Penerimaan sosial. Kita mengungkap informasi tentang diri kita guna Pengembangan hubungan. Berbagi informasi pribadi dan keyakinan pribadi Ekspresi diri. Terkadang kita berbicara tentang perasaan kita untuk Klarifikasi diri. Dalam

karena berbagai alasan. Misalnya, kita mungkin mengatakan rahasia kita pada orang lain untuk menciptakan kedekatan hubungan. Berikut ini merupakan beberapa alasan utama dari pengungkapan diri Taylor dkk, 2009: 334 :

1. Penerimaan sosial. Kita mengungkap informasi tentang diri kita guna

meningkatkan penerimaan sosial dan agar kita disukai orang lain.

2. Pengembangan hubungan. Berbagi informasi pribadi dan keyakinan pribadi

adalah salah satu cara untuk mengawali hubungan dan bergerak ke arah intimasi.

3. Ekspresi diri. Terkadang kita berbicara tentang perasaan kita untuk

“melepaskan himpitan di dada”. Setelah bekerja keras seharian, kita mungkin ingin memberitahu kawan kita tentang betapa jengkelnya kita pada bos kita dan bagaimana kesalnya perasaan kita tak dihargai. Mengekspresikan perasaan dapat mengurangi stress.

4. Klarifikasi diri. Dalam proses berbagi perasaan atau pengalaman pribadi

kepada orang lain, kita mungkin mendapatkan pemahaman dan kesadaran yang lebih luas. Berbicara kepada kawan tentang problem kita mungkin bisa membantu kita menjelaskan pemikiran kita tentang situasi. Orang lain mungkin akan mengatakan adalah “wajar” atau mungkin mengatakan kita “terlalu berfikir yang bukan-bukan”. Pendengar akan memberi informasi yang berguna tentang realitas sosial.

5. Kontrol sosial. Kita mungkin mengungkapkan atau menyembunyikan

informasi tentang diri kita sebagai alat kontrol sosial misalnya, kita mungkin sengaja tidak berbicara tentang diri kita untuk melindungi privasi. Kita mungkin menekankan topik atau ide yang menciptakan kesan baik di mata pendengar. Dalam kasus ekstrem, orang mungkin sengaja berbohong untuk mengeksploitasi orang lain, seperti penipu yang mengaku-aku tentara padahal hanya buruh bangunan. Pengungkapan diri merupakan kebutuhan seseorang sebagai jalan keluar atas tekanan-tekanan yang terjadi pada dirinya. Proses pengungkapan diri dilakukan dalam dua bentuk; pertama, dilakukan secara tertutup, yaitu seseorang mengungkapkan informasi diri kepada orang lain dengan cara sembunyi-sembunyi melalui ungkapan dan tindakan, dimana ungkapan dan tindakan itu merupakan sebuah keterbukaan tentang apa yang terjadi pada diri seseorang. Namun pengungkapan diri yang semacam ini jarang dipahami orang lain, kecuali orang lain yang mempunyai perhatian terhadap orang yang melakukan pengungkapan diri itu. Dalam teori-teori interaksi simbolis bahwa semua tindakan, perkataan, dan ungkapan- ungkapan seseorang memiliki makna interaksi tentang apa yang sedang dipikirkan. Jadi, tindakan adalah ekspresi dari apa yang ada dalam pikiran seseorang Bungin, 2008: 263. Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi, dan pada saat yang sama, berkomunikasi dengan orang lain meningkatkan pengetahuan tentang diri kita. Dengan membuka diri, konsep diir menjadi lebih dekat pada kenyataan. Bila konsep diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru, lebih cenderung menghindari sikap defensif, dan lebih cermat memandang diri kita dan orang lain. Hubungan antara konsep diri dan membuka diri dapat dijelaskan dengan Johari Window. Dalam Johari Window diungkapkan tingkat keterbukaan dan tingkat kesadaran tentang diri kita. Berikut gambar Johari Window: Gambar 2.1 Konsep Johari Window Kita Ketahui Tidak Kita Ketahui Publik Privat Terbuka Buta Tersembunyi Tidak Dikenal Sumber: Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Kamar pertama disebut daerah terbuka open area , meliputi perilaku dan motivasi yang kita ketahui dan diketahui orang lain. Pada daerah inilah kita sering melakukan pengelolaan pesan yang sudah kita bicarakan. Kita berusaha menampilkan diri kita dalam bentuk topeng. Gejolak hati Anda, kejengkelan Anda pada dia, diri yang Anda tutup-tutupi, adalah daerah tersembunyi hidden area . Seringkali diri kita menggunakan topeng sehingga kita sendiri tidak menyadarinya tetapi sebaliknya orang lain mengetahuinya, ini termasuk daerah buta blind area . Tentu ada diri kita yang sebenarnya, yang hanya Allah yang tahu, ini adalah daerah tidak dikenal unknown area . Makin luas diri publik kita, makin terbuka kita pada orang lain, makin akrab hubungan kita dengan orang lain. Untuk komunikasi interpersonal yang efektif terjadi pada daerah publik. Makin baik Anda mengetahui seseorang, makin akrab hubungan Anda dengan dia, makin lebar daerah terbuka jendela Anda Rakhmat, 2007: 108.

2.2.5 Cadar

Pengertian cadar menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI adalah kain penutup kepala atau muka http:kbbi.web.idcadar diakses pada hari senin, 26 Januari 2015 pukul 15.12 wib. Cadar dalam bahasa arab disebut niqab, yang berarti pakaian wanita yang menutup wajah. Cadar merupakan versi lanjutan dari jilbab, penggunaan cadar menambahkan penutup wajah sehingga hanya terlihat mata mereka saja, bahkan telapak tangan dan kaki harus ditutupi. Penggunaan cadar selalu diidentikkan dengan wanita muslim. Padanan kata untuk cadar sangat beraneka ragam, antara lain: hijab, niqab, burqah atau purdah. Intinya ialah selembar kain tipis yang menutupi wajah wanita, saat dirinya berada di luar rumah Waskito, 2009. Sejarah telah menyimpan begitu banyak catatan tentang diskriminasi jilbab diseluruh pelosok dunia. Terlebih di Barat, jilbab seolah menjadi monster mengerikan yang harus dienyahkan dari kehidupan sosial, budaya ataupun politik. Sehingga tak heran, pembatasan dan pelarangan terhadap jilbab dituangkan dalam ranah peraturan perundang-undangan negara. Atas pemikiran Geert Wilders, anggota parlemen sayap kanan di Belanda, peraturan yang melarang pemakaian burqa atau cadar secara nasional di seluruh wilayah Belanda ditetapkan pada Desember 2006. Larangan pemakaian jilbab meluas di Jerman, 8 dari 16 negara bagian di negeri menerapkan larangan pemakaian jilbab di sekolah-sekolah umum Jerman. Larangan memakai jilbab juga berlaku di negara Swedia, Belgia dan Spanyol. Bahkan, larangan terhadap busana yang memuliakan kaum muslimah tidak hanya terjadi di negara-negara Barat saja. Republik Tunisia, sebuah negara Arab Muslim yang terletak di Afrika Utara, tepatnya di pesisir Laut Tengah memiliki sejarah panjang dalam mendiskreditkan jilbab. Dalam perkembangannya, pada tahun 2006, pemerintah Tunisia tidak hanya melarang murid-murid perempuan dan mahasiswinya memakain jilbab di sekolah dan di kampus, tapi juga mengsayamkan perempuan berjilbab masuk dan dirawat di rumah sakit negara, melarang ibu-ibu hamil melahirkan anaknya di rumah sakit negara lantaran berilbab, bahkan pada September 2006, pemerintah Tunisia menggelar sebuah operasi pengamanan dengan mengobrakpabrik berbagai toko yang didalamnya menjual boneka berjilbab Ratri, Lintang. 2011. Cadar, Media dan Identitas Perempuan Muslim.http:Ejournal,undip.ac.id. Jurnal Universitas Diponegoro. Volume 39 no 02. diakses pada hari jumat, 03 Juli 2015, pukul 21.11. Indonesia sendiri termasuk salah satu negara muslim terbesar di dunia, namun demikian fenomena berjilbab dan bercadar baru mulai mendapatkan perhatian masyarakat beberapa tahun terakhir. Hal ini terkait dengan kebijakan pemerintah orde baru yang sempat melarang penggunaan jilbab di sekolah maupun di ruang kerja. Pasca reformasi jilbab mulai mendapatkan kebebasannya sebagai identitas perempuan muslim, meskipun masih ada kontroversi mengenai pemaknaan penggunaan jilbab. Cadar merupakan versi lanjutan dari penggunaan jilbab, dalam studi tafsir Islam sendiri dalil-dalil yang mengatur mengenai wajib atau tidaknya penggunaan cadar masih diperdebatkan. Namun satu hal yang pasti, penggunaan cadar membawa konsekuensi penolakan lebih besar dari jilbab. Selain persoalan stigma yang dilekatkan pada perempuan bercadar yakni aliran Islam fundamental, fanatik, garis keras yang erat juga kaitannya dengan terorisme. Dari perkembangan budaya, jilbab memiliki potensi diterima oleh sebagian masyarakat, sayangnya tidak demikian dengan cadar. Apalagi paska aksi terorisme, perempuan bercadar serta merta memiliki keterbatasan baru, tidak hanya harus menerima kodrat sebagai perempuan, bentuk diskriminasi baru, baik eksplisit maupun implisit menjadi hal yang tak terelakkan, artinya perempuan bercadar mengalami diskriminasi ganda Ratri, Lintang. 2011. Cadar, Media dan Identitas Perempuan Muslim.http:Ejournal,undip.ac.id. Jurnal Universitas Diponegoro. Volume 39 no 02. diakses pada hari jumat, 03 Juli 2015, pukul 21.11. Penggunaan cadar sendiri dimaknai dengan berbagai alasan, namun pada dasarnya bercadar dipilih wanita muslimah sebagai bentuk ketakwaan seorang muslimah dengan menggunakan pakaian yang paling baik dimata sang Pencipta. Penggunaan cadar memiliki perspektif yang berbeda bagi setiap ulama maupun seorang muslimah, sebagian ulama menganggap penggunaan cadar itu wajib bagi wanita muslimah dan sebagian lagi menganggap sunnah untuk digunakan. Hal itu tergantung dari dalil-dalil yang digunakan oleh para ulama. Dengan begitu alasan wanita muslimah menggunakan cadar juga beragam, mulai dari kewajiban, keinginan pribadi, ketentuan dari sekolah atau kampus dan terhindar dari fitnah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah tata cara bagaimana suatu penelitian dilaksanakan Hasan, 2002 :21. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Dalam tradisi penelitian kualitatif, proses penelitian dan ilmu pengetahuan tidak sesederhana apa yang terjadi pada penelitian kuantitatif, karena sebelum hasil-hasil penelitian kualitatif memberi sumbangan kepada ilmu pengetahuan, tahapan penelitian kualitatif melampaui tahapan berfikir kritis-ilmiah, yang mana seorang peneliti memulai berfikir secara induktif, yaitu menangkap berbagai fakta atau fenomena-fenomena sosial, melalui pengamatan di lapangan, kemudian menganalisisnya dan kemudian berupaya melakukan teorisasi berdasarkan apa yang diamati itu Bungin, 2008 :6. Penelitian kualitatif mencoba untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kompleksitas yang ada dalam interaksi manusia. Penelitian ini tidak mengutamakan banyaknya populasi, jika data yang terkumpul sudah mendalam data jenuh dan bisa menjelaskan fenomena yang diteliti, maka tidak perlu mencari sampel lainnya. Intinya adalah penelitian kualiattif berfokus pada aktivitas mencari teori bukan menguji teori. Penelitian dengan metode deskriptif merupakan penelitian yang menggambarkan situasi, proses atau gejala-gejala tertentu yang diamati. Penelitian desain deskriptif kualitatif merupakan desain penelitian yang digunakan untuk makna dalam proses-proses komunikasi linear satu arah, interaktif, maupun pada proses- proses komunikasi transaksional. Model desain ini bersifat deskriptif untuk menjelaskan makna-makna dalam gejala sosial. Format desain deskriptif kualitatif banyak memiliki kesamaan dengan desain deskriptif kuantitatif, karena itu desain deskriptif kualitatif bisa disebut pula dengan kuasi kualitatif atau desain kualitatif semu. Artinya desain ini belum benar – benar kualitatif karena bentuknya masih dipengaruhi oleh tradisi kuantitatif deduktif terutama dalam menempatkan teori pada data yang diperolehnya Bungin, 2008: 304. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi ataupun berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi objek penelitian yang berupaya menarik realitas itu ke dalam permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun fenomena tertentu Bungin, 2008:68. Penelitian yang menggunakan metode deskriptif kualitatif bertujuan untuk mengkritik kelemahan penelitian kualitatif yang terlalu positivisme, serta juga bertujuan untuk menggambarkan , meringkaskan berbagai kondisi dan situasi, atau berbagai fenomena realitas sosial yang ada di masyarakat yang menjadi penelitian dan berupaya menarik realita itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, model, tanda atau gambaran tentang kondisi dan fenomena tertentu Bungin 2008 :68.

3.2 Objek Penelitian

Objek penelitian merujuk pada masalah yang diteliti. Objek penelitian ini adalah Komunikasi Intrapersonal Penggunaan Cadar Terhadap Konsep Diri Mahasiswi STAI AS Sunnah Tanjung Morawa.

3.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah informan yang diminta informasi berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Adapun subjek penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswi pengguna cadar yang terdaftar aktif di STAI AS Sunnah Tanjung Morawa.

3.4 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran adalah hasil pemikiran yang rasional dan merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa Nawawi, 2001 :40. Berdasarkan kerangka teori yang telah dijabarkan diatas, kerangka pemikiran yang terbentuk adalah : Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar  Sensasi  Persepsi  Memori  Berfikir Gambar 3.1 Model Kerangka Pemikiran

3.5 Unit Analisis

Unit analisis pada umumnya dilakukan untuk memperoleh gambaran yang umum dan menyeluruh tentang situasi yang diteliti objek penelitian. Unit analisis dalam penelitian ini meliputi tiga komponen menurut Spreadly dalam Sugiono, 2007 : 68, yaitu : Place : tempat dimana interaksi penelitian berlangsung, penelitian ini akan mengambil tempat di Asrama Putri STAI AS Sunnah Tanjung Morawa. Actor : pelaku dalam penelitian ini adalah subjek penelitian sebagai informan yang sesuai dengan penelitian. Dalam hal ini adalah mahasiswi yang terdaftar aktif di STAI AS Sunnah Tanjung Morawa yang memakai cadar, dengan jumlah subjek yang tidak ditentukan penelitian dilakukan hingga data jenuh. Activity : kegiatan yang dilakukan oleh pelaku atau actor dalam situasi sosial yang sedang berlangsung. Kegiatan yang akan diteliti adalah keterbukaan diri self disclosure mahasiswi STAI AS Sunnah Tanjung Morawa yang memakai cadar dalam konteks komunikasi interpersonal serta konsep diri yang ada dalam diri mahasiswi bercadar dalam konteks komunikasi intrapribadi.

3.6 Kerangka Analisis

Dalam penelitian ini, data yang dikumpulkan dari informan di lapangan akan dilakukan dengan proses pengumpulan data yang dilakukan terus menerus hingga data jenuh dan teknik analisis data selama dilapangan berdasarkan model Miles dan Huberman.Langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut Konsep Diri  Self Image  Self Evaluation Self Esteem  Self Ideal  Self Disclosure Peneliti akan melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan yang sangat banyak, sehingga perlu dilakukan analisis dan melakukan reduksi data. Mereduksi berarti merangkum dan memilih hal-hal apa saja yang pokok dan berfokus pada hal-hal yang penting saja. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan Sugiyono, 2007 :92.

3.7 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti dalam mengumpulkan data Kryantono, 2006 :91. Penelitian ini menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu: 1. Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama tangan pertama dilapangan Kryantono, 2006 :91. Adapun data untuk mendapatkannya yaitu : a. Metode Wawancara Mendalam In-depth Interview Tipe wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan atau informasi untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman guide wawancara, dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lain. Dengan demikian keabsahan wawancara adalah keterlibatannya dalam kehidupan informan. Metode wawancara mendalam in-dept interview adalah sama seperti metode wawancara lainnya, hanya peran pewawancara, tujuan wawancara, peran informan dan cara melakukan wawancara yang berbeda dengan wawancara pada umumnya. Sesuatu yang amat berbeda dengan metode wawancara lainnya adalah bahwa wawancara mendalam dilakukan berkali-kali dan membutuhkan waktu yang lama bersama informan di lokasi penelitian, hal mana kondisi ini tidak pernah terjadi pada wawancara pada umumnya. Wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu penyamaran dan terbuka. Penyamaran adalah pewawancara menyamar sebagai anggota masyarakat pada umumnya dan hidup dan beraktivitas dengan wajar dengan orang yang diwawancarai. Namun apabila wawancara dilakukan secara terbuka, maka wawancara dilakukan dengan informan secara terbuka dimana informan mengetahui kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang bertugas melakukan wawancara di lokasi penelitian Bungin, 2008 :108- 109. b. Observasi Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Suatu kegiatan pengamatan baru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitian apabila memiliki kriteria sebagai berikut Bungin,2008 : 115: 1 pengamatan digunakan dalam penelitian dan telah direncanakan secara serius. 2 pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan. 3 pengamatan dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proporsi umum dan bukan dipaparkan sebagai sesuatu yang hanya menarik perhatian. 4 pengamatan dapat dicek dan dikontrol mengenai keabsahannya 2. Data Sekunder Pada umumnya bahwa data sekunder berbentuk catatan atau laporan dokumentasi oleh lembaga tertentu Ruslan, 2003 :138. Pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu mencari, melihat, dan membuka dokumen, situs- situs, atau buku-buku ilmiah yang berhubungan dengan penelitian.

3.7.1 Penentuan Informan

Penentuan informan dalam penelitian deskriptif kualitatif ini adalah dengan menggunakan Purposive Sampling Technique dan key person . Purposive Sampling Technique adalah cara penentuan sejumlah informan sebelum penelitian dilaksanakan dengan menyebutkan secara jelas siapa yang dijadikan informan serta informasi apa yang diinginkan dari masing-masing informan Bungin, 2008 : 138. Purposive sampling adalah teknik penarikan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu Sugiyono, 2007:219. Inti dari teknik purposive sampling adalah peneliti menentukan sendiri sampel yang akan diteliti berdasarkan beberapa pertimbangan dan kriteria-kriteria yang sesuai dengan kebutuhan penelitian sehingga sampel yang diambil tidak dipilih secara acak. Penentuan informan dengan menggunakan key person maksudnya adalah apabila peneliti sudah memahami informasi awal tentang objek penelitian maupun informan penelitian, sehingga ia membutuhkan key person untuk memulai melakukan wawancara atau observasi. Key person ini adalah tokoh formal atau tokoh informal. Kalau disebuah perusahaan, tokoh formalnya bisa kepala kantor, kepala bagian, kepala unit pemasaran dan sebagainya. Sedangkan tokoh informal bisa tokoh masyarakat disekitar kantor atau perusahaan ini yang memahami tentang objek penelitian itu Bungin, 2008: 77. Adapun ciri-ciri atau kriteria yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah: 1 Informan merupakan mahasiswi yang terdaftar aktif di Sekolah Tinggi Agama Islam STAI As-Sunnah Tanjung Morawa. 2 Informan merupakan mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa yang menggunakan cadar dalam aktivitas sehari-hari. 3 Informan merupakan mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa yang sudah menggunakan cadar lebih dari satu tahun. Ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui bagaimana pengalaman hidup dan konsep diri mahasiswi pengguna cadar sehingga dengan memilih pengguna cadar yang sudah lebih dari setahun menggunakannya lebih memiliki banyak pengalaman yang sudah dialami dan perubahan dalam dirinya semenjak ia bercadar. Dengan begitu peneliti akan mendapatkan data yang lebih beragam untuk penelitian ini.

3.7.2 Keabsahan Data

Keabsahan data adalah setiap keadaan harus memenuhi 1 mendemonstrasikan nilai yang benar, 2 menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan 3 memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dna kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya Moleong, 2005 :320. Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1 Perpanjangan Keikutsertaan Kehadiran peneliti dalam setiap tahap penelitian kualitatif membantu peneliti untuk memahami semua data yang dihimpun dalam penelitian. Peneliti kualitatif adalah orang yang langsung melakukan wawancara dan observasi dengan informan-informannya. Karena itu peneliti kualitatif adalah peneliti yang memiliki waktu yang lama bersama dengan informan di lapangan, bahkan sampai kejenuhan pengumpulan data tercapai Bungin, 2008 :254. 2 Ketekunan Pengamatan Untuk memperoleh derajat keabsahan yang tinggi, maka hal yang dilakukan adalah meningkatkan ketekunan dalam pengamatan di lapangan. Pengamatan bukanlah suatu teknik pengumpulan data yang hanya mengandalkan kemampuan panca indra namun juga menggunakan semua panca indra termasuk pendengaran, perasaan, dan insting peneliti. Dengan meningkatkan ketekunan pengamatan di lapangan maka, derajat keabsahan data telah ditingkatkan pula Bungin,2008 :256. Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

3.8 Teknik Analisis Data

Dalam sebuah penelitian, tentu saja memerlukan analisis data berdasarkan apa yang didapat dilapangan. Menurut Boglan dan Biklen, analisis data adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilih-milihnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain Moloeng, 2005 : 248. Berdasarkan teknik analisis data dilapangan model Miles dan Hubeman, peneliti menganalisis data dengan langkah-langkah sebagi berikut Sugiyono, 2007 :92 :

1. Melakukan reduksi data. Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup

banyak. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Dalam hal ini, mereduksi artinya adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gmabaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian data. Dalam melakukan penyajian data, selain dengan teks yang

Dokumen yang terkait

Konsep Diri Mahasiswi yang Menikah Muda (Studi Deskriptif Kualitatif Mengenai Konsep Diri dengan Komunikasi Antarpribadi pada Mahasiswi Setelah Menikah Usia Muda di Kota Medan)

5 37 248

KONSEP DIRI PENGGUNA AKTIF JEJARING SOSIAL PATH KONSEP DIRI PENGGUNA AKTIF JEJARING SOSIAL PATH (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Konsep Diri Siswa SMA Santo Bellarminus Bekasi Sebagai Pengguna Aktif Jejaring Sosial Path).

0 3 14

KONSEP DIRI DAN PENYESUAIAN DIRI MANTAN PENGGUNA NAPZA Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Mantan Pengguna Napza.

0 0 16

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 15

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 2

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 1 10

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

1 2 21

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

0 0 2

Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri (Studi Deskriptif Kualitatif Komunikasi Intrapersonal Pengguna Cadar dan Konsep Diri Mahasiswi STAI As-Sunnah Tanjung Morawa)

1 2 65

Komunikasi Interpersonal dan Konsep Diri Pengguna Sabu (Studi Kasus di Medan Denai)

0 0 28