Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia sebagai makhluk social dan merupakan kelompok masyarakat terkecil, yang terdiri dari seorang ayah, Ibu dan anak. Dalam Kenyataan tidak selalu ketiga unsure ini terpenuhi, sehingga kadang-kadang terdapat suatu keluarga yang tidak mempunyai anak. Dengan demikian dilihat dari eksistensi keluarga sebagai kelompok kehidupan masyarakat, menyebabkan tidak kurangnya mereka yang menginginkan anak, karena alasan emosional, sehingga terjadilah perpindahan anak dari satu kelompok keluarga ke dalam kelompok keluarga yang lain 1 . Disamping itu, salah satu tujuan dari perkawinan yang dilakukan, pada dasarnya adalah untuk memperoleh keturunan, yaitu anak. Begitu pentingnya hal keturunan anak ini, sehingga menimbulkan berbagai peristiwa hokum karena, misalnya, ketiadaan keturunan anak.Perceraian, poligami dan pengangkatan anak merupakan beberapa peristiwa hukum yang terjadi karena alasan di dalam perkawinan itu tidak memperoleh keturunan walaupun bukan satu-satunya alasan. 1 MuderisZaini,. AdopsiSuatuTinjauan Dari TigaSistemHukum. Jakarta, SinarGrafika, 1995. h . 8. 2 Tingginya frekuensi perceraian, poligami dan pengangkatan anak yang dilakukan di dalam masyarakat mungkin merupakan akibat dari perkawinan yang tidak menghasilkan keturunan. Jadi, seolah-olah apabila suatu perkawinan tidak memperoleh keturunan, maka tujuan perkawinan tidak tercapai. Dengan demikian, apabila di dalam suatu perkawinan telah ada keturunan anak, maka tujuan perkawinan dianggap telah tercapai dan proses pelanjutan generasi dapat berjalan 2 . Tujuan seseorang melakukan pengangkatan anak antara lain adalah untuk meneruskan keturunan, manakala di dalam suatu perkawinan tidak memperoleh keturunan. Ini merupakan motivasi yang dapat dibenarkan dan salah satu jalan keluar sebagai alternatif yang positif serta manusiawi terhadap naluri kehadiran seorang anak dalam pelukan keluarga, bertahun-tahun belum dikaruniai seorang anakpun. Dengan mengangkat anak diharapkan supaya ada yang memelihara di hari tua, untuk mengurusi harta kekayaan sekaligus menjadi generasi penerusnya 3 . Mengangkat anak merupakan suatu perbuatan hukum, oleh kerena itu perbuatan tersebut mempunyai akibat hukum. Salah satu akibat hukum dari peristiwa pengangkatan anak adalah mengenai status anak angkat tersebut sebagai ahli waris orang tua angkatnya. Status demikian inilah yang sering menimbulkan permasalahan di dalam keluarga. Persoalan yang sering muncul dalam peristiwa gugat menggugat itu biasanya mengenai sah atau tidaknya pengangkatan anak tersebut, serta 2 Soerjono Soekanto, Hukum Adat Indonesia. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001. h. 251. 3 Ibid., h. 252. 3 kedudukan anak angkat itu sebagai ahli waris dari orang tua angkatnya 4 . Kematian penyanyi Michael Jackson yang memiliki beberapa anak angkat, menyulut perselisihan hak waris dari kekayaan mega bintang itu. Kasus serupa juga sering terjadi di Indonesia. Bagaimana Islam memandang hak waris anak angkat? Menurut hukum Islam, anak angkat tidak dapat diakui untuk bisa dijadikan dasar dan sebab mewarisi, karena prinsip pokok dalam kewarisan Islam adalah hubungan darah nasab keturunan 5 . Dengan kata lain bahwa peristiwa pegangkatan anak menurut hukum kawarisan Islam, tidak membawa pengaruh hukum terhadap status anak angkat, yakni bila bukan merupakan anak sendiri, tidak dapat mewarisi dari orang yang setelah mengangkat anak tersebut. Dari pembahasan di atas penulis merasa termotivasi untuk meneliti tentang kasus-kasus perkara penetapan hak waris terhadap anak angkat yang mana anak angk angkat dalam hukum Islam sama sekali tidak memperoleh hak waris. Maka dari itu penulis mengambil objek penelitian di Pengadilan Agama Jakarta Selatan yang notabennya merupakan lembaga peradilan yang menangani kasus keperdataan bagi umat Islam, khususnya dibatasi pada Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Karena latar belakang di atas penulis mengambil judul skripsi dengan judul: PENETAPAN WASIAT WAJIBAH BAGI ANAK ANGKAT Analisis Putusan Pengadilan Agama Jakarta Selatan Nomor Putusan 171Pdt.P209PA.JS . 4 Ibid., h. 252 5 Hilman Hadikusuma. Hukum Waris Adat. Bandung : Citra Aditya Bakti, 1990, h. 78 4

B. Perumusan dan Pembatasan Masalah