2. 9 Analisis Framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani

41 3. Media harus memproyeksikan gambaran yang benar-benar mewakili dari kelompok-kelompok konstituen dalam masyarakat. 4. Media harus menyajikan dan menjelaskan tujuan-tujuan dan nilai-nilai masyarakat. 5. Media harus menyediakan akses penuh terhadap informasi. Teori tanggung jawab sosial mengharuskan pers menjamin bahwa semua pihak dapat terwakili dan masyarakat mendapat cukup informasi untuk mengambil keputusan. Pemilik media harus ikut menanggung segala akibat kerugian masyarakat yang ditimbulkan media dan bila mereka mengabaikan tanggung jawab tersebut, dianggap perlu adanya pemaksaan untuk itu oleh lembaga publik lainnya termasuk pemerintah Barus, 2010: 241. Mondry 2008 menjelaskan dengan teori ini, orang yang ingin mengatakan sesuatu dapat saja menggunakan media massa, tidak harus mereka yang memiliki izin seperti teori otoritarian, tidak harus memiliki kemampuan ekonomi seperti teori libertarian, apalagi tidak berhak menungkapkan pendapatnya seperti teori Soviet Komunis. Pengawasan tidak hanya berasal dari dalam seperti teori libertarian, teori ini mengatakan bahwa pengawasan dilakukan melalui pendapat masyarakat, tindakan konsumen, dan etika-etika kaum profesional Kusumaningrat, 2005:20.

II. 2. 9 Analisis Framing Model William A. Gamson dan Andre Modigliani

Gagasan mengenai framing, pertama kali dilontarkan oleh Beterson pada tahun 1955 Sobur, 2004: 161. Mulanya frame dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang mengorganisasi pandangan politik, kebijakan dan wacana serta yang menyediakan kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Tetapi akhir-akhir ini konsep framing telah digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan proses penyeleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh media massa. 42 Analisis framing termasuk ke dalam paradigma konstruksionis. Paradigma ini mempunyai posisi dan pandangan tersendiri terhadap media dan teks berita yang dihasilkannya Eriyanto, 2002: 13. Dalam analisis framing, yang kita lihat adalah bagaimana cara media memaknai, memahami, dan membingkai kasus peristiwa yang diberitakan. Ada beberapa tokoh yang memberikan definisi framing. Beberapa definisi para ahli tersebut dapat dilihat pada tabel berikut Eriyanto, 2002: 67-68. Tabel II.1 Definisi framing menurut para ahli TOKOH DEFINISI Robert N. Entman Proses seleksi dari berbagai aspek realitas sehingga bagian tertentu dari peristiwa itu lebih menonjol dibandingkan aspek lain. Ia juga menyertakan penempatan informasi-informasi dalam konteks yang khas sehingga sisi tertentu mendapatkan alokasi lebih besar daripada sisi yang lain. William A. Gamson Cara bercerita atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Cara bercerita itu terbentuk dalam sebuah kemasan package. Kemasan itu semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan- pesan yang ia terima. Todd Gitlin Strategi bagaimana realitasdunia dibentuk dan disederhanakan sedemikian rupa untuk ditampilkan kepada khalayak pembaca. Peristiwa-peristiwa 43 ditampilkan dalam pemberitaan agar tampak menonjol dan menarik perhatian khalayak pembaca. Itu dilakukan dengan seleksi, pengulangan, penekanan, dan presentasi aspek tertentu dari realitas. David E. Snow and Robert Benfort Pemberian makna untuk menafsirkan peristiwa dan kondisi yang relevan. Frame mengorganisasikan sistem kepercayaan dan diwujudkan dalam kata kunci tertentu, anak kalimat, citra tertentu, sumber informasi, dan kalimat tertentu. Amy Binder Skema interpretasi yang digunakan oleh individu untuk menempatkan, menafsirkan, mengidentifikasi, dan melabeli peristiwa secara langsung atau tidak langsung. Frame mengorganisir peristiwa yang kompleks ke dalam bentuk dan pola yang mudah dipahami dan membantu individu untuk mengerti makna peristiwa. Zhongdang Pan and Gerald M. Kosicki Strategi konstruksi dan memproses berita. Perangkat kognisi yang digunakan dalam mengkode informasi, menafsirkan peristiwa, dan dihubungkan dengan rutinitas dan konvensi pembentukan berita. Sumber: Eriyanto, 2002: 67-68 Framing secara sederhana adalah membingkai sebuah peristiwa. Framing adalah pendekatan untuk mengetahui bagaimana persepektif atau cara pandang yang digunakan oleh wartawan ketika meyeleksi isu dan menulis berita. Cara pandang tersebut yang pada akhirnya menentukan fakta apa yang diambil, bagian mana yang ditonjolkan dan bagian mana yang dihilangkan, 44 serta hendak dibawa kemana berita tersebut Sobur, 2004 : 162. Analisis framing memiliki beberapa karakteristik, di antaranya: 1. Pusat perhatiannya adalah pembentukan pesan teks; 2. Melihat bagaimana pesan atau peristiwa dikonstruksi oleh media. Bagaimana wartawan mengkonstruksi peristiwa dan menyampaikannya kepada khalayak pembaca; 3. Konstruksi makna cenderung bersifat simbolis, laten dan pervasive; 4. Teks berita mengandung sejumlah perangkat retoris yang akan berinteraksi dengan memori khalayak dalam proses konstruksi makna; 5. Tujuannya menangkap bentuk konstruksi media terhadap realitas yang disajikan sebagai berita; 6. Kajiannya mengkaji masalah sintaksis, semantik, skrip, tematik, retoris, skema, detail, nominalisasi antarkalimat, kata ganti leksikon, grafis, metafor, pengandaian, dsb. Jadi, analisis framing merupakan analisis untuk mengkaji pembingkaian realitas yang dilakukan media. Pembingkaian tersebut merupakan proses konstruksi, yaitu realitas dimaknai dan direkonstruksi dengan cara dan makna tertentu. Framing digunakan meda untuk menonjolkan atau memberi penekanan aspek tertentu sesuai kepentingan media Sudibyo, 2001: 157. Model framing yang diperkenalkan Gamson dan Modigliani mengatakan bahwa frame adalah cara bercerita yang menghadirkan konstruksi makna atas peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. Dalam hal ini, frame memberikan petunjuk yang mana isu-isu yang relevan untuk diwacanakan, problem-problem apa yang memerlukan tindakan politis, solusi apa yang pantas diambil, serta pihak mana yang legitimate dalam wacana terbentuk. Wacana media terdiri dari sejumlah package interpretif yang mengandung konstruksi makna tentang objek wacana. 45 Tabel II. 2 Analisis Framing Model Gamson dan Andre Modligiani Framing Devices Perangkat Framing Reasoning Devices Perangkat Penalaran Methapors Perumpamaan atau pengandaian Roots Analisis klausal atau sebab akibat Cathphrases Frase yang menarik, kontras, menonjol dalam suatu wacana Appeals to principle Premis dasar, klaim- klaim moral Ini biasanya berupa jargon atau slogan. Exemplar Mengaitkan bingkai dengan contoh, uraian bisa teori, perbandingan yang didapat dari yang memperjelas bingkai. Consequenses Efek atau kosekuensi Bingkai. Depiction Penggambaran atau pelukisan suatu isu yang bersifat konotatif. Defiction ini umumnya berupa kosa kata, leksikon untuk melabeli sesuatu. Visual Image Gambar, grafik, citra yang mendukung bingkai secara keseluruhan. Bisa berupa foto, kartun atau grafik untuk menekankan dan mendukung pesan yang ingin disampaikan. 46 Package adalah gugusan ide-ide yang memberi petunjuk mengenai isu apa yang dibicarakan dan peristiwa mana yang relevan dengan wacana yang terbentuk. Package adalah semacam skema atau struktur pemahaman yang digunakan individu untuk memaknai pesan yang disampaikan serta untuk menafsirkan pesan yang ia terima Eriyanto, 2002: 224. Package tersebut dibayangkan sebagai struktur data yang mengorganisir sejumlah informasi sehingga dapat mengindikasikan posisi atau kecenderungan politik dan yang membantu komunikator untuk menjelaskan makna-makna di balik isu atau peristiwa yang sedang dibicarakan. Keberadaan package dalam suatu wacana berita ditunjukkan oleh keberadaan ide yang didukung oleh perangkat wacana seperti metaphor, deciption, catchphrase, exemplars, dan visual image. Semuanya mengarah pada ide atau pandangan tertentu, masing-masing kelompok berusaha menarik dukungan publik. Dengan mempertajam kemasan, package tertentu dari sebuah isu politik, mereka dapat mengklaim bahwa opini publik yang berkembang mendukung kepentingan mereka, atau sesuai dengan kebenaran versi mereka. Seperti yang dijelaskan pula oleh Gamson, pekerja media menuangkan gagasannya, menggunakan gaya bahasanya sendiri serta memfrase dan mengutip sumber berita tertentu. Di saat yang sama, mereka membuat retorika- retorika yang menyiratkan keberpihakan dan kecenderungan tertentu. Berdasarkan hal tersebut, framing yang berbeda akan menghasilkan berita yang berbeda pula apabila wartawan memiliki frame yang berbeda dalam memandang suatu peristiwa dan menuliskannya dalam sebuah berita atau artikel. Berdasarkan konsepnya, Gamson mendefinisikan framing dalam dua pendekatan yaitu, 1. Pendekatan kultural dalam level kultural, frame pertama-tama dapat dimaknai sebagai batasan-batasan wacana serta elemen-elemen konstitutif yang tersebar dalam konstruksi wacana. 2. Pendekatan psikologis dalam level individual, individu selalu bertindak atau mengambil keputusan secara sadar, rasional, dan intensional. Individu selalu menyertakan pengalaman hidup, wawasan sosial, dan 47 kecenderungan psikologisnya dalam menginterpretasi pesan yang ia terima. Framing media sedikit banyak akan memengaruhi penilaian khalayak terhadap sebuah realitas. Di samping itu, proses framing dapat menghasilkan gambaran tentang suatu realitas yang berbeda dengan kondisi objektifnya. Hal ini dikarenakan pihak-pihak yang berkompetensi di media dengan frame masing-masing selalu berusaha memenangkan wacana yang dianggap benar menurut versinya masing-masing. Melaui framing pula kita dapat mengetahui proses atau mekanisme mengenai bagaimana berita mempertahankan, memproduksi, mengubah, dan membangun,ideologi. 48 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. 1 Metode Penelitian