BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Kegiatan bermuamalah merupakan salah satu bentuk hubungan antara manusia yang satu dengan yang lainnya. Dalam melaksanakan muamalah pada
sektor ekonomi tidak jarang masyarakat dalam suatu negara mengalami permasalahan ekonomi. Salah satu permasalahan yang sering melanda suatu
negara adalah masalah kemiskinan dan pengangguran. Di Indonesia, kemiskinan merupakan salah satu masalah yang cukup besar. Salah satu potret atau cerminan
dari kemiskinan yang ada di negara ini antara lain, banyaknya penderita gizi buruk dan tingginya tingkat kriminalitas di masyarakat, seperti pencurian,
perampokan, hingga tindakan bunuh diri.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik BPS, jumlah penduduk miskin penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan di Indonesia pada Bulan
Maret 2010 sebesar 31,02 juta 13,33 persen, menurun 0,85 dari tahun sebelumnya.
1
Akan tetapi, adanya penurunan jumlah penduduk miskin ini tidak serta merta menunjukan kondisi yang lebih baik dalam masyarakat Indonesia,
karena pada kenyataannya, kondisi riil masyarakat Indonesia kian terpuruk.
1
“Profil Kemiskinan di Indonesia Maret 2010”, artikel diakses pada Juli 2010 dari http:bps.go.id201003profil-kemiskinan-di-Indonesia-maret-2010. pdf.
1
2
Kemiskinan merupakan salah satu sebab kemunduran dan kehancuran suatu bangsa. Islam sebagai agama yang komprehensif dan universal, yang merangkum
seluruh aspek kehidupan termasuk didalamnya kegiatan bermuamalah tidak pernah menghendaki umatnya untuk menjadi miskin. Bahkan Islam memandang
kemiskinan merupakan suatu ancaman dari setan. Islam bukanlah agama ritual semata, melainkan sebuah ideologi. Sebagai sebuah ideologi yang shahih, tentu
Islam memiliki cara-cara yang lengkap untuk mengatasi berbagai problematika manusia, termasuk problem kemiskinan. Dalam Islam terdapat beberapa
instrumen yang dapat digunakan untuk mengentaskan kemiskinan, salah satunya adalah instrumen wakaf.
Wakaf merupakan salah satu instrumen dalam Islam yang erat kaitannya dengan sosial ekonomi masyarakat. Wakaf tidak hanya berfungsi ubudiyah tapi
juga berfungsi sosial. Ia adalah sebagai salah satu pernyataan iman yang mantap dan rasa solidaritas yang tinggi antara sesama manusia. Oleh karenanya, wakaf
adalah salah satu usaha mewujudkan dan memelihara hablumminallah dan habluminannas. Walaupun wakaf bukanlah ibadah yang sifatnya wajib, akan
tetapi wakaf ini dapat menjadi solusi bagi pengentasan kemiskinan jika saja perannya dioptimalkan.
Di Indonesia, kegiatan wakaf dikenal seiring dengan masuknya dakwah Islam di Nusantara. Di samping melakukan dakwah Islam, para ulama juga sekaligus
memperkenalkan ajaran wakaf. Perkembangan wakaf bermula dari pehaman bahwa barang-barang yang dapat diwakafkan berupa aset tetap atau benda tak
3
bergerak saja seperti tanah dan masjid. Hal ini terbukti dari banyaknya masjid- masjid yang bersejarah yang dibangun di atas tanah wakaf. Pada tahun 2004 dapat
diketahui bahwasanya sebagian besar wakaf yang terkumpul berupa wakaf tanah. Total luas tanah yang diwakafkan di 30 provinsi yang ada di Indonesia mencapai
1.566.672.406,31 M
2
tanah wakaf.
2
Sangat besar tentunya nilai luas tanah wakaf tersebut, namun pada kenyataannya pemanfaatan dari tanah wakaf tersebut
dirasakan kurang efektif. Harta wakaf sebenarnya tidak hanya sebatas pada benda tak bergerak saja
seperti tanah atau bangunan, akan tetapi benda bergerak pun bisa juga diwakafkan, seperti hewan, buku atau mushaf, saham, dan juga uang. Saat ini
telah dikenal istilah wakaf uang cash waqf. Wakaf uang yang sering disebut juga wakaf tunai dipopulerkan oleh Prof. Dr. M. A. Mannan dengan mendirikan
suatu badan yang bernama SIBL Social Investment Bank Limited di Bangladesh. SIBL memperkenalkan produk Sertifikat Wakaf Tunai Cash Waqf Certificate
yang pertama kali dalam sejarah perbankan. SIBL menggalang dana dari orang kaya untuk dikelola dan keuntungan pengelolaan disalurkan kepada rakyat
miskin. Bercermin dari hal ini, kemudian banyak negara-negara lain termasuk negara Indonesia yang merasa perlu mengaplikasikan wakaf uang guna membantu
negaranya lepas dari keterpurukan.
2
Hendra Cholid, “Data Tanah Wakaf”, artikel diakses pada 10 April 2008 dari http:infowakaf.net200810data-tanah-wakaf.html.
4
Untuk merealisasikan keberadaan wakaf uang di Indonesia, pada tanggal 11 Mei 2002, komisi fatwa MUI menetapkan fatwa tentang wakaf uang yang mulai
diperbolehkan di Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 2004 pemerintah RI kemudian memperkuat keberadaan wakaf dengan mengeluarkan Undang-undang
yang terbaru yaitu Undang-undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf yang disahkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Keberadaan Undang-
undang No. 41 Tahun 2004 tentang wakaf ini menjelaskan bahwasanya uang merupakan bentuk wakaf yang paling mudah dan cepat untuk dikelola sehingga
diharapkan menjadi sebuah kekuatan ekonomi yang dahsyat bagi umat Islam. Dengan landasan fatwa MUI dan UU wakaf tersebut kemudian banyak berdiri
lembaga-lembaga wakaf, diantaranya adalah Lembaga Tabung Wakaf Indonesia TWI. TWI merupakan lembaga penerima dan pengelolaan wakaf kontemporer,
karena lebih menitikberatkan penerimaan dan pengelolaan wakaf uang. Wakaf uang di Indonesia saat ini terus berkembang pesat. Hal ini terbukti dengan
kemampuan TWI yang berhasil menghimpun dana wakaf sebesar 2 milayartahun.
3
Disisi lain hal ini juga menjadi bukti bahwa TWI merupakan Nazhir yang handal dan profesional.
Sebagai nazhir yang handal dan profesional TWI terus berupaya agar bisa mendapatkan hasil yang semaksimal mungkin dari apa yang dikelolanya. Untuk
itu, TWI melakukan sebuah inovasi dengan menyediakan layanan terbaru yaitu
3
Herman Budianto, “Masa Depan Wakaf Indonesia”, artikel diakses pada 10 April 2008 dari httpwww.google.com200810masa-depan-wakaf-Indonesia. html.
5
layanan bayar wakaf dengan dinar dan dirham. Dalam layanan terbarunya ini, TWI bekerjasama dengan unit layanannya yaitu Wakala Al-Wakif yakni sebuah
lembaga pengelolaan mata uang dinar dan dirham. Berwakaf dan berzakat dengan menggunakan dinar dan dirham sesungguhnya
sudah menjadi kebiasaan di masa Rasulullah SAW, hal ini memang dikarenakan dinar merupakan mata uang yang berlaku di masa itu. Islam bahkan mengakui
dinar dan dirham sebagai mata uang yang sah.
4
Saat ini respon atas penggunaan mata uang dinar dan dirham semakin memasyarakat. Dengan menggunakan dinar
dan dirham, diharapkan nilai pokok dari wakaf uang yang ada di TWI semakin banyak menghasilkan manfaat, yang pada gilirannya bisa dinikmati oleh
masyarakat banyak. Keberadaan Wakala Al-Wakif di Tabung Wakaf Indonesia merupakan kajian
yang menarik sekali untuk diteliti lebih mendalam. Sebagai bentuk unit layanan terbaru di TWI, Wakala diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih baik
bagi perkembangan TWI dalam membantu perekonomian umat. Selain itu, Wakala Al-Wakif juga diharapkan dapat menjalankan fungsinya sebaik mungkin,
yang pada intinya adalah untuk memberikan berbagai kemudahan kepada masyarakat dalam mendapatkan mata uang dinar dan dirham. Oleh karena itu,
untuk mengetahui seberapa besar peran Wakala dalam mempengaruhi kinerja
TWI, maka penulis mengajukan tema yang berjudul “EFEKTIFITAS PERAN
4
Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam Jakarta: Kencana, 2007, h. 244.
6
WAKALA AL-WAKIF TERHADAP PERKEMBANGAN TABUNG WAKAF INDONESIA.”
B. PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH