DINAR DAN DIRHAM SEBAGAI INSTRUMEN WAKAF

kehidupan masyarakat meningkat, pendapatan ekonomi masyarakat lebih tinggi, tersedianya lapangan pekerjaan yang lebih banyak dan sarana pendidikan yang baik dan lain-lain. Bagi pemerintah juga dapat mengurangi beban dan menambah defisa negara. 21

D. DINAR DAN DIRHAM SEBAGAI INSTRUMEN WAKAF

Sepanjang sejarah keberadaannya, uang telah memainkan peran yang sangat penting dalam perjalanan kehidupan umat manusia. Uang dalam berbagai bentuknya sebagai alat tukar perdagangan telah dikenal ribuan tahun yang lalu seperti dalam sejarah Mesir kuno yaitu sekitar 4000 SM – 2000 SM. Bahkan dalam Islam pengunaan koin emas dan perak ini sudah digunakan sejak zaman Nabi Yusuf As. Fakta mengenai hal tersebut terdapat dalam Al-Qur’an surat Yusuf ayat 20. ☺ يوسوف 12 :201 Artinya: “Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, Yaitu beberapa dirham saja, dan mereka merasa tidak tertarik hatinya kepada Yusuf”. Di dalam surat tersebut terdapat kata darahima ma’dudatin yang artinya beberapa keping perak. Dalam bentuknya yang lebih standar uang emas dan 21 “Wakaf tunai”, artikel diakses pada 8 Juli 2010 dari http:www.bimasislam.depag.go.idwakaf- tunai. html. perak diperkenalkan oleh Julius Caesar dari Romawi sekitar tahun 46 SM. Julius Caesar ini pula yang memperkenalkan standar konversi dari uang emas ke uang perak dan sebaliknya dengan perbandingan 12 : 1 untuk perak terhadap emas. Standar Julius Caesar ini berlaku di belahan dunia Eropa selama sekitar 1250 tahun yaitu sampai tahun 1204. 22 Uang emas dan perak ini dikenal dengan sebutan dinar dan dirham. Dalam sejarah Islam, uang merupakan sesuatu yang diadopsi dari peradaban Romawi dan Persia. Hal ini dimungkinkan karena penggunaan dan konsep uang tersebut tidak bertentangan dengan ajaran Islam. Dinar merupakan mata uang emas yang digunakan oleh kerajaan Byzantium Romawi Timur, sedangkan dirham adalah mata uang perak yang dikeluarkan oleh kerajaan Persia Sasanid jauh sebelum nabi Muhammad SAW diutus sebagai nabi. Byzantium dan persia merupakan dua penguasa dunia ketika itu, baik dari segi kekuatan militernya maupun dari segi ekonominya. Para pedagang Arab sekembalinya mereka dari Syam membawa dinar emas kaisar Romawi Byzantium dan dari Irak mereka membawa dirham perak Persia, terkadang mereka juga membawa dirham 22 M. Iqbal, Mengembalikan Kemakmuran Islam dengan Dinar dan Dirham, Cet. I, Depok: Spiritual Learning Centre dan Dinar Club, 2007, h. 18. Himyar dari Yaman. 23 Mereka berdagang dengan orang-orang Mesir, Siria, Irak, dan yaman dengan menggunakan dua mata uang ini. 24 Dinar dan dirham yang digunakan orang Arab ketika itu tidak didasarkan pada nominalnya, melainkan menurut beratnya. Untuk mengukur berat dinar dan dirham, masyarakat Arab menggunakan timbangan khusus yang telah mereka miliki, yaitu: auqiyah, nasy, nuwah, mitsqal, daniq, qirath, dan habbah. Mistqal merupakan berat pokok yang sudah diketahui umum, yaitu setara dengan 22 qirat kurang 1 habbah. 25 Berat 1 dinar Islam yang diterbitkan pada masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan setelah ditimbang dengan timbangan yang akurat memiliki nilai 4.25 gram, berat ini sama dengan berat mata uang Byzantium yang disebut Solidos dan mata uang Yunani yang disebut Drachma. Atas dasar rumusan hubungan berat antara dinar dan dirham dan hasil penimbangan dinar tersebut, maka dapat diketahui bahwa berat 1 dirham adalah 710 x 4.25 gram atau sama dengan 2.975 gram. 26 Dalam perjalanan koin dinar dan dirham, kedua uang bimetal ini merupakan alat transaksi perdagangan dan pertukaran yang paling stabil, bahkan tidak 23 Abdul Qadim Zallun, Sistem Keuangan di Negara Khalifah Bogor: Pustaka Thariq Al-Izzah, 2002, h. 212. 24 Zaim Saidi, Kembali Ke Dinar: Tiggalkan Riba Tegakkan Muamalah Depok, Pustaka Adina, 2005, h.39. 25 Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, h. 246. 26 M. Iqbal, “Mengenal Dinar Islam”, artikel diakses pada 8 juli 2010 dari http:geraidinar.com200802mengenal-dinar-islam.html. terpengaruh oleh inflasi. Hal ini dikarenakan uang bimetal tersebut memiliki nilai intristik yang sama dengan nilai nominalnya. Koin dinar dan dirham, juga merupakan uang bimetal yang tidak dipengaruhi oleh intristik dan kebijakan suatu kerajaan atau pemerintahan. Hal tersebut, seperti yang terdapat dalam buku yang berjudul “Satanic Finance” karangan bapak Riawan Amin yang mengatakan bahwa koin emas itu bernilai bukan oleh dekrit penguasa, melainkan karena ia memang berharga dan memiliki nilai. Pasar yang menghargai, bukan pemerintah. 27 Kemudian yang perlu diketahui bahwa emas dan perak merupakan mata uang bimetal yang daya belinya tetap sepanjang tahun. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui sejarah yang diantaranya tertuang dalam Al-Qur’an dan Hadist. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an surat Al-Kahfi ayat 19, yaitu: ⌧ ☯ ☯ ☺ ☯ ☺ ⌧ 27 A. Riawan Amin, Satanic Finance, cet ke-4, Jakarta: celestial publishing, 2008, h. 38. الك ف 18 : 19 Artinya: “Dan Demikianlah Kami bangunkan mereka agar mereka saling bertanya di antara mereka sendiri. berkatalah salah seorang di antara mereka: sudah berapa lamakah kamu berada disini?. mereka menjawab: Kita berada disini sehari atau setengah hari. berkata yang lain lagi: Tuhan kamu lebih mengetahui berapa lamanya kamu berada di sini. Maka suruhlah salah seorang di antara kamu untuk pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini, dan hendaklah Dia Lihat manakah makanan yang lebih baik, Maka hendaklah ia membawa makanan itu untukmu, dan hendaklah ia Berlaku lemah- lembut dan janganlah sekali-kali menceritakan halmu kepada seorangpun.” Pada ayat tersebut diungkapkan bahwa mereka meminta salah satu rekannya untuk membeli makanan di kota dengan uang peraknya, tidak dijelaskan jumlah pastinya. Kalau diasumsikan para Asyhabul Kahfi tersebut membawa 2-3 keping uang perak saja dan dikonversikan ke nilai rupiah, dimana 1 dirham sekitar Rp 30.000,- maka nilai uang perak menjadi Rp 60.000,- hingga Rp 90.000,-. Dengan uang perak tersebut maka dapat membeli makanan untuk beberapa orang. Hal ini membuktikan bahwa setelah kurang lebih 18 abad sejak zaman Ashabul Kahfi, daya beli uang perak-dirham nilainya relative sama. Sedangkan mengenai daya beli uang dinar emas, dapat dilihat berdasarkan hadis riwayat Bukhari, dimana dari hadits tersebut dapat diketahui bahwa harga pasaran kambing di zaman Rasulullah saw 1 dinar, jika dikonversikan ke zaman sekarang, 1 dinar saat ini 1 dinar pada saat penulisan karya ilmiyah adalah berkisar antara Rp. 1.350.000,- sd Rp. 1.380.000,- juga bisa digunakan untuk membeli seekor kambing. Disamping Rasulullah saw mengakui dinar dan dirham dalam berbagai kegiatan muamalah, beliau juga mengaitkan kedua mata uang tersebut kedalam perangkat syariat Islam seperti, nishab untuk hukuman potong tangan bagi pencuri dan besaran untuk membayar diyat uang tebusan qishas. 28 Selain itu, sejak awal Islam dinar dan dirham juga digunakan untuk keperluan ibadah seperti untuk membayar zakat dan wakaf. Sebagaimana hadist Rasulullah saw mengenai kewajiban berzakat, bahwasanya mengeluarkan harta kekayaan dalam bentuk emas dan perak telah ditetapkan sebesar dua setengah persen dari jumlah emas yang telah mencapai nisabnya yaitu 20 dinar. إذا ﺎآ ﺖ ﻚ ﺎﺘدﺎره و لﺎ ا اﻮل ا ﺧ ﺔ دراه و ﻚ ﱠﻰﺘ ﻜﻮن ﻚ ﺮون د رﺎا و لﺎ ا اﻮل ا د رﺎ زﺎدا بﺎ ذ ﻚ. و ﻰ ﺎ ل زﺎآة ﻰﺘ ﻮل اﻮل روا أبو داود Artinya : “Jika anda memiliki dua ratus dirham dan telah berlalu waktu satu tahuun, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak lima dirham. Anda tidak punya kewajiban apa-apa sehingga anda memiliki dua puluh dinar dan telah berlalu waktu satu tahun, dan anda harus berzakat sebesar setengah dinar. Jika lebih, maka dihitung berdasarkan kelebihannya. Dan tidak ada zakat pada harta sehingga berlalu waktu tahun.” Riwayat Abu daud 29 Keberadaan dinar dan dirham sebagai instrumen dalam berwakaf juga telah lama digunakan. Imam Bukhari menerangkan bahwa imam Az-Zuhri, seorang 28 Saikul Hamiwanto dan Bayu, “Dinar dan Dirham: Dua Sejoli yang Direkomendasikan Nabi,” Suara Hidayah, 6 Oktober 2002, h. 41. 29 Abi Dawud, Riyadh : Daar El-Salam, 2000, h. 128. ulama terkemuka dan peletak dasar kodifikasi hadits tadwin al-hadits mengeluarkan fatwa yang berisi anjuran melakukan wakaf dinar dan dirham untuk pembangunan sarana da’wah, sosial, dan pendidikan umat muslim. 30 Selain itu, salah satu dari empat Imam Mazhab juga membolehkan wakaf dengan dinar dan dirham. Ia adalah seorang Imam Muhammad Bin Idris bin Abbas bin Usman bin Syafii Abu Abdullah, Al-Syafi’i Al-Mathlabi. ىورو ﻮ ا رﻮﺛ ﺎﱠ ا ﻰ زاﻮﺟ ﺎﻬ و اى ﺎ ﱠﺪ ا ﺮ هارﱠﺪ او Artinya: “Abu Tsaur meriwayatkan dari imam Syafi’i tentang dibolehkannya wakaf dinar dan dirham uang.” 31 Bahkan menurut sejarah pada masa kesultanan Saljuk terdapat anggaran khusus untuk wakaf. Anggaran wakaf tahunan Nizam al-Mulk Menteri Utama Kesultanan Saljuk, abad ke-11 M mencapai 600 ribu dinar emas, setara lebih dari Rp 850 milyar Oktober 09. Wakaf ini digunakan untuk membiayai madrasah dan para gurunya. Terken Khatun, seorang putri dari Fars, juga dari Bani Saljuk 1326, memberikan wakafnya sebesar 200 ribu dinar emas setara lebih dari Rp 280 milyar, saat ini. 32 Berwakaf dengan uang menurut Mazhab Hanafi dapat dilakukan dengan cara menjadikannya sebagai modal usaha dengan cara mudharabah, keuntungan yang 30 Djunaidi dan Thobieb, Menuju Era Wakaf Produktif: Sebuah Upaya Progressif Untuk Kesejahteraan Umat, h.27. 31 Al-Mawardi, Al-Hawi al-Kabir, Tahqiq Dr. Mahmud Mathraji, Beirut: Dar al-fikr, juz IX, 1994, h. 379. 32 Zaim saidi, “Kembalinya Wakaf Dirham dan Dinar,” artikel diakses pada 8 juli 2010 dari http:zaimsaidi.orgtagwakafkembalinya-wakaf-dirham-dan-dinar.html . diperoleh kemudian disedekahkan kepada mauquf ‘alaih. 33 Di Indonesia, lembaga wakaf yang menyediakan layanan bayar wakaf dengan dinar dan dirham adalah lembaga wakaf Tabung Wakaf Indonesia TWI. Untuk membantu layanan ini TWI bekerjasama dengan Wakala Al-Wakif sebagai tempat pengelolaan mata uang dinar dan dirham yang didirkannya. Wakaf koin dinar dan dirham yang telah dihimpun TWI selanjutnya akan dikonversi ke rupiah, dan kemudian dikelola keberbagai program yang dimiliknya untuk mendapatkan hasil atau surplus yang nantinya bisa disalurkan kepada mauquf ‘alaih. Dinar dan dirham di Indonesia hanya diproduksi oleh Logam Mulia - PT. Aneka Tambang TBK. Saat ini Logam Mulia-lah yang secara teknologi dan penguasaan bahan mampu memproduksi dinar dan dirham dengan Kadar dan Berat sesuai dengan Standar dinar dan dirham di masa awal-awal Islam. Standar kadar dan berat inipun tidak hanya di sertifikasi secara nasional oleh Komite Akreditasi Nasional KAN, tetapi juga oleh lembaga sertifikasi logam mulia internasional yang sangat diakui yaitu London Bullion Market Association LBMA. 34 Seperti di awal Islam yang menekankan dinar dan dirham pada berat dan kadarnya, bukan pada tulisan atau jumlah atau ukuran atau bentuk keeping, maka berat dan kadar emas untuk dinar serta berat dan kadar perak untuk dirham 33 Departemen Agama Republik Indonesia, Fiqh Wakaf, h.44. 34 M. Iqbal, “Mengenal Dinar Islam”, artikel diakses pada 8 juli 2010 dari http:geraidinar.com200802mengenal-dinar-islam.html. produksi Logam Mulia di Indonesia saat ini memenuhi syarat untuk disebut sebagai dinar dan dirham Islam zaman sekarang.

BAB III GAMBARAN UMUM