24 Pengangkatan anak menurut hukum Islam tidak membawa akibat hokum dalam
hal hubungan darah, hubungan wali- mewali dan hubungan waris-mewaris dengan orang tua angkatnya. Anak tetap memakai nama dari Bapak kandung dan tetap menjadi
ahliwaris orang tua kandungnya. Di dalam KHI Kompilasi Hukum Islam dijelaskan bahwa anak angkat
berhak menerima wasiat yang ada kaitannya dengan harta peninggalan orang tua angkatnya, sebagaimana diatur dalam pasal 209 ayat 2 yang
berbunyi :“Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat diberi wasiat wajibah sebanyak-
banyaknya 13 dari harta warisan orang tuaangkatnya”.
B. Tinjauan Umum Wasiat Wajibah
1. Pengertian wasiat wajibah
Secara etimologi wasiat mempunyai beberapa arti yaitu menjadikan, menaruh kasih sayang, menyuruh dan menghubungkan sesuatu dengan sesuatu yang lainnya.
Secara terminologi wasiat adalah pemberian seseorang kepada orang lain baik berupa barang, piutang atau manfaat untuk dimiliki oleh orang yang diberi wasiat
sesudah orang yang berwasiat mati. Istilah wasiat wajibah tidak dikemukakan dalam kitab- kitab klasik, sehingga
sewaktu istilah ini muncul diartikaan dengan wasiat yang hukumnya wajibdilaksanakan, padahal pengertian ini kurang tepat atau tidak tepat artinya,
25 istilah wasiat wajibah merupakan istilah tersendiri yang pengertiannya hukum wasiat
yang wajib. Oleh karena itu perlu dijelaskan pengertian
32
, sebagai berikut:
1. Wasiat wajibah adalah yang dilakukanpenguasa atau hakim sebagai aparat negara untuk memaksa atau memberi putusan wajib wasiat bagi orang yang
telah meninggal dunia, yang diberikan kepada orang tertentu dalam keadaan tertetu. Suatu wasiat, disebut wasiat wajibah karena dua hal yaitu:
a. hilangnya unsur ihtiyar bagi si pemberi wasiat dan muncullah unsur kewajiban melalui sebuah perundangan atau surat keputusan tanpa
tergantung kerelaan orangyang berwasiat dan persetujuan sipenerima wasiat. b. ada kemiripannya dengan ketentuan pembagianharta warisan dalam hal
penerimaan laki- laki 2 dua kali lipat bagian perempuan
33
. 2. Makna wasiat wajibah, seseorang di anggap menurut hukum telah menerima
wasiat meskipun tidak ada wasiat secara nyata, anggapan hukuman itu lahir dari asas apabila dalam suatu hal hukum telahmenetapkan wajib berwasiat maka ada
atau tidak ada wasiat dibuat, wasiat di aggap ada dengan sendirinya
34
. 3. Wasiat wajibah adalah interpretasi atau bahkan pelaksanaan firman Allah SWT
di dalam al- qur‟an surat al- Baqarah: 180-181, sedangkan inti ayat ini yaitu
orang yang merasa dekat dengan ajalnya, sementara ia memiliki harta peninggalan yang cukupbanyak, maka ia wajib melakukan wasiat untuk kedua
32
Ahmad Rofiq, Hukum Islam Di Indonesia, Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2003, h. 462.
33
.Ibid h.463.
34
M. Yahya Harahap, Informasi Materi KompilasiHukum Islam, Memposotifkan Abtraksi Hukum Islam, Dalam Cik Hasan Bisri, Kompilasi HukumIslam Dan Peradilan Agama Dalam Sistem Hukum
Nasional Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999 h. 71.
26 orang tuanya dan kerabatnya, dan bahwa orang yang mengubah isi wasiat
tersebut maka menanggung akibatnya
35
. Wasit Alawi menjelaskan bahwa salah satu wujud pelaksanaan tersebut
ialah berupa cucu yang kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Dalam hal ini wasiat adalah pemberian sejumlah harta sebesar yang diterima oleh ayah atau
ibunya jika mereka masih hidup dengan jumlah maksimal 13 harta warisan, sedangkan pelaksanaan tersebut harus di penuhi beberapa persyaratan yaitu
1 cucu tersebut belum pernah menerima wasiat atau hibah, 2 jika telah menerima wasiat atau hibah yang besarnya memiliki haknya maka
kelebihannya dipandang sebagai wasiat iktiyariah 3 jika wasiat atau hibah kurang dari ialah yang seharusnya di terima, maka
berkurangnya akandi penuhi dari harta warisan atau wasiat ikhtiyariah 4wasit wajibah ini di laksanakan sebelum pelaksanaanwasiat ikhtiyariah,
mendahului pembagian harta warisan kepada ahli waris lain
36
.Sedangkan dalam wasiat wajibah bagi anak angkat termaktub dalam pasal 171 KHI.
Jika ada anak angkat maka ada orang tua angkat, dalamhal ini, KHI menjelaskan bahwa anak angkat adalah anak yang dalam hal pemeliharaan untuk
hidupnya sehari- hari, sebagaimana tanggung jawab orang tua asal kepada orang
35
A, Wasit Alawi, Sejarah Perkembangan Hukum Islam Dalam Amrullah Ahmad, Dimensi Hukum Islam Dalam Sistem Hukum Nasional Jakarta: Gema Insani Press, 1996 h: 65.
36
Ibid h.66.
27 tua angkatnya berdasarkanputusan pengadilan
37
. Dengan pasal 171 KHI ini dapat dipahami sebagai berikut:
a. Status anak angkat hanya terbatas pada peralihan, pemeliharaan hidup sehari- hari,tanggung jawab biaya pendidikan.
b. Keabsahan status anak angkat harus berdasarkan atas keputusan pengadilan. c. Disamping pasal 171 pasal 209 KHI memberikan hak wasiat wajibah 13
kepadaanak angkat
38
Status anak angkat tidak berkedudukan sebagaimana anak kandung, oleh karena itu orang tua angkat tidak menjadi ahli waris anak angkatnya, akantetapi,
kenyataan hubungan itu tidak dapat dipungkiri secara hukum, karena itu untuk tidak membohongi diri atas fakta yuridis tersebut pasal 209 2 KHI
memodifikasi suatu kesimpulan hak dan kedudukan anak angkat dan orang tua angkat dalam hubungan waris muwaris adalah sebagai berikut:
a anak angkatberhak mendapat 13 berdasarkan konstruksi hukum wasiat wajibah,
b orang tua angkat berhak mendapat 13 berdasarkan konstruksi hukum wasiat wajibah
39
. Berhubungan dengan bunyi pasal 205 KHI sebagaiberikut:
37
Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia Jakarta: Akademika Presindo, 1992: 156.
38
M. Yahya Harahap, Informasi Materi KompilasiHukum Islam, Memposotifkan Abtraksi Hukum Islam, Dalam Cik Hasan Bisri, Kompilasi Hukum Islam Dan Peradilan Agama Dalam Istem Hukum
Nasional, Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999, h. 7.
39
Ibid h. 71.
28
1. Harta peninggalan anak angkat dibagiberdasarkan pasal- pasal 176-193
tersebut,sedangkan terhadaporang tua angkat yang tidak menerima wasiat, diberi wasiat wajibah sebanyak13 dari harta warisan anak angkatmya
2. Terhadap anak angkat yang tidak menerima wasiat, diberi wasiat wajibah sebanyak
13 dariharta warisan orang tua angkatnya
40
.
Dengan hal tersebut KHI menjelaskaan bahwa antara anak angkat dengan orang tua angkatnya tidak ada hubungan kewarisan, tetapi sebagai pengetahuan tentang
baiknya lembaga pengangkatan anak tersebut, oleh karena itu hubungan antara keduanya dikukuhkan dengan perantaraan wasiat waijabah.
Pengertian wasiat wajibah antara anak angkat dengan orang tua angkatnya dapat mencegah atau menghindari konflik atau sengketa antara anak angkatdengan keluarga
orang tua angkat yang seharusnya menjadi ahli waris dari orang tua angkat tersebut.Deimikian pula kemungkinan terjadinya konflik antaraorang tua angkat yang
masih hidup dengan angkat, mereka mempunyai pedoman dalam menyelesaikan sendiri tentang kewarisan yang mereka hadapi.
Wasiat wajibah merupakan kebijakan penguasa yang bersifat memaksa untuk memberikan wasiat kepada orang tertentu dalam keadaan tertentu
41
.Wasiat wajibah adalah suatu wasiat yang diperuntukan kepada ahli waris atau kerabat yang tidak
memperoleh bagian harta warisan dari orang yang wafat, karena adanya suatu halangan
40
Abdurrahman, KompilasiHukum Islam di Indonesia Jakarta: AkademikaPresindo, 1992 h.164.
41
FatchurRahman, IlmuWaris, Jakarta: BulanBintang, 1979, h. 63.
29 syara
42
. Suparman dalam bukunya Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam, mendefenisikan wasiat wajibah sebagai wasiat yang pelaksanaannya tidak dipengaruhi
atau tidak bergantung kepada kemauan atau kehendak si yang meninggal dunia
43
. Dalam undang-undang hukum wasiat Mesir, wasiat wajibah diberikan terbatas
kepada cucu pewaris yang orang tuanya telah meninggal dunia lebih dahulu dan mereka tidak mendapatkan bagian harta warisan disebabkan kedudukannya sebagai zawil arham
atau terhijab oleh ahli waris lain
44
Para ahli hukum Islam mengemukakan bahwa wasiat adalah pemilikan yang didasarkan pada orang yang menyatakan wasiat meninggal dunia dengan jalan kebaikan
tanpa menuntut imbalan atau tabarru . Sayyid Sabiq mengemukakan bahwa pengertian ini sejalan dengan definisi yang dikemukakan oleh para ahli hukum Islam dikalangan
madzhab Hanafi yang mengatakan wasiat adalah tindakan seseorang yang memberikan haknya kepada orang lain untuk memiliki sesuatu baik merupakan kebendaan maupun
manfaat secara suka rela tanpa imbalan yang pelaksanaannya ditangguhkan sampai terjadi kematian orang yang menyatakan wasiat tersebut.
Sedangkan Al-Jaziri, menjelaskan bahwa dikalangan mazhab Syafii, Hambali, dan Maliki memberi definisi wasiat secara rinci, wasiat adalah suatu transaksi yang
mengharuskan orang yang menerima wasiat berhak memiliki sepertiga harta peninggalan orang yang menyatakan wasiat setelah ia meninggal dunia . Dan dalam
42
Abdul Aziz Dahlan. Ensiklopedi Hukum Islam. Jakarta: PT Ikhtiar Baru Van Hoeve, 2000, Jilid 6, h.1930.
43
Suparman, et.all,. Fiqih Mawaris Hukum Kewarisan Islam. Jakarta: Gaya Media Pratama,1997, h. 163.
44
Ahmad Zahari, Tiga versi Hukum Kewarisan Islam, Syafi’I, Hazairin dan KHI, Pontianak:
Romeo Grafika, 2006, h.98.
30 Kompilasi Hukum Islam disebutkan wasiat adalah pemberian suatu benda dari pewaris
kepada orang lain atau lembaga yang akan berlaku setelah pewaris meninggal dunia pasal 171 huruf f
1. Dasar Hukum
Sumber hukum yang mengatur tentang wasiat tercantum dalam QS Al-Baqarah ayat 180 yang berbunyi :
ْي لا لل يص لا ا ْيخ ْ ا ْ لْا م حا ضح ا ا ْم ْيلع ب
ْي لا يلع ا ح فْ ْع لا ْيب ْاا لا
٨
Artinya: “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan tanda-tanda maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, Berwasiat untuk
ibu-bapak dan karib kerabatnya secara maruf, ini adalah kewajiban atas orang- orang yang bertakwa
”.
Dalam tafsir dijelaskan bahwa makna maruf ialah adil dan baik. wasiat itu tidak melebihi sepertiga dari seluruh harta orang yang akan meninggal itu.
HadistNabisaw., yang berbunyi:
ّح يف ملس ْيلع للا لص للا س ي داع ا يبأ ْ ع ْعس ْب ماع ْ ع ْ م
ام ي غلب للا س اي ْل ف ْ ْلا لع ْم ْي ْشأ عج ْ م عاد ْلا ا ال ا يلام ْيثلثب ص أفأ حا يل ْبا الإ ي ث ي ال ام ا أ عج ْلا
ْ م ْيخ ءاي ْغأ ث ْ أ إ يث ثلثلا ثلثلا ال ا ْطشب ص أفأ ْل
31
ا ب ْ جأ الإ للا ْج ا ب يغ ْ ْ ْسل سا لا ي لاع ْم
ْ أ أ ْما يف يف ا لعّْ ْللا ح
ملسم ا
Diriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqash RA, Rasulullah pernah menjenguk saya waktu haji wada’ karena sakit keras yang saya alami sampai hampir saja saya
meninggal. Lalau saya berkata kepada beliau, Wahai Rasulullah saya sedang sakit keras sebagai mana engku sendiri melihatnya sedangkan saya mempunyai
banyak harta dan tidak ada yang mewarisi saya, kecuali anak perempuan satu- satunya. Boleh kah saya menyedekahkan sebanyak 23 dari harta saya?Beliau
menjawab “Tidak” saya mengatakan lagi bolehkah saya menyedekahkan separoh hartasaya? Beliau menjawab “Tidak” sepertiga saja yang boleh kamus
edekahkan, sedangkan sepertiga itu sudah banyak. Sesungguhnya kamu meninggalkan ahli warismu dalam keadaan kaya adalah lebih baik dari pada
kamu meninggalkan mereka dalam keadaan miskin, menengadahkan tangan meminta-minta pada orang banyak. Apapun yang kamu nafkahkan karena ridla
Allah, kamu mendapat pahala karenanya, bahkan termasuk satu suap untuk istrimu
”.
2. Pandangan Ulama tentang wasiat wajibah