2.2 Media Massa dan Konstruksi Realitas Sosial

16 merupakan sumber berita yang tak pernah kering dan tak akan pernah habis. 8. Orang Penting public figure, news maker Berita adalah tentang orang-orang penting, orang-orang ternama, pesohor, selebriti, figur publik. 9. Kejutan surprising Kejutan adalah sesuatu yang datangnya tiba-tiba, di luar dugaan, tidak direncanakan, di luar perhitungan, dan tidak diketahui sebelumnya. 10. Ketertarikan Manusiawi human interest Cerita human interest lebih banyak mengaduk-aduk perasaan daripada mengundang pemikiran. Para praktisi jurnalistik mengelompokkan kisah-kisah human interest ke dalam berita ringan atau soft news. 11. Seks sex Berita adalah seks, seks adalah berita. Sepanjang sejarah peradaban manusia, segala yang berkaitan dengan perempuan, pasti menarik dan menjadi sumber berita. Segala macam berita tentang perempuan, tentang seks, selalu banyak peminatnya.

II. 2.2 Media Massa dan Konstruksi Realitas Sosial

Manusia dalam banyak hal memiliki kebebasan untuk bertindak diluar batas kontrol struktur dan pranata sosialnya dimana individu berasal. Manusia, melalui proses sosial dipandang sebagai pencipta realitas sosial. Realitas sosial memiliki makna, apabila realitas sosial tersebut dikonstruksi dan dimaknakan secara subjektif oleh individu lain hingga memantapkan realitas itu secara objektif. Individu yang mengkonstruksi realitas sosial, merekonstruksinya dalam dunia realitas, lalu memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya Bungin, 2008: 189. Dalam kehidupan sosial, manusia melakukan aktivitasnya dengan cara berinteraksi. Namun, dalam realitas sosial interaksi merujuk pada bagaimana gagasan dan pendapat tertentu dari seseorang atau sekelompok orang ditampilkan dalam pemberitaan. Sehingga realitas yang terjadi tidak digambarkan sebagaimana mestinya, tetapi digambarkan secara lain. Bisa 17 lebih baik atau bahkan lebih buruk, cenderung memarjinkan seseorang atau sekelompok orang tertentu Eriyanto, 2001: 113. Menururt Hacking dalam Kukla, kenyataan dalam kelompok konstruksi bukan saja banyak jumlahnya, tetapi juga sangat heterogen. Diantaranya manusia people, objek tidak hidup, situasi dan kondisi, peristiwa, praktik, tindakan, pengalaman, relasi, zat, konsep, dan beberapa item yang diistilahkan Hacking sebagai “kata pengangkat” karena mampu mengangkatnya sampai ke tingkat wacana, baik secara retoris maupun semantik yaitu realitas, kebenaran, fakta, dan pengetahuan Kukla, 2003:1. Konstruksi realitas sosial terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul The Social Construction of Reality: A Treatise in The Sociological of Knowledge tahun 1966. Menurut mereka, realitas tidak terbentuk sendiri, namun dibentuk dan dikonstruksi. Realitas berwajah ganda atau plural, setiap orang dapat memiliki konstruksi berbeda atas sebuah realitas, selain itu realitas juga bersifat dinamis dan statis karena ada relativitas sosial dari apa yang disebut pengetahuan dan kenyataan. Berger dan Lukman juga beranggapan bahwa realitas sosial dikonstruksi melalui proses eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi Bungin, 2008: 192. Peter L Berger dan Luckmann kemudian merevisi konstruksi sosial dengan melihat fenomena media massa sangat substantif dalam proses eksternalisasi, subyektivasi dan internalisasi. Inilah yang kemudian dikenal sebagai “konstruksi sosial media massa”. Substansi teori konstruksi sosial media massa adalah pada sirkulasi informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial berlangsung dengan sangat cepat dan sebenarnya merata. Realitas yang terkonstruksi itu juga membentuk opini massa, massa cenderung apriori dan opini massa cenderung sinis Bungin, 2008: 203. Menurut perspektif ini tahapan-tahapan dalam proses konstruksi sosial media massa itu terjadi melalui: tahap menyiapkan materi konstruksi; tahap sebaran kostruksi; tahap pembentukan kosntruksi; tahap konfirmasi Bungin, 2008: 188-189. Penjelasannya adalah sebagai berikut: 18 1. Tahap menyiapkan materi konstruksi Ada tiga hal penting dalam tahapan ini yakni keberpihakan media massa kepada kapitalisme, keberpihakan semu kepada masyarakat, keberpihakan kepada kepentingan umum. 2. Tahap sebaran konstruksi Prinsip dasar dari sebaran konstruksi sosial media massa adalah semua informasi harus sampai pada khalayak secara tepat berdasarkan agenda media. Apa yang dipandang penting oleh media, menjadi penting pula bagi pemirsa atau pembaca. 3. Tahap pembentukan konstruksi realitas Pembentukan konstruksi berlangsung melalui: 1 konstruksi realitas pembenaran; 2 kesediaan dikonstruksi oleh media massa ; 3 sebagai pilihan konsumtif. 4. Tahap Konfirmasi Konfirmasi adalah tahapan ketika media massa maupun penonton memberi argumentasi dan akuntabilitas terhadap pilihannya untuk terlibat dalam pembetukan konstruksi. Gambar II.1 Proses Konstruksi Sosial Media Massa Sumber: Bungin, 2008: 204 19 Pendekatan konstruktivisme juga menilai aspek etika moral dan nilai- nilai tertentu tidak mungkin dihilangkan dari pemberitaan media. Wartawan bukanlah robot yang meliput apa adanya, apa yang dilihat. Etika, moral, atau keyakinan pada kelompok tertentu adalah bagian yang integral dan tidak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas. Wartawan bukan hanya sebagai pelapor, disadari atau tidak ia menjadi partisan dari keragaman penafsiran dan subjektifitas dalam publik. Atas dasar hal tersebut, wartawan menulis berita bukan hanya sebagai penjelas, melainkan ia mengkonstruksi peristiwa dari drinya sendiri dengan realitas yang diamati Sudibyo, 2001: 55. Eriyanto melihat pendekatan paradigma konstruksionis mempunyai penilaian tersendiri bagaimana media, wartawan, dan berita dilihat, yaitu: a. Fakta peristiwa adalah hasil konstruksi. Bagi kaum konstruksionis, realitas bersifat objektif. Realitas dihadirkan oleh konsep subjektif wartawan. Realitas bisa berbeda-beda, tergantung pada bagaimana konsepsi ketika realitas itu dipahami oleh wartawan yang mempunyai panadangan berbeda. b. Media adalah agen konstruksi. Media bukanlah sekedar saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan bisa dan pemihakannya. c. Berita bukan refleksi dari realitas, ia hanya kontruksi dari realitas. Berita yang kita baca pada dasarnya adalah hasil dari konstruksi kerja jurnalis, bukan kaidah buku jurnalistik. d. Berita bersifat subjektif konstruksi atas realitas opini tidak dapat dihilangkan karena ketika meliput, wartawan melihat dengan perspektif dan pertimbangan subjektif. e. Wartawan bukan pelapor, ia agen konstruksi realitas. Wartawan sebagai partisipan yang menjembatani keragaman subjektifitas pelaku sosial. f. Etika, pilihan, moral dan keberpihakan wartawan adalah bagian yang integral dari produksi berita. Etika dan moral termasuk keberpihakan satu kelompok adalah bagian yang tak terpisahkan dalam membentuk dan mengkonstruksi realitas. g. Khalayak mempunyai penilaian tersendiri atas berita. Khalayak bukan 20 dilihat sebagai subjek yang pasif, yang mempunyai penafsiran sendiri yang bisa jadi berbeda dari pembuat berita Zamroni, 2009: 95.

II. 2.3 Faktor Faktor yang Membentuk Isi Media