51
- Bahwa, saksi mengetahui para pemohon mengajukan permohonan ahli waris
karena untuk kepentingan penentuan ahli waris dari almarhum Drs Moestofa bin Asmoeni.
74
C. Pertimbangan Majelis Hakim
Menimbang, bahwa maksud dan tujuan permohonan para pemohon adalah sebagaimana tersebut diatas.
1.Pasal 49 dan penjelasan pasal 49 huruf b undang-undang nomor 7 tahun 1989 yang diubah dengan undang-undang nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan
Agama
75
. 1 Pengadilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus,
danmenyelesaikan perkara-perkara di tingkat pertama antara orang-orang yangberagama Islam di bidang:
a. perkawinan; b. kewarisan, wasiat, dan hibah, yang dilakukan berdasarkan hukum Islam;
c. wakaf dan shadaqah.Ketentuan Pasal 49 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut:
Pengadilan agama bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertama antara orang-orang yang beragama
Islam di bidang: a. perkawinan;
74
Ibid.h. 4-5.
75
Surat putusan No.171pdt.P2009PA.JS, h. 5.
52 b. warta;
c. wasiat; d. hibah;
e. wakaf; f. zakat;
g. infaq; h. shadaqah; dan
i. ekonomi syariah.
76
” Bahwa perkara ini menyangkut permohonan penetapan ahli waris bagi
orang-rang yang beragama islam, maka dengan ketentuan pasal 49 dan penjelasan pasal 49 huruf b undang-undang nomor 7 tahun 1989 yang diubah
dengan undang-undang nomor 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama, perkara ini merupakan kewenangan Absolut Pengadilan Agama.
a Pasal 165 HIR
Akta otentik, yaitu suatu surat yang dibuat oleh atau di hadapan pegawai umum yang berwenang untuk membuatnya, mewujudkan bukti yang cukup bagi
kedua belah pihak dan ahli waris masing-masing serta sekalian orang yang mendapat hak darinya tentang segala hal yang disebut di dalam urat itu dan
tentang hal yang tercantum dalam surat itu sebagai pemberitahuan; tetapi yang
76
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama, Kompilasi Hukum Islam Departemen Agama R I.. Jakarta Tahun 2000.
53 tersebut terakhir ini hanya sekedar yang diberitahukan itu langsung menyangkut
pokok akta itu. KUHPerd. 1868, 1870 dst.; Sv. 380 ; IR. 168, 304.
b Pasal 147
“Jika tidak diminta mengundurkan diri, atau jika penolakan ini dianggap tidak beralasan buat memberikan kesaksiannya, maka sebelum saksi itu memberi
keterangannya, ia lebih dahulu disumpah menurut agamanya”. Penjelasan:
Jikalau hak undur diri tidak diminta, atau betul diminta akan tetapi ternyata tidak beralasan, maka saksi harus didengar keterangannya akan, tetapi harus
disumpah lebih dahulu secara menurut, agama dan kepercayaannya masing- masing. Boleh diketahui bahwa cara penyumpahan itu ada dua macam, yaitu
secara promissoris disumpah lebih dahulu sebelumnya menyampaikan keterangannya dan secara assertoris yaitu menyampaikan keterangannya lebih
dahulu, kemudian sesudah itu barulah diteguhkan dengan sumpah
. c
Pasal 172 HIR
Dalam hal menimbang nilai kesaksian itu, hakim harus memperhatikan: cocoknya para saksi satusama lain kesesuaian kesaksian-kesaksian mereka
dengan apa yang diketahui dari sumber laintentang perkara yang bersangkutan semua alasan para saksi untuk menerangkan dudukperkaranya dengan cara begini
atau begitu peri kehidupan, adat istiadat dan kedudukan parasaksi dan pada umumnya, segala hal yang dapat menyebabkan saksi itu dapat dipercayai
ataukurang dipercayai. KUHPerd. 1908; Sv. 378; IR. 302.
54 Bahwa dalam ketentuan hukum Islamhukum faraidh bahwa seseorang
meninggal dunia dan meninggalkan waris dan harta, maka ketentuan para ahli waris serta bagian nya secara qoth‟i telah diatur dalam Alquran sebagaimana
dalam surat Annisa ayat 11.
. م لْ ا يف ها م ْيصْ ي
... اا ءاس لا
d Pasal 171 Kompilasi Hukum Islam
Yang dimaksud dengan: a. Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak
pemilikan harta peninggalan tirkah pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing.
b. Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli
waris dan harta peninggalan. c. Ahli waris adalah orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai
hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena hokum untuk menjadi ahli waris.
d. Harta peninggalan adalah harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa benda yang menjadi miliknya maupun hak-haknya.
e. Harta warisan adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya,
55 biaya pengurusan jenazah tajhiz, pembayaran hutang dan pemberian untuk
kerabat. f. Wasiat adalah pemberian suatu benda dari pewaris kepada orang lain atau
lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia. g. Hibah adalah pemberian suatu benda secara sukarela dan tanpa imbalan dari
seseorang kepada orang lain yang masih hidup untuk dimiliki. h. Anak angkat adalahanak yang dalam pemeliharaan untuk hidupnya sehari-
hari, biaya pendidikan dan sebagainya beralih tanggung jawabnya dari orang tua asal kepada orang tua angkatnya berdasarkan putusan Pengadilan.
i. Baitul Mal adalah Balai Harta Keagamaan
.
bahwa berdasarkan bukti berkode p8 dan p9 berupa salinan penetapan anak angkat, maka telah terbukti bahwa semasa hidupnya almarhum Drs. Moestofa
dengan almarhumah Dra. Choiriyah telah mengangkat anak yang bernama Dimas Riyan Herwibowo sesuai pasal 17 1 huruf h Kompilasi Hukum Islam.
5. Pasal 209KompilasiHukum Islam 1 Harta peninggalan anak angkat dibagi berdasarkan Pasal 176 sampai
dengan Pasal 193 tersebut di atas, sedangkan terhadap orang tua angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-banyaknya 13 dari
harta wasiat anak angkatnya. 2 Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberiwasiat
wajibahsebanyak-banyaknya 13dari harta warisan orang tuaangkatnya
.
56 Bahwa dengan demikian patut ditetapkan yang menjadi ahli waris dari
almarhum Drs. Moestofa bin Asmoeni yaitu, Dr.Dewi Hayati HeryundariDrg. Noor Dewayani h dan Siti Hapsari Herjahyti dan Arief Setyawan Hergunanto
sedangkan Dimas Ryan Firmansyah Herwibowo adalah anak angkat dari almarhum Drs. Moestofa dengan Dra. Choiriyah yang dalanm hal ini
dimungkinkan mendapat bagian dari harta peninggalan almarhum Drs. Moestofa dengan jalan wasiat wajibah dengan klausul tidak melebihi 13.
Hal ini juga telah diakui oleh Pengadilan Agama Jakarta Selatan sehingga Majelis Hakim Pengadilan Agama dalam setiap memberikan pertimbangan
hukum dari penggugat, maka disamping menggunakan Undang-Undang sebagai sandaran hukumnya dan Majelis Hakim juga mengambil sandaran hukum pada
ayat di atas.
D. Penetapan Putusan Perkara