Lesbi sebagai pemicu perceraian (analisis putusan pangadilan Agama Jakarta timur perkara no.207/Pdt. G/2009/PAJT)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh : Muhammad Faisal
107044102074
K O N S E N T R A S I P E R A D I L A N A GA M A PROGRAM STUDI AHWAL AS-SYAKHSIYYAH
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH J A K A R T A
(2)
(3)
(4)
Alhamdulillah, puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat ilahi rabii, Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam senantiasa penulis curahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW yang merubah dunia dari kegelapan menjadi alam yang terang benderang. Dan salam sejahterta semoga Allah limpahkan kepada keluarganya, sahabatnya, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik berkat jasa-jasa, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan penuh rasa hormat dan kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih yang tulus kepada segenap pihak yang membantu terselesaikannya skripsi ini. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH. MA., MM., selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan juga sebagai pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk membantu penulis dalam menyadari kekurangan dalam pembuatan skripsi ini.
2. Drs. H.A. Basiq Djalil, S.H., MA., selaku ketua Program Studi. Selanjutnya kepada Hj. Rosdiana, MA, selaku sekretaris jurusan beserta staffnya yang telah membantu penulis selama menjalani perkuliahan di Fakultas Syariah dan Hukum ini. 3. Seluruh dosen Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tidak lupa juga kepada staff perpustakaan, karyawan yang telah banyak membantu penulis dalam pembuatan skripsi baik berupa peminjaman buku ataupun yang lainnya. Yaitu perpustakaan utama UIN Jakarta, perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, perpustakaan nasional Jakarta, dan perpustakaan ICRP.
(5)
membantu penulis banyak sekali dalam pengolahan data skripsi.
5. Terima kasih yang tak terhingga kepada ayahanda Bahder Djohan dan ibunda Hj. Suryanah yang telah membesarkan dengan penuh cinta dan pengorbanan baik berupa dukungan moril dan finansial serta doa restunya sehingga penulis dapat menyelesikan pendidikan Strata I Jurusan Peradilan Agama Fakultas Syariah dan Hukum. Dan juga kepada adik-adikku M. Iskandar Fauzi dan Farhatunnisa Afriliana yang telah memberikan semangat serta peringatan untuk selalu melihat kedepan. Dan tidak lupa kepada seluruh keluarga yang sangat penulis cintai dan sayangi.
6. Teristimewa untuk Maya Ulfahsari, yang telah memberikan banyak hal termasuk semangat, sayang, cinta, motivasi dan kesabaran untuk membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga kita bisa lebih baik lagi dalam segala hal. Penulis juga mengucapkan terima kasih banyak kepada Muhammad Muachir, Fitrah Nurhalim, yang selalu memberikan penulis informasi dan pengetahuan tambahan. Dan juga kepada teman-teman angkatan 2007/2008 Jurusan Ahwal al-Syakhsiyyah yang tak mampu penulis sebutkan satu persatu, terim kasih atas kebersamaan kalian selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Thanks a lot guys.
7. Dan tak lupa jua kepada PASKIBRA SMAN 44 Jakarta yang telah membuat penulis bisa menjadi seperti sekarang ini dan juga turut memberikan semangat serta dukungan untuk penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.
Terakhir kepada para pihak yang telah memberikan bantuan dan perhatiannya sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan penulisan skripsi ini. Kepada Allah SWT penulis memohon dan mendoakan semoga jasa baik yang telah semuanya berikan menjadi ladang amal sholeh dan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
(6)
dari para pembaca yang budiman sangat penulis harapkan demi kebaikan dan perbaikan karya ilmiyah ini.
Semoga skipsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua, terutama bagi penulis sendiri. Amin.
Wassalam Jakarta, 31 Mei 2011
Penulis
(7)
KATA PENGANTAR ... i
LEMBAR PERNYATAAN ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 7
D. Metode Penelitian... 8
E. Review Studi Terdahulu ... 10
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II : PERCERAIAN A. Pengertian dan Dasar Perceraian ... 13
B. Jenis dan Alasan Perceraian ... 16
C. Akibat dan Hikmah Perceraian ... 25
BAB III : LESBI A. Pengertian Penyimpangan Seksual ... 30
B. Pengertian Lesbi ... 32
C. Sebab-sebab terjadinya Lesbi ... 33
D. Akibat dari Lesbi ... 37
(8)
B. Kronologis kasus perceraian ... 49 C. Opini terhadap putusan ... 51
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ... 62 B. Saran ... 64 DAFTAR PUSTAKA ... 66 LAMPIRAN-LAMPIRAN:
1. Salinan putusan
2. Surat permohonan pembimbing skripsi 3. Wawancara dengan hakim
4. Wawancara dengan MUI 5. Wawancara dengan psikolog 6. Surat keterangan wawancara
(9)
A. Latar Belakang Masalah
Setiap manusia hidup di dunia tidaklah sendirian, melainkan berdampingan dengan manusia lain. Ini dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial yang membutuhkan manusia lain untuk menjalani kehidupan. Akibat manusia yang saling berhubungan tersebut, manusia memiliki ketertarikan terhadap lawan jenisnya yaitu, perempuan. Islam mengatur manusia dalam hidup berjodoh-jodohan iu melalui jenjang perkawinan yang ketentunnya dirumuskan dalam ujud aturan-aturan yang disebut hukum perkawinan.1 Perkawinan itu adalah salah satu
cara yang telah ditetapkan oleh Allah untuk memperoleh anak dan memperbanyak keturunan serta melangsungkan kehidupan manusia.2
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sangat dalam dan kuat sebagai penghubung antara seorang pria dengan seorang wanita dalam membentuk suatu keluarga atau biduk rumah tangga. Aturan mengenai perkawinan tersebut di Indonesia diatur oleh Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan juga Kompilasi Hukum Islam. Dalam peraturan perundang-undangan tersebut dikatakan bahwa, perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau
1 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) h.13.
2 Abdul Qadir Djaelani, Keluarga Sakinah. (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1995), h.42.
(10)
rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.3
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam dikatakan perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliidhan
untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.4
Menurut syara nikah adalah sebuah ikatan yang meliputi rukun-rukun dan syarat-syarat untuk menghalalkan hubungan suami istri.5 Secara pendek
pengertian perkawinan itu ialah perjanjian suci membentuk keluarga antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan.6
Dalam pandangan Islam di samping perkawinan itu sebagai perbuatan ibadah, ia juga merupakan sunnah Allah dan sunnah Rasul.7 Dan dalam hukum
Islam pernikahan harus memenuhi syarat dan rukunnya. Rukun pernikahan itu harus terdiri dari, calon suami, calon istri, wali nikah, dua orang saksi, dan ijab kabul. Pada garis besarnya syarat-syarat sahnya perkawinan itu ada dua :
3 Lihat Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 1 4 Lihat Kompilasi Hukum Islam Pasal 2
5 Imam Taqiyuddin Abi Bakr ibn Muhammad Al Husainy, Kifayatul al-Akhyar, (Beirut : Dar al Fikr), Jilid 2, h.36.
6 Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia, (Jakarta: UI-Press, 1986). h. 47.
7Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia Antara Fiqh Munakahat Dan Undang-Undang Perkawinan. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009) cet. Ke-3. h.41.
(11)
1. Calon mempelai perempuannya halal dikawin oleh laki-laki yang ingin menjadikannya istri.
2. Akad nikahnya dihadiri para saksi.8
Bagi Ulama Hanafiah akad nikah membawa konsekuensi bahwa suami istri berhak memiliki kesenangan (mik al mut’ah) dari istrinya, dari Ulama Malikiyah akad nikah membawa akibat pemilikan bagi suami untuk mendapatkan kelezatan (talazuz) dari istrinya. Sedangkan bagi ulama Syafi’iyah akad membawa akibat suami memiliki kesempatan untuk melakukan jima’ (bersetubuh) dengan istrinya.9
Akibat ikatan pernikahan ini, maka lahirlah hak dan kewajiban yang harus dijalani oleh suami dan juga istri. Hak ialah sesuatu yang harus diterima. Kewajiban adalah sesuatu yang harus dilaksanakan.10 Keseimbangan dalam
menjalankan kedua hal ini merupakan kunci untuk menuju keluarga yang harmonis. Dengan demikian, tujuan hidup berkeluarga akan terwujud sesuai dengan tuntutan agama, yaitu sakinah, mawwadah wa rahmah.11
8 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat. h.49.
9 Abdu Ar Rahman Al Jaziri, Kitab al Fiqh ‘Ala Al Ma’zahib Al Arba’ah, (Dar Al Fikr, Beirut, 1969), h.2-3.
10 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), cet. 1. h.1006.
(12)
Dalam menjalani bahtera rumah tangga yang diidamkan tidak selamanya berjalan harmonis, karena banyak sekali halangan dan rintangan yang akan menghadang di depannya nanti yang memungkinkan pasangan suami istri untuk mengakhiri perkawinan tersebut akibat tidak mampu menghadapi permasalahan yang datang tersebut. Hal ini karena sudah tidak dapat lagi dipertahankan lagi lebih lama, ditinjau dari beberapa sudut, mereka lebih baik putuskan perkawinannya daripada dilangsungkan terus.12 Oleh karena itu, pasangan suami
istri harus menjadi sebuah tim yang kompak untuk mengatasi masalah tersebut. Jangan sampai setiap permasalahan yang datang di hadapi dengan emosi sehingga bukannya menyelesaikan permasalahan tapi malah menghasilkan permasalahan baru.
Pada umumnya yang menimbulkan perselisihan dan percekcokan dalam rumah tangga itu karena salah satu pihaknya tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik, mereka tidak saling menghargai, tidak saling menghormati, tidak saling pengertian antara sesama mereka dalam rumah tangganya.13 Sebab yang
mendasar adalah keduanya hidup dalam satu tempat selama dua puluh empat jam sehari semalam. Keduanya selalu bersama-sama meniti kehidupan rumah tangga,
12 Djoko Prakoso dan I Ketut Murtika, Asas-Asas Hukum Perkawinan di Indonesia, (Jakarta: Bina Aksara, 1987) , Cet. Ke-1. h.175.
13 Sidi Nazar Bakri, Kunci Keutuhan Rumah Tangga. ( Jakarta: CV.Pedoman Ilmu Jaya, 1993). h.37.
(13)
maka tidak heran, jika mereka selalu menemukan perbedaan pendapat dalam berbagai hal.14
Akibatnya, dalam sebuah keluarga mudah sekali terjadi perselisihan dan percekcokan yang membuat mereka berfikir untuk mengakhiri pernikahan mereka dengan jalan perceraian.
Perceraian adalah putusnya ikatan perkawinan antara laki-laki dengan perempuan sehingga mengakibatkan berakhirnya hubungannya sebagai suami istri. Perceraian itu dapat dilakukan atas kehendak dari suami atau dari pihak istri. Permohonan cerai yang dilakukan atas kehendak suami dinamakan talak, dan permohonan cerai yang berasal dari pihak istri dinamakan khulu’.
Hak talaq ini dapat digunakan untuk menjadi jalan keluar bagi kesulitan yang dihadapi suami dalam melangsungkan situasi rukun damai dalam kehidupan rumah tangga.15 Talak secara bahasa memutuskan ikatan, secara syara’
memutuskan ikatan pernikahan atau memutuskan akad nikah dengan lafaz talak atau sejenisnya atau menghilangkan ikatan nikah dalam keadaan apapun dan dimanapun dengan lafaz yang ditentukan (khusus).16 Talak yang dijatuhkan
14 Syaikh Abdul Aziz Bin Abdurrahman Al-Musnad, Perkawinan dan Masalahnya. Penerjemah Musifin As’ad dan Salim Basyarahil. (Jakarta: Pustaka Al-kautsar,1993), cet. II. h.15.
15 Ahmad Khuzari, Nikah Sebagai Perikatan. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h.118-119.
16 Wahbah Zuhaili, al- Fiqh al- Islam Wa Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989), Juz 7. h.356.
(14)
seorang suami kepada istrinya harus memilik alasan yang sesuai, agar talak yang dijatuhkan suami kepada istrinya tidak terkesan semena-mena.
Talak adalah sesuatu yang halal yang dibenci Allah Swt, tetapi ada talak yang dijatuhkan oleh seorang suami yang tidak dibenci oleh Allah SWT disebabkan oleh tindakan dan perilaku pasangannya:
1. Istrinya diketahui berbuat zina;
2. Istrinya berbuat nusyuz dan sudah berkali-kali dikasih peringatan; 3. Istrinya suka mabuk, penjudi, bertindak tanduk yang bisa merugikan lingkungan sekitarnya; dan
4. Istrinya susah diajak kerja sama dalam membina rumah tangga yang lebih damai dam tentram, mau menang sendiri, kurang menghargai peran suami, dan sebagainya.17
Tapi dengan seiring berjalannya waktu, faktor-faktor yang menyebabkan suami mejatuhkan talak kepada istrinya menjadi lebih kompleks dari biasanya, yaitu seperti penyimpangan seksual yang dilakukan oleh istri yang penulis temukan dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur yang menyatakan bahwa istri memiliki penyimpangan seksual, yaitu menyukai sesama jenis atau lesbian. Oleh karena itu penulis tergerak untuk meneliti hal tersebut ke dalam sebuah skripsi. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengambil
17 Mohammad Asmawi. Nikah Dalam Perbincangan dan Perbedaan, (Yogyakarta: Darussalam, 2004), Cet. I. h.234.
(15)
permasalahan ini sebagai skripsi dengan judul “LESBI SEBAGAI PEMICU PERCERAIAN (Analisa Putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur No. 207/Pdt.G/2009/PAJT)”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Penelitian ini membahas tentang perceraian, alasan perceraian, akibat perceraian, hikmah perceraian, alasan hakim dalam memutuskan perkara, pandangan fiqh dan hukum positif terhadap lesbi, alasan seseorang bisa menjadi lesbi dan akibatnya, serta alasan diterimanya lesbi sebagai pemicu perceraian pada Pengadilan Agama Jakarta Timur.
2. Perumusan Masalah
Menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 116, perceraian tidak dapat terjadi karena alasan lesbi. Tapi kenyataannya, dalam putusan Pengadilan Agama Jakarta Timur dengan perkara No.207/Pdt.G/2009/PAJT, pemohon dalam mengajukan permohonan cerainya, menyatakan lesbi sebagai salah satu alasan perceraian. Rumusan masalah tersebut penulis rinci dalam bentuk pernyataan sebagai berikut:
1. Apakah penyimpangan seksual yang dialami oleh istri bisa dijadikan sebagai alasan perceraian?
2. Bagaimana hukum Islam dan hukum positif memandang lesbi? 3. Apa pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut?
(16)
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bisa atau tidaknya suami memohon perceraian karena alasan penyimpangan seksual (lesbi) yang dialami oleh istrinya.
2. Untuk mengetahui pandangan fiqh dan Hukum positif terhadap penyimpangan seksual seperti lesbi.
3. Untuk mengetahui alasan pertimbangan hakim dalam memutus perkara tersebut.
4. Untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: 1. Manfaat Akademis
Penelitian ini diharapkan dapt memberikan kontribusi yang positif terhadap pembaca dan juga para mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum sebagai bagian dari peningkatan kualitas intelektual.
2. Manfaat Praktis
Untuk memberikan masukan tambahan serta menambah wawasan bagi para mahasiswa yang akan bergerak sebagai praktisi hukum nantinya.
D.Metode Penelitian
Untuk mengumpulkan data dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:
(17)
Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah jenis penelitian kualitatif. Data kualitatif pada umumnya dalam bentuk pernyataan kata-kata atau gambarantentang sesuatu yang dinyatakan dalam bentuk penjelasan dengan kata-kata atau tulisan.18 Dan penelitian ini bersifat pendekatan
normatif yuridis, yaitu meneliti hasil putusan pengadilan. 2. Sumber Data dan Proses Pengumpulan Data
a. Data primer
Data pimer adalah data yang dikumpulkan peneliti langsung dari sumbernya.19 Data primer Data primer berbentuk “putusan” yang
didapatkan dari Pengadilan Agama Jakarta Timur. b. Data sekunder
Data yang bersumber dari hasil penelitian orang lain yang dibuat untuk maksud yang berbeda.20
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari buku-buku, internet dan beberapa hasil penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini.
c. Data tertier
Data tertier adalah data yang diperoleh dari kamus dan jurnal
18 Ronny Kountur, Metode Penelitian untuk penulisan Skripsi dan Tesis, Seri Umum No. 12., Ed. Revisi, h.191.
19 Ibid, h.182. 20Ibid, h.178-179.
(18)
hukum.
3. Alat Pengumpul Data
Alat pengumpul data yang diperoleh meliputi transkip interview dari wawancara dengan hakim yang memutuskan perkara tersebut, catatan lapangan, dokumen pribadi dan lain-lain.
4. Analisa Data
Analisa data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menggunakan analisa kualitatif dengan pendekatan konten analisis yaitu menganalisis isi (conten analysis)21 dengan mendeskripsikan putusan perceraian tersebut dan
menghubungkannya dengan hasil wawancara. 5. Teknik Penulisan
Teknik penulisan skripsi ini menggunakan buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2007”.
E. Review Studi Terdahulu
Dalam proses penulisan skripsi ini, penulis telah melakukan kajian terhadap skripsi terdahulu. Dan penulis telah menemukan beberapa skripsi yang memiliki tema mirip dan memberikan perbedaannya. Skripsi-skripsi tersebut adalah sebagai berikut:
21 Analisis data yang didasarkan pada aspek penting, yaitu data (dokumen, naskah atau literatur) dalam hal ini adalah putusan yang diperoleh dari Pengadilan Agama.
(19)
1. Surya Darma Batu Bara, “Disfungsi Seksual Sebagai Alasan Terjadinya Perceraian (Studi Putusan Cerai Gugat Akibat Suami Disfungsi Seksual Di Pengadilan Agama Jakarta Selatan Tahun 2007)”, skripsi ini membahas tentang kelamahan fungsi alat seksual suami segai alasan perceraian.
2. Rahmat Hidayat, “Kekerasan Seksual Sebagai Alasan Perceraian (studi Putusan No. 322/Pdt.G/2007/PAJT)”, skripsi ini membahas tentang kekerasan seksual yang dilakukan suami terhadap istri sebagai alasan untuk melakukan perceraian.
3. Jamilah, “Kelainan Seks Pada Suami Sebagai Pemicu Terjadinya Perceraian (Analisa Putusan PA Depok Perkara Nomor 662/Pdt.G/ 2008/PA.Dpk.Jawa Barat)”, skripsi ini membahas tentang kelainan seksual yang dilakukan oleh suami yang suka mengintip dan menggerayangi orang lain (Voyeurisme) sebagai alasan perceraian.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui gambaran yang jelas tentang hal-hal yang diuraikan dalam penulisan ini, maka penulis membuat sistematika penyusunan penulisan ini ke dalam lima Bab. Dimana masing-masing bab dibagi ke dalam sub-sub sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan. Dalam bab ini diuraikan hal-hal yang meliputi Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan
(20)
Manfaat Penelitian, Tinjauan Kajian Terdahulu serta Sistematika Penulisan.
BAB II : Perceraian. Dalam bab ini diuraikan hal-hal yang meliputi Pengertian dan Dasar Perceraian, Jenis dan Alasan Perceraian, Akibat dan Hikmah Perceraian.
BAB III : Lesbi. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pengertian Penyimpangan seksual, Pengertian Lesbi, sebab-sebab terjadinya terjadinya Lesbi, dan pandangan hukum Islam dan hukum positif mengenai lesbi.
BAB IV : Analisa Terhadap Putusan PA Jaktim. Dalam bab ini diuraikan hal-hal yang meliputi profil Pengadilan Agama Jakarta Timur, duduknya perkara, pertimbangan hukum para hakim, kronologis kasus perceraian di Pengadilan Agama Jakarta Timur, dan analisa penulis.
BAB V : Penutup. Bab ini merupakan kesimpulan yang menggambarkan secara umum tentang permasalahan yang dibahas, dalam bab ini juga mencakup saran-saran dari peneliti atas permasalahan yang diteliti sehingga upaya mencapai tujuan dari penelitian yang dilakukan dan diharapkan dapat bermanfaat bagi kalangan akademis umumnya dan penulis khususnya.
(21)
BAB II PERCERAIAN
A. Pengertian dan Dasar Perceraian 1. Pengertian Perceraian
Cerai adalah putus hubungan sebagai suami istri.22 Ta’rif talak
menurut bahasa Arab adalah “melepaskan ikatan”.23 Talak secara bahasa
memutuskan ikatan, secara syara’ memutuskan ikatan pernikahan atau memutuskan akad nikah dengan lafaz talak atau sejenisnya atau
22 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), ed .3 cet.ke-3. h. 208.
23 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: PT. Sinar Baru Algensindo, 1997), cet. Ke-31, h. 401. Lihat juga Imam Taqiyuddin Abi Bakr ibn Muhammad Al Husainy, Kifayatul al-Akhyar, (Beirut : Dar al Fikr), Jilid 2, h. 84.
(22)
menghilangkan ikatan nikah dalam keadaan apapun dan dimanapun dengan lafaz yang ditentukan (khusus).24
Sedangkan menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah arti kata talak, yaitu:
ةِيّجِوْزّلا ةِقَل
َ عَلْا ءُاَهنْإِوَ جِوْزّلا ةُط
َ بِاَر لّحَ
25
Artinya: “Melepas tali perkawinan dan mengakhiri hubungan suami isteri.” Perceraian adalah penghapusan perkawinan dengan putusan hakim atau tuntutan salah satu pihak dalam perkawinan itu.26 Dari definisi talak di
atas, jelaslah bahwa talak merupakan sebuah institusi yang digunakan untuk melepaskan sebuah ikatan perkawinan.27
2. Dasar Perceraian
Talak ini merupakan suatu yang disyariatkan.28 Dalil persyariatan talak
ini berasal dari al-Qur’an, as-Sunnah, maupun ijma’ ulama.29
24 Wahbah Zuhaili, al- Fiqh al- Islam Wa Adillatuhu, (Damaskus: Dar al-Fikr, 1989) Juz 7. h. 356.
25 Sayyid Sabiq, Fiqh As-Sunnah, (Beirut: Dar al-Fikr, t.th), Juz. 2, h. 206. 26 Subekti, Pokok-Pokok Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Intermasa, 1995), cet. Ke-27, h. 42.
27 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU no.1/74, sampai KHI), (Jakarta: Kencana, 2004), cet. 1. h. 207.
28 Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, Penerjemah Abdul Ghofar (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2006), cet. ke-5. h. 207.
29 Wahbah Zuhaili, Fiqih Imam Syafi’i, Penerjemah Muhammad Afifi dan Abdul Hafiz (Jakarta: Almahira, 2010), cet. I, h. 579.
(23)
Adapun dalil-dalil yang melandasi terjadinya perceraian adalah sebagai berikut:
a. Surat Ath-Thalaq ayat 1.
Artinya: “Hai nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu Maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) iddahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu iddah itu serta bertakwalah kepada Allah Tuhanmu. janganlah kamu keluarkan mereka dari rumah mereka dan janganlah mereka (diizinkan) ke luar kecuali mereka mengerjakan perbuatan keji yang terang. Itulah hukum-hukum Allah, Maka Sesungguhnya dia Telah berbuat zalim terhadap dirinya sendiri. kamu tidak mengetahui barangkali Allah mengadakan sesudah itu sesuatu hal yang baru.” (QS.Ath-Thalaq: 1)
b. Surat An-Nisa ayat 130
)ءاسنلا
130:4 / (Artinya: “Jika keduanya bercerai, Maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masingnya dari limpahan karunia-Nya. dan adalah Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Bijaksana.” c. Surat Al-Baqarah ayat 227
(24)
)
ةراقبلا
227:2 / (
Artinya: “Dan jika mereka ber'azam (bertetap hati untuk) talak, Maka Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.”(QS. Al-Baqarah: 227)
d. Dari hadits nabi Muhammad SAW.
هِلللِآوَ هِيْلَعَ هُللا ىلّص
َ
ي
ّ بِنّلا ن
ِ ع
َ رَمَعُ نِبْا نْعَوَ
ل
ّ لجَوَ زّلعَ هِلللا ىللَإِ لِل
َ حَلْا ض
ُ
لغَبْأَ ل
َ اَق م
َ لّس
َ وَ
)
دانللسإب ةللجام نللباو دواد وللبأ هاور ق
ُ ل
َ ط
ّ لا
(
حيحص
30
Artinya: “Dan dari Ibnu Umar, bahwa sesungguhnya Rasulullah Saw. bersabda: “Perkara halal yang paling dibenci oleh Allah ‘Azza wa Jalla adalah talak.” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah dengan sanad yang shahih)
e. Ijma’
Para ulama sepakat membolehkan talak.31 Hikmah dibolehkannya
talak itu adalah karena dinamika kehidupan rumah tangga kadang-kadang menjurus kepada sesuatu yang bertentangan dengan tujuan pembentukan 30 Imam Hafidz Abi Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats al-Sajastani al-Azdi, Sunan Abi Daud, (Beirut: Dar Ibn Hazm, 1998), Cet. 1, h. 334.
(25)
rumah tangga itu.32 Karena walaupun perbuatan ini dibenci oleh Allah,
akan tetapi perbuatan ini tetap dibolehkan untuk menghindari dan menghilangkan berbagai hal negatif dalam rumah tangga.
Dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, masalah perceraian ini diatur dalam Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan pada Pasal 38 sampai dengan Pasal 41 dan juga terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 113 sampai dengan Pasal 148. B. Jenis dan Alasan Perceraian
1. Jenis Perceraian
a. Cerai Talak
Cerai talak ini adalah cerai yang datang atas inisiatif dari pihak suami. Dalam Kompilasi Hukum Islam pasal 117 diterangkan bahwa, “Talak adalah ikrar suami dihadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab putusnya hubungan perkawinan dengan cara sebagaimana pasal 129, 130, 131.”33
b. Cerai Gugat
Cerai gugat adalah cerai yang inisiatifnya datang dari pihak istri. Dalam Islam cerai seperi ini dikenal dengan istilah khulu’. Khulu adalah
32 Amir Syarifuddin, Garis-garis Besar Fiqh, (Bogor: Kencana, 2003), cet. 1., h. 127.
(26)
perceraian yang terjadi atas permintaan isteri dengan memberikan tebusan atau iwadh kepada dan atas persetujuan suaminya.34 Hukum Islam
memberi jalan kepada istri yang menghendaki perceraian dengan mengajukan khulu’, sebagaimana hukum Islam memberi jalan kepada suami untuk menceraikan istrinya dengan jalan talak.35 Dalam istilah
sehari-hari khulu’ biasa di sebut dengan thalaq tebus atau gugat cerai.36
Menurut bahasa, kata khulu’ berarti tebusan.37 Karena istri
meminta cerai kepada suaminya dengan membayar tebusan atau imbalan.38 Menurut istilah syariat, khulu’ adalah perpisahan wanita dengan ganti dan dengan kata-kata khusus.39 Dalam khulu ganti rugi dari
34 Lihat KHI Pasal 1 huruf i. Lihat juga A. Mukti Arto, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, (Jakarta: Pustaka Pelajar, 2003), Cet. V, h. 234.
35 Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) h. 220.
36 Zurinal. Z dan Aminuddin, Fiqih Ibadah, (Jakarta: Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah), cet. Ke-1, h. 261.
37 Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, h. 305.
38 A. Fuad, Perceraian Menurut Hukum Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna, 1994), h. 96.
39 Syaikh Muhammad Bin Shalih Al-Utsaimin, Shahih Fiqih Wanita Menurut Al-Quran Dan As-Sunnah. Penerjemah Faisal Saleh Dan Yusuf Hamdani (Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2009), Cet ke-2, h. 340.
(27)
pihak istri merupakan unsur penting. Unsur inilah yang membedakannya dengan cerai biasa. 40
Talak tebus ini boleh dilakukan baik sewaktu suci maupun sewaktu haid, karena biasanya talak tebus itu terjadi dari kehendak dan kemauan si istri.41
Dasar dari khulu’, adalah firman Allah,
)ةراقبلا
229:2 / (Artinya:“Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma'ruf atau menceraikan dengan cara yang baik. tidak halal bagi kamu mengambil kembali sesuatu dari yang Telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum Allah. jika kamu khawatir bahwa keduanya (suami isteri) tidak dapat menjalankan hukum-hukum Allah, Maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya. Itulah hukum-hukum Allah, Maka janganlah kamu melanggarnya. barangsiapa yang melanggar hukum-hukum Allah mereka Itulah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-Baqarah: 229)
40 Dewan Redaksi Ensklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994) cet. Ke-3, jilid 5, h. 57.
(28)
)ءاسنلا
128:4 / (Artinya: ”Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, Maka tidak Mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa: 128)
2. Alasan Perceraian
Alasan perceraian adalah suatu kondisi dimana suami atau istri mempergunakannya sebagai alasan untuk mengakhiri atau memutuskan tali perkawinan.42
Setidaknya ada empat kemungkinan yang terjadi dalam kehidupan rumah tangga yang dapat memicu terjadinya perceraian yaitu:43
a. Terjadinya nusyuz dari pihak isteri
42 Taufiqurrohman, Pengaruh Wanita Karir Terhadap Perceraian, Skripsi S1, fakultas syariah dan Hukum UIN syarif Hidayatullah Jakarta, h. 45.
43 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia (Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam Dari Fikih, UU no.1/74, sampai KHI), h. 209-214.
(29)
Nusyuz bermakna kedurhakaan yang dilakukan seorang isteri terhadap suaminya. Hal ini dapat terjadi dalam bentuk pelanggaran perintah, penyelewengan dan hal-hal yang dapat mengganggu keharmonisan rumah tangga. Mengenai hal ini Al-Quran memberikan petunjuk agar tidak terjadi perceraian, yaitu:
)ءاسنلا
34:4 / (Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (An-Nisa’: 34)
Berangkat dari surah an-Nisa ayat 34 al-Qur’an memberikan opsi sebagai berikut:
1) Isteri diberi nasihat dengan cara yang ma’ruf agar ia segera sadar terhadap kekeliruan yang dibuatnya.
2) Pisah ranjang. Cara ini bermakna sebagai hukuman psikologis bagi isteri dan dalam kesendiriannya tersebut ia dapat melakukan koreksi diri terhadap kekeliruannya.
(30)
3) Apabila dengan cara ini tidak berhasil, langkah berikutnya adalah memberi hukuman fisik dengan cara memukulnya. Penting untuk dicatat, yang boleh dipukul hanyalah bagian yang tidak membahayakan si isteri seperti betisnya.
b. Terjadinya nusyuz dari pihak suami
Nusyuz tidak hanya dapat terjadi dan dilakukan oleh isteri, suami juga dapat berlaku nusyuz. Selama ini sering disalahpahami bahwa nusyuz hanya datang dari pihak isteri saja. Padahal al-Quran menyebutkan adanya nusyuz dari suami sesuai dengan ayat al-Quran:
)ءاسنلا
/ 128:4 (Artinya: “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz atau sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Dan jika kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. An-Nisa’: 128)
Kemungkinan nusyuznya suami dapat terjadi dalam bentuk kelalaian dari pihak suami untuk memenuhi kewajibannya pada isteri, baik nafkah lahir maupun nafkah bathin.
c. Terjadinya Syiqaq
Jika dua kemungkinan di atas menggambarkan salah satu pihak nusyuz sedangkan pihak lain dalam kondisi normal, maka kemungkinan yang ketiga ini terjadi karena kedua-duanya terlibat dalam syiqaq (percekcokan),
(31)
misalnya disebabkan kesulitan ekonomi, sehingga keduanya sering bertengkar. Dalam hal ini al-Quran memberi petunjuk:
)ءاسنلا
) 35:4 /Artinya: “Dan jika kamu khawatirkan ada persengketaan antara keduanya, Maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga perempuan. Jika kedua orang hakam itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah memberi taufik kepada suami-isteri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. An-Nisa’: 35)
Dari ayat di atas jelas sekali aturan Islam dalam menangani problema kericuhan dalam rumah tangga. Dipilihnya hakam (arbitrator) dari masing-masing pihak dikarenakan para perantara itu akan lebih mengetahui karakter, sifat keluarga sendiri.
d. Terjadinya salah satu pihak berbuat zina
Hal ini juga disebut dengan fakhisyah, yang mana menimbulkan saling tuduh menuduh antara keduanya. Cara penyelesaiannya adalah dengan membuktikan tuduhan yang didakwakan dengan li’an. Li’an sesungguhnya telah memasuki “gerbang putusnya” perkawinan dan bahkan untuk selama-lamanya karena akibat li’an adalah terjadinnya talak ba’in kubra.
Selain itu, dalam hukum Islam perceraian dapat disebabkan oleh alasan-alasan sebagai berikut:44
44 Muhammad Hamidy, Perkawinan Dan Permasalahannya, (Surabaya: Bina Ilmu,1980), h. 89.
(32)
1) Tidak ada lagi keserasian dan keseimbangan dalam suaasan rumah tangga, tidak ada lagi rasa kasih saying yang merupakan tujuan dan hikmah dari perkawinan.
2) karena salah satu pihak berpindah agama (murtad).
3) Salah satu pihak melakukan perbuatan keji yang dilarang agama.
4) Istri meminta cerai kepada suami dengan alasan suami tidak berapologi dengan alasan yang dicari-cari dan menyusahkan istri.
5) Suami tidak memberi apa yang seharusnya menjadi hak istri.
6) Suami melanggar janji yang pernah di ucapkan sewaktu akad pernikahan (taklik talak).
Kompilasi Hukum Islam dalam Pasal 116 juga menyatakan bahwa perceraian dapat terjadi karena alasan atau alasan-alasan sebagai berikut: 1) salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabuk, pemadat,penjudi dan
lain sebagaianya yang sukar disembuhkan;
2) salah satu pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain di luar kemampuanya. 3) Salah satu pihak mendapatkan hukuman mendapatkan hukuman penjara 5
(tahun) atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung. 4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang
(33)
5) Salah satu pihak mendapatkan cacad badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami atau isteri.
6) Antara suami istri terus menerus terjadi perselisihan dan peertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.
7) Suami melanggar taklik-talak.
8) Peralihan agama atau murtad yang menyebabkan terjadinya ketidakrukunan dalam rumah tangga.45
Dalam Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan juga menyatakan alasan yang dapat menyebabkan perceraian adalah sebagai berikut:
1) Salah satu pihak berbuat zina atau menjadi pemabok, pemadat, penjudi, dan lain sebagainya yang sukar disembuhkan;
2) Salah satu pihak meninggalkan pihak lain selama 2 (dua) tahun berturut-turut tanpa izin pihak lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain diluar kemampuannya;
3) Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 (lima) tahun atau hukuman yang lebih berat setelah perkawinan berlangsung;
4) Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan berat yang membahayakan pihak yang lain;
(34)
5) Salah satu pihak mendapat cacat badan atau penyakit dengan akibat tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai suami/isteri;
6) Antara suami dan isteri terus-menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga. 46
C. Akibat dan Hikmah Perceraian
1. Akibat Perceraian
Setelah putus suatu perkawinan, maka hal tersebut akan mempunyai akibat-akibat, seperti akibat talak, perceraian, khulu’ dan li’an. Disamping itu adapula mut’ah dan masa tunggu (iddah).47
Dalam Undang-undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 41 menyatakan akibat dari perceraian ialah:
a. Baik ibu atau bapak tetap berkewajiban memelihara dan mendidik anak-anaknya, semata-mata berdasarkan kepentingan anak, bilamana ada perselisihan mengenai penguasaan anak-anak, Pengadilan memberi keputusannya.
b. Bapak yang bertanggung jawab atas semua biaya pemeliharaan dan pendidikan yang diperlukan anak itu, bilamana bapak dalam kenyataan 46 Lihat Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Pasal 19
47 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet. 1. h. 197.
(35)
tidak dapat memberi kewajiban tersebut, Pengadilan dapat menentukan bahwa ibu ikut memikul biaya tersebut.
c. Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan/atau menentukan sesuatu kewajiban bagi bekas isteri.
Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) bahwa akibat dari perceraian dijelaskan dalam Pasal 149 sampai dengan Pasal 162, yaitu: Pasal 149 yang menjelaskan kewajiban suami setelah perceraian harus memberikan mut’ah kepada bekas isterinya dengan jumlah atau kadar yang wajar kecuali bila isterinya qobla al-dukhul; memberi nafkah kepada bekas isteri selama berlangsungnya masa iddah kecuali jika isteri tersebut dijatuhi talak ba’in atau nusyuz dan dalam keadaan hamil; membayar lunas mahar yang belum dibayarkan; dan memberikan hak hadhonah kepada anaknya yang belum berumur 21 tahun.48
Pasal 150 dan 151 berisi kebolehan bagi suami untuk merujuk isterinya yang masih dalam masa iddah dan untuk isteri yang masih dalam masa iddah mempunyai kewajiban untuk menjaga dirinya dan tidak menerima pinangan dari orang lain. Sedangkan dalam Pasal 152 dijelaskan bagi isteri berhak menerima nafkah iddah jika dia tidak nusyuz.49
48 Lihat Pasal 149 Kompilasi Hukum Islam
(36)
Selanjutnya dalam Pasal 153 menjelaskan tentang resiko bagi wanita yang bercerai dari suaminya untuk melaksanakan iddah yang hitungannya bermacam-macam tergantung dari bagaimana kondisi antara suami isteri tersebut berpisah. Dalam pasal itu juga terdapat pengecualian bahwa tidak ada masa iddah bagi bekas isteri jika bercerai qabla al-dukhul.50
Pasal 154 dan 155 juga masih menjelaskan tentang masa tunggu (iddah) untuk wanita yang bercerai karena khuluk, fasakh dan li’an berlaku juga iddah talak. Sedangkan untuk isteri yang ditalak raj’i yang ditinggal mati suaminya, iddahnya menjadi empat bulan sepuluh hari yang dihitung dari sejak kematian suaminya.51
Sedangkan Pasal 156 menjelaskan tentang akibat perceraian yang berkaitan dengan orang yang berhak untuk mendapatkan hak pemeliharaan dan biaya keperluan anak dari mulai anak yang belum mumayyiz sampai anak yang sudah mumayyiz52.
Kemudian Pasal 157 mengatur tentang harta bersama yang harus diperhitungkan ketika perceraian terjadi. Sedang Pasal 158 sampai 160 membicarakan mengenai mut’ah yang wajib dbayarkan oleh bekas suami 50 Lihat Pasal 153 Kompilasi Hukum Islam
51 Lihat Pasal 154 dan 155 Kompilasi Hukum Islam 52 Lihat Pasal 156 Kompilasi Hukum Islam
(37)
kepada bekas isteri dengan syarat-syarat tertentu yang diatur dalam Kompilasi Hukum Islam dan sunnah diberikan oleh bekas suami tanpa syarat serta besarnya mut’ah itu sendiri.53
Selanjutnya Pasal 161 menyatakan bahwa, perceraian dengan khulu’ mengurangi jumlah talak dan tidak dapat dirujuk. Dan dalam Pasal 162 yang menyatakan, bilamana li`an terjadi maka perkawinan itu putus untuk selamanya dan anak yang dikandung dinasabkan kepada ibunya, sedang suaminya terbebas dari kewajiban memberi nafkah.54
2. Hikmah Perceraian
Maksud perkawinan, untuk membina rumah tangga bahagia dan abadi, tenteram, penuh rasa kasih dan cinta serta dapat bergaul dengan baik sebagai suami isteri yang sehati. 55 Namun sering kali tujuan tersebut tidak tercapai dan
berakhir sebelum tujuan itu tercapai. Karena tidak adanya kesepakatan antara suami istri, maka dengan keadilan Allah Swt. Dibukakan-Nya suatu jalan keluar dari segala kesukaran itu, yakni pintu perceraian. Dalam Al-Qur’an dan Hadits dinyatakan bahwa perceraian di perbolehkan tetapi dibenci dan tidak di
53 Lihat Pasal 157 sampai 160 Kompilasi Hukum Islam 54 Lihat Pasal 161 dan 162 Kompilasi Hukum Islam
55 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam: Suatu Studi Perbandingan Dalam Kalangan Ahlus-Sunah Dan Negara-Negara Islam, (Jakarta:PT. Bulan Bintang, 2005), cet. Ke-2, h. 326.
(38)
seyogiakan oleh Allah.56 Sebenarnya putusnya perkawinan merupakan hal yang
wajar saja, karena makna dasar sebuah akad nikah adalah ikatan atau dapat juga dikatakan perkawinan pada dasarnya adalah kontrak.57
Walaupun demikian, seandainya Islam tidak memberikan jalan menuju talak bagi suami isteri dan tidak membolehkan mereka untuk bercerai pada saat yang kritis, niscaya hal itu akan membahayakan bagi pasangan tersebut.58 Karena
talak merupakan satu-satunya jalan, tak ubahnya seperti membalut luka yang harus terjaga untuk menyelamatkan seluruh tubuh.59
BAB III LESBIAN
A. Pengertian Penyimpangan Seksual
56 Hisako Nakamura, Perceraian Orang Jawa, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), h. 31.
57 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, h. 206.
58 Syekh Hasan Ayyub, Fikih Keluarga, h. 205.
59 Ibrahim Muhammad al-Jamal, Fiqih Wanita Islam, (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1991), h. 44.
(39)
Penyimpangan adalah sikap tindak diluar ukuran (kaidah) yang berlaku.60
Deviasi atau penyimpangan diartikan sebagai tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau ciri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan/populasi.61 Sedangkan seksual, berkenaan dengan perkara
persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.62
Jadi, Deviasi seksual ialah gangguan arah-tujuan seksual.63 Karena
mendapatkan kepuasan seksualnya dengan cara yang keluar dari kebiasaan. Penyimpangan seks tidak terbatas kepada pribadi tertentu saja, akan tetapi banyak tampak pada keadaan pribadi biasa, akan tetapi banyak tampak pada keadaan pribadi psikopatik.64 Dan penyimpangan seksual ini memilki beberapa jenis.
Jenisnya antara lain: 1. Fetishism
60 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), ed.3, cet.4, h. 1067.
61 Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2005), jil.1. h. 11
62 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 1015
63 W.F. Maramis, Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa, (Surabaya: Airlangga University Press, 2004), cet. 8. h. 314
64 Musthafa Fahmi, Kesehatan Jiwa Dalam Keluarga, Sekolah Dan Masyarakat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1977), cet.1. h. 125
(40)
Yaitu ketergantungan seseorang pada obyek yang tidak hidup untuk memperoleh rangsangan seksual.
2. Transvestic Fetishism
Adalah gangguan dimana seorang laki-laki terangsang secara seksual dengan menggunakan pakaian atau perlengkapan perempuan lainnya, meskipun ia masih menyadari dirinya sendiri sebagai laki-laki.
3. Pedofilia
Pedofilia berasal dari kata “pedos” (bahasa Yunani untuk “anak”), adalah orang dewasa yang emeperoleh kepuasan seksual melalui kontak fisik dan seksual dengan anak prapubertas yang tidak berhubungan dengannya.
4. Inses
Mengacu pada hubungan seksual antara keluarga dekat, dimana pernikahan tidak diperbolehkan antara mereka.
5. Voyeurism
Adalah prefensi yang nyata untuk memperoleh kepuasan seksual dengan melihat orang lain dalam keadaan tanpa busana atau sedang melakukan hubungan seksual.
6. Eksibisionisme
Adalah prefensi yang jelas dan berulang untuk memperolah kepuasan seksual dengan mempertontonkan alat kelaminnya pada orang lain yang tidak menghendakinya, terkadang pada anak-anak.
(41)
7. Frotteurism
Yaitu orientasi seksual dengan menyentuh orang yang tidak disangka-sangka. 8. Sadisme dan masokisme seksual
Sadisme adalah kegemaran untuk memperoleh atau meningkatkan kepuasan seksual dengan menimbulkan kesakitan atau penderitaan psikologis (misalnya mempermalukan) pada orang lain
Sedangkan masokisme adalah kegemaran seseorang untuk memperoleh atau meningkatkan kepuasan seksual dengan menjadikan dirinya sebagai subyek untuk disakiti atau dipermalukan.65
9. Homosexualitas dan lesbianism
Homoseksual adalah keadaan seseorang yang menunjukkan perilaku seksual diantara orang-orang dari sex yang sama.66
B. Pengertian Lesbian
Lesbianisme adalah homoseksual antara sesama wanita.67 Homoseksual
adalah keadaan seseorang yang menunjukkan perilaku seksual diantara orang-orang dari sex yang sama.68 Dalam Psikologi, lesbian ini tidak dipisahkan
pembahasannya dengan homoseksual karena mereka tersebut merupakan bentuk 65 Fitri Fausiah dan Julianti Widury, Psikologi Abnormal Klinis Dewasa, (Jakarta: UI press, 2005), h. 61-64.
66 Iyus Yosep, Keperawatan Jiwa, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), h. 194.
67 Ensiklopedi Umum, (Jakarta: Yayasan Kanisius), h. 747.
(42)
penyimpangan yang sejenis. Istilah homoseksual lebih lazim digunakan bagi pria yang menderita penyimpangan ini, sedang bagi wanita, keadaan yang sama lebih lazim disebut “lesbian”.69 Sering juga homoseks ini disebut gay.
Homoseks dalam bahasa Arab disebut liwath; dinisbatkan kepada perbuatan kaum Nabi Luth yang pertama kali dalam sejarah kehidupan manusia melakukan perbuatan keji tersebut. Sedangkan lesbianism (dari kata Lesbos, atau pulau di tengah lautan Egeis dalam mitologi Yunani dan dihuni oleh para wanita).70
Lesbian adalah wanita yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya.71 Secara sederhana, homoseksualitas dapat diartikan sebagai
kecenderungan yang kuat akan daya tarik erotis sesorang justru terhadap jenis kelamin yang sama. Gay dan lesbian memiliki minat erotis pada anggota gender mereka sendiri, tetapi identitas gender mereka (perasaan menjadi pria atau wanita) konsisten dengan anatomi seks mereka.72
C. Sebab-sebab terjadinya Lesbi
69 Sawitri Supardi Sadarjoen, Bunga Rampai Kasus Gangguan Psikoseksual, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), cet. 1, h. 41.
70 Didi Junaedi, 17+ Seks Menyimpang: Tinjauan dan solusi berdasarkan Al_quran dan Psikologi, (Jakarta: Sejuk, 2010), h. 41.
71 Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus besar bahasa Indonesia, (Jakarta: balai Pustaka, 2005), ed. 3 cet. 3, h. 665.
72 Jeffrey S Nevid, dkk. Psikologi Abnormal, (Jakarta: Erlangga, 2003), Edisi Kelima, jil 2, h. 75.
(43)
Menjadi hetero atau homo atau bisek, atau orientasi seksual lain bukanlah sebuah pilihan, juga bukan akibat kontruksi sosial. Akan tetapi, tidak tertutup kemungkinan potensi kecenderungan orientasi seksual seseorang menjadi actual setelah mendapat pengaruh lingkungan. Misalnya, potensi homo dalam diri seseorang menjadi dominan karena desakan faktor lingkungan tertentu, seperti pesantren.73
Diantara sebab-sebab seseorang bisa terjangkit hubungan seks sejenis adalah:
1. Faktor lingkungan, tempat tinggal atau pergaulan
2. Faktor biologis yang memang mempunyai kecenderungan untuk tertareik pada lawan jenis dan sejenis
3. Faktor psiko dinamika, karena mempunyai konflik atau pengalaman hidup
4. Faktor sosio-kultural, karena merasa minder dan takut mencintai lawan jenisnya.
Beberapa faktor yang memicu timbulnya lesbianisme antara lain:
1. Wanita yang bersangkutan terlalu mudah jenuh dalam hubungan seksual dengan suami atau laki-laki serta ia tidak pernah merasakan orgasme,
73 Musdah Mulia, Islam Dan Hak Asasi Manusia Konsep Dan Implementasi, (Yogyakarta: Naufan Pustaka, 2010), cet.1., h. 287.
(44)
2. Pengalaman traumatis dari wanita yang bersangkutan dengan seorang laki-laki atau suami yang kejam, sehingga timbul rasa benci dan antipasti terhadap laki-laki.74
Dalam buku Marzuki Umar Sa’abah, dikatakan ada beberapa tinjauan kemunculan lesbianisme antara lain:
1. Wanita yang bersangkutan terlalu mudah jenuh dalam hubungan senggama ddengan suami atau laki-laki serta ia tidak pernah merasakan orgasme.
2. Faktor traumatis berkait dengan pengalaman mendapat perlakuan kejam dari laki-laki atau suaminya bisa juga menjai penyebab. Trauma tersebut berubah menjai sikap benci terhadap semua laki-laki.
3. Bisa juga lesbianism yang ia lakukan merupakan pelarian akan ketidak bahagiaan hidup dan kekecewaan, keputusasaan selama ini, hingga mencoba mencari hal yang baru dalam hidupnya.75
Kartini Kartono menyebutkan ada dua faktor yang menyebabkan penyimpangan seks:
1. Faktor intrinsik ialah faktor-faktor herediter atau keturunan, berupa predisposisi dan konstitusi jasmaniah dan mentalnya.
74 Didi Junaedi, 17+ Seks Menyimpang: Tinjauan dan solusi berdasarkan Al_quran dan Psikologi, h. 42-43.
75 Marzuki Umar Sa’abah, Perilaku Seks Menyimpang Dan Seksualitas Kontemporer Umat Islam, (T.tp, 2001), h. 131.
(45)
2. Faktro ekstrinsik ialah mencakup adanya kerusakan-kerusakan psikis dan fisik disebabkan oleh pengaruh-pengaruh luar, atau oleh adanya interaksi pengalaman dengan lingkungan yang traumatis sifatnya.76
Selain itu pula, Lesbianisme terbangun secara ilmiah karena manusia memiliki kecenderungan homoseksual. Lesbianisme terbangun secara sosial karena perempuan ingin membebaskan diri dari konstruksi ideologi seksual dominan, yaitu heteroseksual, yang menjadi alat patriarki untuk menindas perempuan.77
Sedangkan menurut Ma’ruf Asrori, dorongan seks yang tidak terkendali disebabkan oleh dua faktor:
1. Faktor endogen (dari dalam), yakni lemahnya iman dan intelegensinya tidak dapat mengendalikan hawa nafsu.
2. Faktor eksogin, yakni datangnya dari hampir setiap aspek kehidupan modern yang tumbuh dan berkembang tidak atas dasar konsep agama. Misalnya, trend mode, make up, pegaulan bebas, film dan bacaan porno, panti pijat, klub malam, bar dan lain-lain.78
76 Kartini Kartono, Psikologi Abnormal dan Abnormalitas seksual, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hal. 252.
77 Bernadet Rosinta Nirmala Situmorang, Analisis Isi Berprespektif Feminis Dan Pembongkaran Pemikiran Lesbianism Dalam Teks Naraktif Fiksi Bertema Lesbian. (Tesis., Program Kajian Wanita Program Pascasarjana UI, 2001), h. 28.
78 Ma’ruf Asrori dan Anang Zamroni, Bimbingan Seks Islam, (Surabaya: Pustaka Anda, 1997), h. 213.
(46)
Dalam wawancara yang penulis lakukan dengan psikolog, dikatakan bahwa pola pengasuhan anak mulai pada saat balita sangat berpengaruh terhadap perkembangan seksual anak.79
Berdasarkan penjelasan di atas maka secara sederhana dapat diketahui bahwa tidak adanya pola pengasuhan yang benar dari orangtua, pengendalian diri yang sempurna, pengalaman dan faktor lingkungan merupakan sebab-sebab atau faktor-faktor yang dapat menyebabkan seseorang menjadi lesbi atau mengalami penyimpangan seksual.
D. Akibat dari lesbi
Akibat lesbi secara sosial itu tidak ada, karena bila ia mampu bersosialisasi dengan masyarakatnya secara baik hal tersebut tentu tidak akan diketahui.80
Lesbi bukan hanya perbuatan yang dilarang tapi juga perbuatan yang dapat mendatangkan penyakit terhadap tubuh khususnya daerah kelamin. Lesbi juga rentan untuk mendapatkan penyakit kelamin, karena kelamin perempuan lebih rentan terhadap virus dan bakteri.81
Diantaranya penyakit yang dapat menular akibat seksual adalah:
1. AIDS
79 Wawancara pribadi dengan Yunilia Juhana, Jakarta, 30 Mei 2011 80 Wawancara pribadi dengan Yunilia Juhana, Jakarta, 30 Mei 2011 81 Ibid.
(47)
AIDS (Acquire immunodeficiency syndrome) adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi atau kanker terntentu akibat menurunnya system kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus).82
Virus masuk ke tubuh melalui perantara darah,semen, dan secret vagina.sebagian besar (75%) penularan terjadi melalui hubungan seksual. 2. Gonore
Gonore mencakup semu penyakit yang disebabkan oleh neisseria gonorrhoeae. Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitelkuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (imatur), yakni pada vagina wanita sebelum pubertas.83
3. Trikomoniasis
Trikomoniasismerupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan oleh trichomonas vaginalis, biasanya ditularkan melalui hubungan seksual dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah pada wanita maupun pria, namun pada pria peranannya sebagai penyebab penyakit masih diragukan.84
4. Hepatitis-B
82 N. Wirya Duarsa, Infeksi HIV & AIDS, dalam Sjaiful Fahmi Daili dkk ed., Infeksi Menular Seksual, (Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 2009), Ed. Ke-4, cet. Ke-1, h. 146
83 Sjaiful Fahmi daili, Gonore, Ibid, h. 65.
(48)
Penularan hepatitis-B terjadi secara parenteral melalui jarum suntik, transfusi darah, hemodialisa, hubungan seksual. Villareyos dkk melaporkan, antigen virus hepatitis-B dapat ditemukan pada air liur, cairan vagina dan semen, dan menyimpulkan bahwa penyakit ini dapat ditularkan memlui hubungan intim seperti ciuman mesra dan kontak seksual.
Meningkatnya insidens infeksi VHB di banyak negara pada tahun 70-an diduga erat kaitannya dengan peningkatan promiskuitas dan peningkatan pola perilaku hubungan seksual yaitu homoseksual, hubungan oro-genital dan ano-genital.85
5. Sifilis
Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh trponema pallidum, merupakanpenyaki kronis dan bersifat sistemik, selama perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada masa laten tanpa manifestasi lesi di tubuh,dan dapat ditularkan kepada bayi.86
E. Pandangan fiqh dan hukum positif mengenai lesbi 1. Pandangan fiqh
Lesbi dalam hukum Islam merupakan hal yang dilarang. Hal ini berdasarkan surat An-Naml ayat 54-56 yang menceritakan kisah kaum Nabi
85 Winsy F. Th. Warouw, Hepatitis B, Ibid, h. 161. 86 Namyo O. Hutapea, Sifilis, Ibid, h.84
(49)
Luth a.s yang melakukan perbuatan homoseksual. Ayat-ayat tersebut adalah sebagai berikut:
.
.
لمنلا)
/
54 -56:27(
Artinya: “Dan (ingatlah kisah) Luth, ketika dia berkata kepada kaumnya: "Mengapa kamu mengerjakan
perbuatan fahisyah itu sedang kamu
memperlihatkan(nya)?.Mengapa kamu mendatangi laki-laki untuk (memenuhi) nafsu (mu), bukan (mendatangi) wanita? Sebenarnya kamu adalah kaum yang tidak mengetahui (akibat perbuatanmu). Maka tidak lain jawaban kaumnya melainkan mengatakan: "Usirlah Luth beserta keluarganya dari negerimu; Karena Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang (menda'wakan dirinya) bersih". (QS. An-Naml:54-56) Menurut Jumhur Mufassir yang dimaksud perbuatan keji ialah perbuatan zina, sedang menurut pendapat yang lain ialah segala perbuatan mesum seperti: zina, homoseksual dan yang sejenisnya. Menurut pendapat Muslim dan Mujahid, yang dimaksud dengan perbuatan keji ialah musahaqah (homoseks antara wanita dengan wanita).87
87 Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Bandung: CV. Penerbit Diponegoro, 2000), cet. Ke-10, h. 522.
(50)
Jadi, bisa diartikan maksud dari perbuatan keji tersebut adalah perbuatan mesum baik homoseksual ataupun lesbi.
Ayat-ayat tersebut menunjukan kecaman terhadap perbuatan kaum Nabi Luth a.s yang melepaskan hasrat seksualnya tidak pada pasangan yang seharusnya tapi pada sejenisnya atau yang memiliki jenis kelamin sama dengannya.
Disamping itu, larangan dan ancaman tehadap perbuatan ini juga terdapat dalam hadits-hadits Nabi Muhammad saw. Hadits-hadits tersebut adalah
:
ل
َ ولس
ُ رَ ل
َ القَ ل
َ القَ سالبّعَ ن
ِ لبْا ن
ْ لع
َ ةَمَرِك
ْ عِ ن
ْ ع
َ
:
ل
ُ للمَعْيَ هُومُتُدْجَوَ ن
ْ مَ م
َ لّس
َ وَ هِيْلَع
َ هُلّلا ىلّص
َ
هِلّلا
م
ِ وْقَ ل
َ مَعَ
ط
ٍ ولُ
(
هِللبِ ل
َ وعُفْمَلْاوَ لَعِافَلْا اولُتُقْافَ
ئاسنلا لإ ةسمخلا هاور
)
88
Artinya: “Dari Ikrimah dari ibn Abbas ia berkata: telah bersabda Rasulullah saw.: “Barangsiapa yang kamu dapati melakukan perbuatan kaum Nabi Luth maka bunuhlah si pelaku dan yang dikerjainya.” (Diriwayatkan oleh lima ahli hadits kecuali Nasa’i)
Selain itu juga hadits
88 Imam Abi Husain Muslim bin Hajaj, Shahih Muslim, (Beirut: Daar al-Fikr, 1993), juz II, h. 128.
(51)
انَثَدّللحَ ن
َ ورُاهَ ن
ُ بْ د
ُ يزِيَ انَثَدّحَ عٍينِمَ ن
ُ بْ د
ُ مَحْأ
َ انَثَدّحَ
ن
ْ للع
َ ي
ّ لك
ّ مَلْا دِللحِاوَلْا دِلبْعَ نِلبْ م
ِ س
ِ اقَلْا ن
ْ ع
َ مٌامّهَ
ارًبِالجَ عَمِلس
َ هُلنّأ
َ لٍليْقَعُ نِلبْ دِلمّحَمُ نِلبْ هِلّلا دِبْعَ
ن
ّ إِ مَلّس
َ وَ هِيْلَع
َ هُلّلا ىلّص
َ
هِلّلا ل
ُ وس
ُ رَ ل
َ اقَ ل
ُ وقُيَ
ط
ٍ وللُ م
ِ وْلقَ ل
ُ لمَعَ يلتِمّأُ ىللَعَ ف
ُ الخ
َ أَ المَ ف
َ وَلخْأ
َ
(
ىذم رتلا هاور
)
89
Artinya: “dari Ahmad bin Mani’ dari Yazid ibn Harun dari Hamam dari Qasim ibn Abdul Wahid al-Maki dari Abdullah ibn Muhammad ibn Aqil bahwa ia mendengar Jabir berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: bahwa sesuatu yang paling aku takutkan dari segala apa yang aku takuti terhadap umatku adalah perbuatan kaum Luth. (HR. Tirmidzi)
Serta hadits Nabi yang menyatakan:
مللسو هليلع هللا ىلص ىبنلا نع ديعس ىبا نع
:
لَوَ لِلجُرّلا ةِرَوْلعَ ىللَعَ ل
ُ لجُرّلا رُظ
ُ نْيَ لَ لاق هنا
ل
ُ جُرّلا ض
ِ
فْيَ لَوَ ةِاَرْمَلْا ةِرَوْعَ ىلَعَ ةُأَرْمَلْا رُظ
ُ نْتَ
ىللَاِ ةِأَرْلمَلْا لَوَ دٍلحِاوَلا ب
ٍ وْلثَلا ىلفِ ل
ِ لج
ُ رّلا ىلَاِ
89 Muhammad ibn Isa al-Tirmidzi, Sunan al-Tirmidzi, (Beirut: Dar al-Turats al-Arabi, t.th), juz IV, h. 58
(52)
)
دواد ولباو دلمحا هاور دِحِاوَلا ب
ِ وْثّلا ىفِ ةِأ
َ رْمَلْا
(
ىذمرتلاو
90
Artinya: “Dari Abi Said dari Rasulullah SAW bersabda laki-laki tidak boleh melihat aurat laki-laki lain dan perempuan tidak boleh melihat aurat perempuan lain. Dan seorang laki-laki tidak boleh tidur bersama laki-laki dalam satu kain dan seorang perempuan tidak boleh tidur bersama perempuan lain dalam satu kain. (HR. Ahmad, Muslim, Abu Daud dan Turmudzi).
Islam memandang bahwa lesbian merupakan perbuatan haram, dan para ulama telah sepakat mengharamkan perilaku ini. Sebagaimana Imam Nawawi berkata,”wanita diharamkan berhubungan seksual dengan wanita, jika hal itu terjadi maka wanita tersebut arus dicela dan diperingatkan. Dan Menurut Ibnu Qudamah, jika telah berkumpul dua wanita maka keduanya melakukan zina.91 Dan hal itu serupa dengan mubasyarah92 tanpa farji.
2. Lesbi Menurut Hukum Positif
Di Indonesia lesbi sudah tidak bisa untuk didiamkan lagi. Jika didiamkan terus penyimpangan ini akan menjadi momok yang menakutkan dan menjadi hal yang biasa dan lumrah dalam masyarakat. Bila sudah terjadi seperti ini akan memberikan dampak yang sangat negatif untuk kehidupan
90 Imam Abi Husain Muslim bin Hajaj, Shahih Muslim, (Beirut: Daar al-Fikr, 1993), juz II, h. 398
91 Abi Muhammad Abdullah bin Ahmad bin Mahmud bin Qudamah, Al-Mugni,(Beirut: Daar Al-Kutub Al-‘Ilmiyah, t.th), Juz 10, h. 162.
(53)
warga negara Indonesia kedepan, karena tidak lagi mengindahkan nilai-nilai agama dan moral.
Oleh sebab itu, pemerintah selaku pihak yang diberi kepercayaan oleh rakyat untuk mengurusi rakyat harus jeli melihat permasalahan ini dan memecahkannya. Karena aturan yang berkenaan dengan lesbi ini belum lengkap, yang ada hanya aturan mengenai pelampiasan seksual terhadap anak dibawah umur yang berjenis kelamin sama. Aturan tersebut ada dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 292 yang menyatakan “orang yang cukup umur, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sama kelamin, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa belum cukup umur, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.”93
Dari pasal tersebut dapat dipahami bahwa pasal tersebut memang menampung masalah penyimpangan seksual yang sejenis (gay dan lesbi), tapi tidak menghukum pelaku jika pelaku melakukannya dengan orang yang sudah cukup umur atau dewasa. Sedangkan dalam Undang-undang No.1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan juga dalam Kompilasi Hukum Islam aturan mengenai lesbi ini tidak terdapat sama sekali.
(54)
BAB IV
ANALISA TERHADAP PUTUSAN PA JAKTIM
A. Profil Pengadilan Agama Jakarta Timur
1. Sejarah Berdirinya Pengadilan Agama Jakarta Timur
Secara khusus lahirnya Pengadilan Agama Jakarta Timur kelas IA Jakarta Timur adalah dibidani oleh Menteri Agama RI sebagaimana tersebut dalam keputusan Menteri Agama RI Nomor 67 Tahun 1963 jo Nomor 4 Tahun 1967.94
Melalui Keputusan Gubernur Kepala Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor Ib.3/I/I/1966 tanggal 12 Agustus 1966, maka pada tanggal 18 Februari 1967 diresmikanlah sebutan maupun operasional Pengadilan Agama di 5 (lima) wilayah Daerah Khusus Ibukota, terutama Pengadilan Agama Jakarta Timur menjadi sebagai berikut:
a. Pengadilan Agama Jakarta Pusat b. Pengadilan Agama Jakarta Utara c. Pengadilan Agama Jakarta Barat
d. Pengadilan Agama Jakarta Selatan, dan
94 Arsip Pengadikan Agama Jakarta Timur, Sejarah Pengadilan Agama Jakarta Timur, diambil tanggal 18 Mei 2011.
(55)
e. Pengadilan Agama Jakarta Timur.
Wilayah kekuasaan hukum (yuridiksi) Pengadilan Agama Jakarta Timur adalah wilayah daerah Kotamadya Jakarta Timur yang terdiri dari 10 (sepuluh) kecamatan dan 65 kelurahan. Adapun batas-batas wilayahnya adalah:
a. Sebelah utara dengan: Kodya Jakarta Utara dan Kodya Jakarta Pusat b. Sebelah barat dengan: Kodya Jakarta Selatan
c. Sebelah selatan dengan: Kabupaten Bogor/Kodya Depok d. Sebelah timur dengan: Kabupaten Bekasi/Kota Bekasi.95
2. Wilayah Pengadilan Agama
Luas wilayah: 18.877.77 Ha. Jumlah penduduknya 3.050.713 jiwa (besumber data BAPEKO TAHUN 2003). Jumlah penduduk yang beragama Islam 2.569.390 jiwa (bersumber data Depag. tahun 2003). Kodya Jakarta Timur adalah wilayah yuridiksi Pengadilan Agama Jakarta Timur, adapun 10 wilayah kecamatan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Kecamatan Matraman, terdiri dari 6 (enam) kelurahan dengan jumlah penduduknya sebanyak 153.484 jiwa, yaitu: Kelurahan Kebon Manggis, Kelurahan Palmeriam, Kelurahan Pisangan Baru, Kelurahan Kayu Manis, Kelurahan Utan Kayu Utara, Kelurahan Utan Kayu Utara dan Kelurahan Utan Kayu Selatan.
(56)
b. Kecamatan Jatinegara, teridri dari 8 (delapan) Kelurahan dengan jumlah penduduknya sebanyak 250.186 jiwa, yaitu: Kelurahan Bali Mester, Kelurahan Bidaracina, Kelurahan Cipinang Besar Selatan, Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kelurahan Cipinang Muara, Kelurahan Rawa Bunga dan Kelurahan Kampung Melayu Kecil.
c. Kecamatan Pasar Rebo, terdiri dari 5 (lima) kelurahan dengan jumlah penduduknya sebanyak 240.074 jiwa, yaitu: Kelurahan Baru, Kelurahan Cijantung, Kelurahan Gedong, Kelurahan Kalisari dan Kelurahan Pekayon.
d. Kecamatan Kramat Jati, terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan jumlah penduduknya sebanyak 175.883 jiwa, yaitu: Kelurahan Balekambang, Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Cawang, Kelurahan Cililitan, Kelurahan Dukuh, Kelurahan Kampung Tengah dan Kelurahan Kramat Jati
e. Kecamatan Pulogadung terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan jumlah penduduk sebanyak 250.878 jiwa, yaitu: Kelurahan Cipinang, Kelurahan Jati, Kelurahan Jatinegara Kaum, Kelurahan Kayu Putih, Kelurahan Pisangan Timur, Kelurahan Pulogadung dan Kelurahan Rawamangun.
f. Kecamatan Cakung terdiri dari 7 (tujuh) kelurahan dengan jumlah penduduknya sebanyak 251.184 jiwa, yaitu: Kelurahan Cakung Barat, Kelurahan Cakung Timur, Kelurahan Jatinegara, Kelurahan Penggilingan,
(1)
ini atau tidak.
4. Pertimbangan hukum apa yang Bapak ambil dalam menyelesaian kasus perceraian ini?
Jawab: karena lesbi ini belum bisa dibuktikan dikarena alat buktinya belum cukup. Oleh karena itu di alihkan kepada permasalahan yang lain yang diangkat oleh Pemohon. Tapi apabila Pemohon bisa membuktikan tentang lesbi tersebut maka alasan tersebut bisa dipertimbangkan.
5. Bagaimana pandangan hukum Islam terhadap lesbi?
Jawab: sama seperti kisah Nabi Luth yang dikutuk oleh Allah karena memiliki hubungan antara laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan.
6. Selama Bapak menjabat di PA Jaktim ini, apakah Bapak pernah menangani kasus dengan alasan istri lesbi seperti ini, selain kasus ini?
Jawab: kita kan tidak menghitung ya, karena kita hanya menerima perkara dan menyelesaikannya.
(2)
Drs. H. Achmad Busyro, M.H
Pewancara : Muhammad Faisal
Yang diwawancara : Dr. H. Syamsul Ma’arif, MA
Tempat wawancara : Jakarta Islamic Center, Jakarta Utara
Hari dan tanggal wawancara : Kamis, 12 Mei 2011
Hasil Wawancara dengan Majlis Ulama Indonesia
1. Bagaimana Lesbi Menurut Hukum Islam?
Jawab: Pada dasarnya dalam konsep ajaran agama, Allah menciptakan
manusia berpasang-pasangan, kalau kemudian jika diberikan suatu wadah
khusus yaitu melalui pernikahan. Pernikahan itu diatur dalam agama, seperti
yang kita ketahui bersama. Tapi kemudian hal ini akan sedikit berubah jika
ada berbagai pengaruh seperti perkembangan sekarang ini mulai dari
pengaruh sikap, kebudayaan ataupun yang lainnya. Sehingga muncul ada
orang yang kepengen melampiaskan syahwatnya itu dengan sesama jenisnya
seperti perempuan dengan perempuan, laki-laki dengan laki-laki. Oleh karena
itu dalam pandangan ulama hal ini tidak dibenarkan, bahkan jangankan lesbi
(3)
dalam arti syahwatnya semakin tinggi dan ditakutkan terjadinya perbuatan
yang tidak diinginkan. Sehingga onani itu akan lebih baik dilakukan jika
dalam kondisi seperti itu. Nah… onani saja yang tidak berhubungan dengan
siapa-siapa itu dilarang, apalagi sekarang mengenai lesbi. Tapi sebenarnya
semua agama mengatakan lesbi maupun homo itu dilarang karena menyalahi
secara etika, menyalahi kodrat , dan menyalahi fitrah kemanusiaan. Hal ini
pernah menjadi rame ketika Bu Musdah mengeluarkan pendapat yang liberal
yaitu memberikan peluang tentang homo maupun lesbi. Homo dan lesbi ini
sudah berkembang di negara-negara liberal yang menganggap homo ataupun
lesbi itu diperbolehkan dan sudah mulai melegalkan pernikahan sesama jenis,
seperti yang terjadi di negara Belanda. Akan tetapi saya tegaskan kembali
bahwa semua agama pada dasarnya melarang perbuatan ini. Jadi bagi agama
(4)
Pewancara : Muhammad Faisal
Yang diwawancara : Dra. Yunilia Juhana
Tempat wawancara : Taman Rempoa Indah, Jakarta Selatan
Hari dan tanggal wawancara : Senin, 30 Mei 2011
Hasil Wawancara dengan Psikolog RS UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Apa itu lesbi?
Jawab: penyimpangan perilaku dalam hubungan seksual, tentang konsep
dirinya (perempuan) tersebut.
2. Apakah lesbi dengan homoseksual itu sama?
Jawab: Sama, hanya berbeda istilah saja. Sebenarnya kedua hal tersebut
terjadi karena laki-laki atau perempuan tersebut tidak diperkenalkan tentang
seks jenis kelamin atau hubungan seks yang sehat itu seperti apa sehingga
kelima sistem bagian otak orang tersebut menjadi error, nah inilah cikal bakal
(5)
berfungsi dengan baik.
3. Kenapa seseorang bisa menjadi lesbi?
Jawab: Itu terjadi karena hormon testoteron dalam diri perempuan tersebut
lebih dominan dibandingkan hormon estrogennya sehingga ada istilah “anak
perempuan tapi sikapnya kelaki-lakian”. Selain itu juga karena adanya
pengasuhan yang salah dari keluarganya sehingga tidak membentuk konsep
anak dengan benar dan ketika ada orang yang mengatakan ini salah
lingkungannya. Saya rasa itu tidak benar, karena jangan menyalahkan
lingkungan tapi salahkanlah orang tuanya dalam arti orang yang mendidik,
mengasuh anak tersebut. Selain itu juga, tidak ada pendidikan seks pada usia
dini sehingga dalam perkembangannya anak tidak pernah mengenal peran
jenis kelaminnya.
4. Kenapa faktor dalam diri bisa menyebabkan seseorang menjadi lesbi? Jawab: Karena tidak ada kontrol internal (kontrol dari dalam), tidak adanya
disiplin, dan tidak tau mana yang benar dan mana yang salah sehingga bisa
menyebabkan seseorang menjadi lesbi.
5. Bagaimana cara menanggulanginya?
Jawab: dengan cara spiritual, selain itu juga harus mencari tahu sumber
masalahnya, karena pasti ada sumber masalah lain di dalamnya. Mungkin ada
(6)
karena itu perlu adanya penghargaan. Karena dengan dihargai orang akan
mendapatkan rasa aman dan dia akan hidup normal-normal saja.
6. Apa akibat dari lesbi?
Jawab: Saya rasa tidak ada masalah, jika ia mampu bersosialisasi dengan baik.
Akan tetapi jika itu terjadi, orang tersebut akan mudah terjangkit penyakit