41
3. Media harus memproyeksikan gambaran yang benar-benar mewakili dari
kelompok-kelompok konstituen dalam masyarakat. 4.
Media harus menyajikan dan menjelaskan tujuan-tujuan dan nilai-nilai masyarakat.
5. Media harus menyediakan akses penuh terhadap informasi.
Teori tanggung jawab sosial mengharuskan pers menjamin bahwa semua pihak dapat terwakili dan masyarakat mendapat cukup informasi untuk
mengambil keputusan. Pemilik media harus ikut menanggung segala akibat kerugian masyarakat yang ditimbulkan media dan bila mereka mengabaikan
tanggung jawab tersebut, dianggap perlu adanya pemaksaan untuk itu oleh lembaga publik lainnya termasuk pemerintah Barus, 2010: 241.
Mondry 2008 menjelaskan dengan teori ini, orang yang ingin mengatakan sesuatu dapat saja menggunakan media massa, tidak harus mereka
yang memiliki izin seperti teori otoritarian, tidak harus memiliki kemampuan ekonomi seperti teori libertarian, apalagi tidak berhak menungkapkan
pendapatnya seperti teori Soviet Komunis. Pengawasan tidak hanya berasal dari dalam seperti teori libertarian, teori ini mengatakan bahwa pengawasan dilakukan
melalui pendapat masyarakat, tindakan konsumen, dan etika-etika kaum profesional Kusumaningrat, 2005:20.
II. 2. 9 Analisis Framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani
Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson pada tahun 1955 Sobur, 2004: 161. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur
konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisasi pandangan politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori
standar untuk mengapresiasi realitas. Tetapi akhir-akhir ini konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk
menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh media massa.
42
Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan
teks berita yang dihasilkannya Eriyanto, 2002: 13.
Dalam analisis framing, yang kita lihat adalah bagaimana cara media memaknai, memahami, dan membingkai kasus peristiwa yang diberitakan. Ada
beberapa tokoh yang memberikan definisi framing. Beberapa definisi para ahli tersebut dapat dilihat pada tabel berikut Eriyanto, 2002: 67-68.
Tabel II.1 Definisi framing menurut para ahli
TOKOH DEFINISI
Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga
bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan
penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan
alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. William A. Gamson
Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan
konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara
bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan package. Kemasan itu semacam skema atau
struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia
sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan- pesan yang ia terima.
Todd Gitlin Strategi bagaimana realitasdunia dibentuk dan
disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa
43
ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak
pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek
tertentu dari realitas. David E. Snow and
Robert Benfort Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan
kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata
kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu.
Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu
untuk menempatkan, menafsirkan,
mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame
mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan
membantu individu untuk mengerti makna peristiwa.
Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki
Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam
mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi
pembentukan berita.
Sumber: Eriyanto, 2002: 67-68
Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana persepektif atau cara
pandang yang digunakan oleh wartawan ketika meyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang tersebut yang pada akhirnya menentukan fakta apa yang
diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan bagian mana yang dihilangkan,
44
serta hendak dibawa kemana berita tersebut Sobur, 2004 : 162. Analisis framing memiliki beberapa karakteristik, di antaranya:
1. Pusat perhatiannya adalah pembentukan pesan teks;
2. Melihat bagaimana pesan atau peristiwa dikonstruksi oleh media.
Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyampaikannya kepada khalayak pembaca;
3. Konstruksi makna cenderung bersifat simbolis, laten dan pervasive;
4. Teks berita mengandung sejumlah perangkat retoris yang akan
berinteraksi dengan memori khalayak dalam proses konstruksi makna; 5.
Tujuannya menangkap bentuk konstruksi media terhadap realitas yang disajikan sebagai berita;
6. Kajiannya mengkaji masalah sintaksis, semantik, skrip, tematik, retoris,
skema, detail, nominalisasi antarkalimat, kata ganti leksikon, grafis, metafor, pengandaian, dsb.
Jadi, analisis framing merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas yang dilakukan media. Pembingkaian tersebut merupakan proses
konstruksi, yaitu realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan meda untuk menonjolkan atau memberi
penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media Sudibyo, 2001: 157. Model framing yang diperkenalkan Gamson dan Modigliani
mengatakan bahwa frame adalah cara bercerita yang menghadirkan konstruksi makna atas peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana.
Dalam hal ini, frame memberikan petunjuk yang mana isu-isu yang relevan untuk diwacanakan, problem-problem apa yang memerlukan tindakan politis,
solusi apa yang pantas diambil, serta pihak mana yang legitimate dalam wacana terbentuk. Wacana media terdiri dari sejumlah package interpretif yang
mengandung konstruksi makna tentang objek wacana.
45
Tabel II. 2 Analisis Framing Model Gamson dan Andre Modligiani
Framing Devices
Perangkat Framing Reasoning Devices
Perangkat Penalaran
Methapors Perumpamaan atau pengandaian
Roots Analisis klausal atau
sebab akibat
Cathphrases Frase yang menarik, kontras, menonjol
dalam suatu wacana Appeals to principle
Premis dasar, klaim- klaim moral Ini
biasanya berupa jargon atau slogan.
Exemplar Mengaitkan bingkai dengan contoh,
uraian bisa teori, perbandingan yang didapat dari yang
memperjelas bingkai. Consequenses
Efek atau kosekuensi Bingkai.
Depiction Penggambaran atau pelukisan suatu
isu yang bersifat konotatif. Defiction ini umumnya berupa kosa
kata, leksikon untuk melabeli sesuatu.
Visual Image Gambar, grafik, citra yang
mendukung bingkai secara keseluruhan. Bisa berupa foto,
kartun atau grafik untuk menekankan dan mendukung pesan
yang ingin disampaikan.
46
Package adalah gugusan ide-ide yang memberi petunjuk mengenai isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan dengan wacana yang
terbentuk. Package adalah semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk memaknai pesan yang disampaikan serta untuk
menafsirkan pesan yang ia terima Eriyanto, 2002: 224. Package
tersebut dibayangkan sebagai struktur data yang mengorganisir sejumlah informasi sehingga dapat mengindikasikan posisi atau
kecenderungan politik dan yang membantu komunikator untuk menjelaskan makna-makna di balik isu atau peristiwa yang sedang dibicarakan. Keberadaan
package dalam suatu wacana berita ditunjukkan oleh keberadaan ide yang didukung oleh perangkat wacana seperti metaphor, deciption, catchphrase,
exemplars, dan visual image. Semuanya mengarah pada ide atau pandangan tertentu, masing-masing kelompok berusaha menarik dukungan publik. Dengan
mempertajam kemasan, package tertentu dari sebuah isu politik, mereka dapat mengklaim bahwa opini publik yang berkembang mendukung
kepentingan mereka, atau sesuai dengan kebenaran versi mereka. Seperti yang dijelaskan pula oleh Gamson, pekerja media menuangkan
gagasannya, menggunakan gaya bahasanya sendiri serta memfrase dan mengutip sumber berita tertentu. Di saat yang sama, mereka membuat retorika-
retorika yang menyiratkan keberpihakan dan kecenderungan tertentu. Berdasarkan hal tersebut, framing yang berbeda akan menghasilkan berita yang
berbeda pula apabila wartawan memiliki frame yang berbeda dalam memandang suatu peristiwa dan menuliskannya dalam sebuah berita atau
artikel. Berdasarkan konsepnya, Gamson mendefinisikan framing dalam dua
pendekatan yaitu, 1.
Pendekatan kultural dalam level kultural, frame pertama-tama dapat dimaknai sebagai batasan-batasan wacana serta elemen-elemen
konstitutif yang tersebar dalam konstruksi wacana. 2.
Pendekatan psikologis dalam level individual, individu selalu bertindak atau mengambil keputusan secara sadar, rasional, dan intensional.
Individu selalu menyertakan pengalaman hidup, wawasan sosial, dan
47
kecenderungan psikologisnya dalam menginterpretasi pesan yang ia terima.
Framing media sedikit banyak akan memengaruhi penilaian khalayak terhadap sebuah realitas. Di samping itu, proses framing dapat menghasilkan
gambaran tentang suatu realitas yang berbeda dengan kondisi objektifnya. Hal ini dikarenakan pihak-pihak yang berkompetensi di media dengan frame
masing-masing selalu berusaha memenangkan wacana yang dianggap benar menurut versinya masing-masing.
Melaui framing pula kita dapat mengetahui proses atau mekanisme mengenai bagaimana berita mempertahankan, memproduksi, mengubah, dan
membangun,ideologi.
48
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
III. 1 Metode Penelitian