pembaca. Naskah berita ditulis
15
dengan menggunkan rumus 5W+1H, yaitu what apa, where dimana, who siapa, why mengapa, when kapan, dan how bagaimana.
Tidak semua peristiwa layak dilaporkan kepada publik. Karena sebuah berita yang siap dipublikasikan harus mengandung nilai berita, kalau tidak,
maka sebuah peristiwa tidak layak dilaporkan atau dijadikan berita. Ada beberapa unsur atau aspek yang dijadikan acuan untuk menentukan nilai berita
suatu kejadian atau fakta. Sumadiria 2005: 80 menjelaskan kriteria umum nilai berita yaitu :
1. Keluarbiasaan unusualness
Berita adalah sesuatu yang luar biasa. Dalam pandangan jurnalistik, berita bukanlah suatu peristiwa biasa melainkan suatu peristiwa yang
luar biasa news is unusual. 2.
Kebaruan newness Berita adalah semua apa yang disebut hasil karya terbaru, karena semua
hal yang baru, apa pun namanya, pasti memiliki nilai berita. 3.
Akibat impact Berita adalah segala sesuatu yang berdampak luas. Suatu peristiwa tidak
jarang menimbulkan dampak besar dalam kehidupan masyarakat. 4.
Aktual timeliness Berita adalah peristiwa yang sedang atau baru terjadi. Secara sederhana,
aktual berarti menunjuk pada peristiwa yang baru atau sedang terjadi. 5.
Kedekatan proximity Berita adalah kedekatan. Kedekatan mengandung dua arti, kedekatan
geografis suatu peristiwa yang terjadi di sekitar tempat tinggal kita dan kedekatan psikologis keterikatan pikiran, perasaan, atau kejiwaan
seseorang dengan objek peristiwa. 6.
Informasi information Berita adalah informasi. Menurut Wilbur Schramm, informasi adalah
segala yang bisa menghilangkan ketidakpastian. 7.
Konflik conflict Berita adalah konflik atau segala sesuatu yang mengandung unsur atau
sarat dengan dimensi pertentangan. Konflik atau pertentangan
16
merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis.
8. Orang Penting public figure, news maker
Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figur publik.
9. Kejutan surprising
Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, dan tidak diketahui sebelumnya.
10. Ketertarikan Manusiawi human interest
Cerita human interest lebih banyak mengaduk-aduk perasaan daripada mengundang pemikiran. Para praktisi jurnalistik mengelompokkan
kisah-kisah human interest ke dalam berita ringan atau soft news. 11.
Seks sex Berita adalah seks, seks adalah berita. Sepanjang sejarah peradaban
manusia, segala yang berkaitan dengan perempuan, pasti menarik dan menjadi sumber berita. Segala macam berita tentang perempuan,
tentang seks, selalu banyak peminatnya.
II. 2.2 Media Massa dan Konstruksi Realitas Sosial