BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam mengumpulkan data atau informasi empiris guna memecahkan
permasalahan dan menguji hipotesis pada penelitian. Adapun metode penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu suatu metode dimana data yang diperoleh, disusun, dikelompokkan, dianalisis,
kemudian diinterpretasikan sehingga diperoleh gambaran tentang masalah yang dihadapi dan untuk menjelaskan hasil perhitungan Sinurat, 2011. Data yang
diperoleh adalah data primer berupa kuesioner yang telah di isi oleh sejumlah responden penelitian.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian efisiensi produksi usaha keripik ubi yang menjadi topik utama pada penelitian ini akan dilakukan pada salah satu daerah penghasil keripik ubi
yang berada di Daerah Istimewa Aceh. Penelitian dilakukan di Kecamatan Langsa Baro, Kota Langsa.
3.3. Batasan Operasional
Untuk menghindari cakupan pembahasan yang terlalu luas, maka penelitian ini diperlukan adanya batasan-batasan pembahasan yang diteliti agar sasaran
yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang dimaksud. Adapun batasan pada penelitian ini:
a. Jumlah tenaga kerja Labor
Universitas Sumatera Utara
b. Bahan baku Input c. Modal kerja Capital
3.4. Definisi Operasional
1. Produksi yaitu proses mengubah input bahan baku menjadi output barang jadi.
2. Jumlah tenaga kerja yaitu jumlah tenaga kerja yang dipakai dalam pembuatan keripik ubi dinyatakan dalam satuan jumlah tertentu orang.
3. Bahan baku yaitu input yang digunakan untuk memproduksi keripik ubi kg. 4. Modal kerja yaitu sumber pembiayaan yang digunakan pedagang untuk
mendanai proses produksi Rp. 5. Efisiensi yaitu penggunaan faktor produksi untuk menghasilkan produksi yang
maksimal.
3.5. Populasi dan Sampel
3.5.1. Populasi
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajari atau
menjadi objek penelitian Kuncoro, 2001. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang atau pemilik usaha keripik ubi di Kecamatan Langsa Baro.
Adapun alasan mengapa Kecamatan Langsa Baro dijadikan sebagai daerah penelitian yaitu karena Kecamatan ini merupakan salah satu Kecamatan Langsa
daerah istimewa Aceh yang memproduksi keripik ubi yang menjadi komoditas dagang. Produksi keripik ubi yang terdapat pada Kecamatan Langsa Baro
merupakan salah satu produksi usaha kecil yang utama pada Kecamatan tersebut. Dengan demikian penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Langsa Baro.
Universitas Sumatera Utara
3.5.2. Sampel
Sampel adalah suatu himpunan bagian subset dari unit populasi. Kuncoro, 2009, atau merupakan bagian dari populasi yang diteliti secara rinci.
Dalam penelitian yang dilakukan, ditetapkan sampel sebanyak 30 orang. Adapun alasan penarikan sampel tersebut dengan pertimbangan:
a. Dilihat dari kondisi dan situasi perdagangan keripik ubi di Langsa, sekitar 30 pedagang yang masih aktif dalam menjalankan usaha industri rumah tangga
ini. b. Dilihat dari keterbatasan waktu yang tersedia penulis hanya mampu
mengambil sampel sebanyak 30 pedagang, demi kelangsungan penelitian untuk selesai tepat waktu.
Sedangkan dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah Simple Random Sampling
. Teknik ini digunakan karena prinsip pemilihan sampel dalam desain ini adalah setiap elemen dalam populasi mempunyai kesempatan yang
sama untuk dipilih Kuncoro, 2009.
3.6. Jenis dan Metode Pengumpulan Data
3.6.1. Jenis Data
Data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah: 1. Data Primer merupakan data yang diperoleh dengan survey lapangan atau
yang diperoleh secara langsung dari produsen keripik ubi dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang sudah disiapkan
sebelumnya. 2. Data Sekunder merupakan data yang telah dikumpulkan oleh lembaga
pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data
Universitas Sumatera Utara
Kuncoro, 2009. Data sekunder dalam penelitian ini di peroleh dari Badan Pusat Statistik BPS, instansi terkait lainnya, berbagai media cetak dan media
online internet beserta dari berbagai jurnal, literatur dan buku yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.6.2. Metode Pengumpulan Data
Agar diperoleh data yang objektif, maka metode yang digunakan oleh penulis adalah:
1. Wawancara Yaitu wawancara antara peneliti dengan responden yang diarahkan oleh
pewawancara untuk tujuan memperoleh informasi yang relevan Kuncoro, 2009.
2. Kuesioner Data primer yang diperoleh dengan cara terjun langsung ke lapangan terhadap
objek yang telah dipilih, yaitu dengan mengedarkan kuesioner. Kuesioner yaitu suatu rangkaian pertanyaan yang dibuat secara relevan untuk
memperoleh jawaban dari para responden. 3. Studi Kepustakaan
Yakni data yang didapat melalui kepustakaan dengan mempelajari buku-buku, jurnal, literatur dan bahan perkuliahan yang kiranya punya relevansi langsung
dengan masalah skripsi penulis.
3.7. Teknik Analisis Data
3.7.1. Analisis Fungsi Produksi Cobb Douglas
Analisis fungsi produksi adalah analisis yang menjelaskan hubungan antara produksi yang mempengaruhinya. Hubungan fisik antara faktor-faktor
Universitas Sumatera Utara
produksi dengan hasil produksi sangat kompleks. Sulit untuk mengetahui secara pasti pengaruh faktor-faktor produksi terhadap hasil produksi. Oleh karena itu,
model yang digunakan untuk penelitian ini adalah fungsi produksi Cobb Douglas. Secara matematik, fungsi Cobb-Douglas dapat ditulis sebagai berikut:
Y = aX
1 b1
X
2 b2
X
3 b3
X
4 b4
…..X
n bn
e
u
………………………………............ 3.1
Dimana:
Y = Jumlah produksi keripik ubi KgBulan
X
1
= Jumlah Tenaga Kerja OrangBulan X
2
= Bahan Baku Ubi Kayu KgBulan X
3
= Modal Kerja RpBulan b
i
= Besaran parameter, elastisitas masing-masing faktor produksi a
= Konstanta, intersep, besaran parameter e
= Bilangan natural 2,781 u
= Sisa residual i
= 1,2,3….n
Jika ditransformasikan dalam bentuk logaritma maka:
LnY = Lnα + β
1
LnX
1
+ β
2
LnX
2
+ β
3
LnX
3
+ u ……………………….. 3.2
Dimana :
Y = Jumlah Produksi KgBulan
X
1
= Jumlah Tenaga Kerja OrangBulan X
2
= Bahan Baku Ubi Kayu KgBulan X
3
= Modal Kerja RpBulan α
= Intercept β
i
= Koefisien Regresi Faktor Produksi Ke-i u
= Term Of Error
Universitas Sumatera Utara
3.7.2. Uji Asumsi Klasik
Persamaan yang didapat dari sebuah estimasi dapat dioperasikan secara statistik jika persamaan tersebut telah memenuhi asumsi klasik, yaitu bebas dari
multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.
3.7.2.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk
lonceng Syafrizal Situmorang dkk, 2010. Dengan adanya tes normalitas maka hasil penelitian bisa digeneralisasikan pada populasi. Pada penelitian ini, uji
normalitas dilakukan dengan pendekatan histogram.
3.7.2.2. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas berarti ada hubungan linear yang “sempurna” atau pasti, di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi
Syafrizal Situmorang, 2008. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Untuk mengetahui keberadaan variabel
independen berkorelasi kuat dapat dilihat dengan cara uji Tolerance dan uji Variance Inflations Factor VIF
. Pengambilan Keputusan:
1. VIF 5 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas 2. VIF 5 maka tidak terdapat multikolinearitas
3. Tolerance 0,1 maka diduga mempunyai persoalan multikolinearitas 4. Tolerance 0,1 maka tidak terdapat multikolinearitas
3.7.2.3. Uji Heteroskedastisitas
Universitas Sumatera Utara
Uji heteroskedastisitas pada prinsipnya ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup tersebut. Jika varians sama,
dan ini yang seharusnya terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas. Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Alat
untuk menguji heteroskedastisitas bisa dibagi dua, yakni dengan alat analisis grafik atau dengan analisis residual yang berupa statistik. Model regresi yang
baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas lazim juga disebut sebagai ketimpangan data yang besar antar
variabel. Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala heteroskedastisitas maka dilakukan uji Glejser. Uji Glejser dilakukan dengan melihat tingkat signifikansi
masing-masing variabel. Jika nilai signifikansi lebih besar dari alpha toleransi maka variabel tersebut tidak memiliki gejala heteroskedastisitas namun
sebaliknya, jika nilai signifikansi lebih kecil dari alpha toleransi maka variabel tersebut mengandung heteroskedastisitas.
3.7.3. Uji Hipotesis
3.7.3.1. Uji t-statistik Partial Test
Uji t-statistik merupakan suatu pengujian secara partial yang bertujuan untuk mengetahui apakah masing-masing koefisien regresi signifikan atau tidak
terhadap variabel dependen variabel terikat, dengan menganggap variabel lainnya konstan. Dalam uji ini digunakan hipotesis sebagai berikut :
Ho : b
1
= b Ha : b
1
≠ b Dimana b
1
adalah koefisien independen ke-i nilai parameter hipotesis, biasanya b dianggap 0, artinya tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel
Universitas Sumatera Utara
dependen. Bila t
hitung
≥ t
tabel
pada tingkat kepercayaan tertentu Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa variabel independen yang diuji berpengaruh secara nyata atau
signifikan terhadap variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan :
1. Ho : β = 0
: Ho diterima jika t
hitung
t
tabel
, artinya variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap
variabel dependen. 2.
Ha : β ≠ 0 : Ha diterima jika t
hitung
t
tabel
, artinya variabel independen secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel
independen.
3.7.3.2. Uji F-Statistik
Uji F dilakukan untuk menilai pengaruh variabel independen secara keseluruhan atau bersama-sama terhadap variabel dependen.
Pengujian ini menggunakan hipotesa sebagai berikut: Ho : b
1
= b
2
= b
k
………………………..b
k
= 0 tidak ada pengaruh Ha : b
1
≠ b
2
≠ b
k
……………………...... b
k
≠ 0 ada pengaruh Kriteria pengambilan keputusan:
1. Ho : β
1
= β
2
= β
3
= 0 Ho diterima : jika F hitung F tabel, artinya variabel independen secara
bersama-sama tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.
Universitas Sumatera Utara
2. Ha : β
1
≠ β
2
≠ β
3
≠ 0 Ha diterima : jika F hitung F tabel, artinya variabel independen secara
bersama-sama berpengaruh nyata terhadap variabel independen.
3.7.3.3. Koefisien Determinasi R
2
Dalam suatu penelitian atau observasi, perlu dilihat seberapa jauh model yang terbentuk dapat menerangkan kondisi yang sebenarnya. Koefisien
determinasi pada intinya mengukur seberapa kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R
2
semakin besar mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas X
1
, X
2
, X
3
,X
4
adalah besar terhadap variabel terikat Y. Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat
untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R
2
semakin kecil mendekati nol maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas terhadap bariabel terikat Y semakin kecil. Hal
ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.
3.7.4. Uji Efisiensi
Uji efisiensi digunakan untuk melihat apakah input atau faktor produksi yang digunakan pada usaha keripik ubi di Kecamatan Langsa Baro sudah efisien
atau belum.
3.7.4.1. Efisiensi Ekonomi
Efisiensi merupakan upaya pengunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Untuk menganalisis uji efisiensi
dapat dilihat dari hasil koefisien regresi dari fungsi Cobb Douglas. Pada model
Universitas Sumatera Utara
fungsi Cobb Douglas, koefisien pangkatnya sekaligus menunjukkan besarnya elastisitas produks i dari masing-masing faktor produksi yang digunakan dalam
produksi. Hasil penjumlahan koefisien elastisitas masing-masing faktor produksi pada fungsi tersebut dapat menunjukkan skala usaha atau return to scale atas
perubahan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses produksi yang sedang berlangsung.
Return to scale merupakan pengaruh peningkatan skala input terhadap kuantitas yang diproduksi. Ada tiga hal penting yang harus dibedakan dalam
menentukan return to scale yaitu bila perubahan semua input menyebabkan peningkatan output dengan jumlah yang sama b
1
+b
2
+…+b
n
= 1 berarti constant return to scale
, bila b
1
+b
2
+…+b
n
1 disebut decreasing return to scale, dan apabila b
1
+b
2
+…+b
n
1 maka disebut increasing return to scale. Usaha keripik ubi di Kecamatan Langsa Baro dipengaruhi oleh beberapa
faktor produksi. Faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi keripik ubi adalah persediaan bahan baku, jumlah tenaga kerja, dan modal kerja.
Variabel-variabel tersebut kemudian akan diestimasi kedalam model fungsi produksi Cobb Douglas dengan metode OLS.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Daerah Penelitian
Kecamatan Langsa Baro merupakan salah satu nama kecamatan di kota Langsa dengan ibukota Geudubang Aceh. Kecamatan ini mempunyai luas 6,168
Ha atau 61,686 Km
2
dengan jumlah desa sebanyak 12 desa. Adapun 12 desa tersebut yaitu Desa Timbang Langsa, Alue Dua, Birem Puntong, PB. Seulemak,
Pondok Kelapa, Karang Anyar, PB. Tunong, Geudubang Jawa, Geudubang Aceh, Alue Dua Bakaran Batee, Lengkong dan Desa Sukajadi Makmur.
Kecamatan Langsa Baro terletak antara 04’26”53 – 04’32”07 LU dan 97’53”15 – 97’58”13 BT. Enam desa di Kecamatan Langsa Baro berada 10
meter diatas permukaan laut yaitu Desa Alue Dua, Birem Puntong, PB. Seulemak, Karang Anyar, Alue Dua Bakaran Batee dan Lengkong. Dan sisanya enam desa
lagi berada pada 10 m sd 50 m di atas permukaan laut. BPS Kota Langsa, 2014. Adapun batas-batas Kecamatan Langsa Baro sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Aceh Timur
Sebelah Selatan : Kabupaten Aceh Timur dan Kecamatan LangsaLama
Sebelah Barat : Kabupaten Aceh Timur
Sebelah Timur : Kecamatan Langsa Kota dan Kecamatan Langsa Barat
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Langsa Baro di Masing-masing Desa
No Desa
Jumlah Penduduk
1 Timbang Langsa
1.631 2
Alue Dua 2.609
3 Birem Puntong
3.685 4
PB. Seulemak 11.475
5 Pondok Kelapa
2.277 6
Karang Anyar 3.827
7 PB. Tunong
6.543 8
Geudubang Jawa 3.124
9 Geudubang Aceh
2.981 10
Alue Dua Bakaran Batee 3.042
11 Lengkong
2.205 12
Sukajadi Makmur 696
Jumlah
44.095
Sumber : BPS Kota Langsa
Berdasarkan tabel diatas, jumlah penduduk Kecamatan Langsa Baro tahun 2013 adalah 44.095 jiwa. Penduduk di Kecamatan Langsa Baro lebih
mendominasi pada suku Jawa dan Aceh. Berdasarkan jenis kelamin, maka penduduk di Kecamatan Langsa Baro pada tahun 2013 adalah sebanyak 44.095
jiwa yang terdiri dari 21.953 jiwa laki-laki dan 22.142 jiwa perempuan. Selisih jumlah penduduk laki-laki dan perempuan adalah 189 jiwa. Dari 9.923 jumlah
Universitas Sumatera Utara
rumah tangga sebanyak 1804 jiwa merupakan rumah tangga usaha pertanian. BPS Kota Langsa, 2014
4.2. Karakteristik Responden