BAB IV SANKSI HUKUM TERHADAP YAYASAN APABILA TIDAK
MELAKSANAKAN PERUBAHAN AKTA PENDIRIAN SETELAH KELUARNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 16 TAHUN 2001 JO UNDANG-
UNDANG NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG YAYASAN
A. Alasan-Alasan Yang Menyebabkan Pembubaran Terhadap Yayasan
UU yayasan mengatur kemungkinan mengenai pembubaran Yayasan, baik atas inisiatif organ Yayasan sendiri maupun berdasarkan penetapan atau putusan
pengadilan. Ada beberapa hal yang menyebabkan Yayasan dapat dibubarkan sebagai berikut:
138
1. Jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir;
2. Tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau
tidak tercapai; 3.
Putusan Pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap berdasarkan alasan:
a. Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;
b. Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit; atau
c. Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya setelah
pernyataan pailit dicabut.
Berdasarkan ketentuan tersebut di atas, maka dapat dipahami bahwa ada dua jenis pembubaran Yayasan yaitu pembubaran secara sukarela dan pembubaran secara
paksa. Ada dua alasan pembubaran secara sukarela yaitu: 1.
Jangka waktu yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar berakhir; dan 2.
Tujuan Yayasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau tidak tercapai;
138
Pasal 62 UU Yayasan.
Universitas Sumatera Utara
Kedua alasan ini merupakan suatu ketentuan yang umum yang diterapkan dalam menetapkan pembubaran suatu badan hukum.
139
Hal ini antara lain sering diterapkan di negara Jepang dan Australia.
140
Dalam hal Yayasan dapat bubar demi hukum karena jangka waktu yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah berkahir, atau tujuan Yayasan telah tercapai
atau tidak tercapai, maka pembina menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan Yayasan.
141
Apabila pembina tidak menunjuk likuidator, maka penguruslah yang bertindak sebagai likuidator. Jika Yayasan dinyatakan bubar, maka Yayasan tidak
dapat melakukan perbuatan hukum, kecuali untuk mebereskan kekayaannya dalam proses likuidasi. Selama proses likuidasi, semua surat kelaur harus mencantumkan
frase dalam likuidasi di belakang nama Yayasan. Pembubaran secara paksa dilakukan berdasarkan tiga alasan yaitu:
142
1. Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;
2. Tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit; dan
3. Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utang-utangnya setelah
pernyataan pailit dicabut.
139
Anwar Borahima., Op. cit., 327.
140
Thomas Silk., Op. cit., hal. 8.
141
Anwar Borahima., Op. cit., hal. 330. Kekayaan sisa hasil likuidasi diserahkan kepada Yayasan lain yang memiliki maksud dan tujuan sama dengan Yayasan yang bubar. Jika tidak diserahkan kepada
Yayasan lain yang mempunyai maksud dan tujuan sama, maka sisa kekayaan tersebut diserahkan kepada negara dan penggunaannya dilakukan sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan tersebut.
Mekanisme penyerahan sisa kekayaan hasil likuidasi Yayasan kepada negara adalah melalui Menteri Keuangan sebagai pejabat yang bertanggung jawab di bidang keuangan negara, dan Menteri Keuangan
akan menggunakan sisa hasil likuidasi sesuai dengan maksud dan tujuan Yayasan yang dilikuidasi tersebut.
142
Ibid., hal. 8.
Universitas Sumatera Utara
Pembubaran secara paksa ini dilakukan melalui putusan pengadilan. Apabila Yayasan bubar karena putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
yang tetap, maka pengadilan yang menunjuk likuidator. Demikian pula jika pembubaran yayasan karena pailit, maka berlaku peraturan perundang-undangan di
bidang kepailitan yaitu perlu menunjuk kurator. Alasan dan cara pembubaran Yayasan di Belanda hampir sama dengan di Indonesia. Pembubaran oleh pengadilan
dapat dilakukan atas permohonan setiap pihak yang berkepentingan atas tuntutan kejaksaan, maupun secara jabatan oleh pengadilan yang terjadi bersamaan dengan
penolakan atas tuntutan perubahan anggaran dasar. Pembubaran Yayasan harus didaftarkan dalam register yang disediakan.
143
Dalam hal bubarnya Yayasan tidak boleh merugikan pihak ketiga. Walaupun Yayasan bubar namun tetap beritikad baik good faith dalam menyelesaikan
kewajiban-kewajibannya kepada pihak ketiga. Yayasan yang bubar begitu saja, tanpa memberitahukan kepada pihak ketiga dan tanpa menyelesaikan kewajiban-
kewajibannya kepada pihak ketiga, merupakan tindakan yang tidak terpuji dan merupakan suatu kejahatan yang dilakukan oleh korporasi. Pimpinan dapat dikenakan
pidana berdasarkan Pasal 372 KUH Pidana mengenai kejahatan penggelapan atau Pasal 378 tentang kejahatan penipuan.
144
Bubarnya Yayasan karena jangka waktu telah berakhir didasarkan kepada ketentuan Pasal Pasal 14 Ayat 2 huruf c juncto Pasal 62 UU Yayasan. Dengan
143
Ibid., hal. 330-331.
144
Gatot Supramono., Op. cit., hal. 146.
Universitas Sumatera Utara
berakhirnya Yayasan tersebut, secara otomatis Yayasan bubar dengan sendirinya. Sebelum hari bubarnya, Yayasan dapat mepersiapkan segala sesuatunya seperti
ditentukan dalam Pasal 63 Ayat 1 memerintahkan agar pembina Yayasan menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan Yayasan.
Apabila ternyata pembina tidak menunjuk likuidator,
145
maka seperti yang diatur dalam Undang-Undang Perseroan maupun Undang-Undang Perbankan yang
berlaku adalah pengurus bertindak selaku likuidator sama dengan ketentuan dalam Pasal 63 Ayat 2 UU Yayasan, dimana pengurus berperan sebagai likuidator tanpa
perlu ditunjuk oleh pembina Yayasan. Selain itu, bubarnya Yayasan juga disebabkan karena tujuannya telah dan atau
tidak tercapai. Dalam hal ini tujuan Yayasan sebagaimana yang telah ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah tercapai atau tidak tercapai. Tujuan Yayasan yang
dicantumkan dalam Anggaran Dasar setidaknya harus jelas kegiatan apa saja yang dilakukan Yayasan tersebut dalam konteks tiga bidang pokok saja yakni bidang
sosial, keagamaan, dan kemanusiaan. Misalnya memberi beasiswa kepada satu juta anak yang tidak mampu, memberikan pelayanan di bidang kesehatan jantung kepada
masyarakat. Dalam Anggaran Dasar juga harus disebutkan, bahwa apabila dalam
145
Anwar Barohima., Op. cit., hal. 329. likuidator atau kurator yang ditunjuk untuk melakukan pemberesan kekayaan Yayasan yang bubar atau dibubarkan, paling lambat 5 lima hari
terhitung sejak tanggal penunjukan, dan untuk hasil likuidasi paling lambat 30 tiga puluh hari terhitung sejak tanggal berakhirnya likuidasi wajib mengumumkan pembubaran Yayasan dan proses
likuidasinya dalam 2 dua surat kabar harian satu di antaranya berskala edar nasional. Berakhirnya proses likuidasi Yayasan, jika neraca akhir likuidasi telah disetujui oleh Menteri dan Rapat Yayasan
telah menerima pertanggungjawaban likuidator. Dalam waktu paling lambat 7 tujuh hari terhitung sejak tanggal berakhirnya proses likuidasi, maka likuidator atau kurator wajib melaporkan pembubaran
kepada pembina. Jika hal ini tidak dilakukan, maka bubarnya Yayasan tidak berlaku bagi pihak ketiga.
Universitas Sumatera Utara
melaksanakan kegiatannya ternyata tujuan tersebut berhasil dicapai, maka selanjutnya Yayasan harus dibubarkan. Demikian pula sebaliknya, jika ternyata tujuannya tidak
berhasil dicapai, karena sesuatu hal, maka Yayasan dibubarkan.
146
Dengan tujuannya seperti itu, jika Yayasan dalam melakukan kegiatannya sungguh-sungguh kegiatannya tercapai, Yayasan menjadi bubar. Jika tujuannya tidak
tercapai dan tidak mungkin kegiatannya tetap dilaksanakan, karena adanya hambatan misalnya biaya kegiatannya besar sedangkan harta kekayaan Yayasan yang masih ada
tidak mencukupi, maka pertimbangannya lebih baik Yayasan tersebut bubar.
147
Selanjutnya dengan bubarnya alasan berdasarkan alasan tersebut, tata caranya sama dengan bubarnya Yayasan karena jangka waktunya telah habis, yaitu pembina
menunjuk likuidator untuk membereskan kekayaan Yayasan. Apabila likuidator tidak ditunjuk oleh pembina, maka pengurus bertindak selaku likuidator.
148
Bubarnya Yayasan juga dikarenakan putusan pengadilan. Alasannya telah ditetapkan secara limitatif dalam Pasal 62 huruf c yaitu:
1. Yayasan melanggar ketertiban umum dan kesusilaan;
2. Yayasan tidak mampu membayar utangnya setelah dinyatakan pailit, atau
3. Harta kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangya setelah
pernyataan pailit dicabut.
146
Gatot Supramono., Loc. cit.
147
R. Soemitro., Hukum Perseroan Terbatas, Yayasan, dan Wakaf, Bandung: Eresco, 1993, hal. 32.
148
Ibid., hal. 33.
Universitas Sumatera Utara
Mengenai alasan yang pertama tentang Yayasan melanggar ketertiban umum, misalnya dalam melaksanakan kegiatannya Yayasan ternyata ikut membiayai
gerombolan teroris, sedangkan yang melanggar kesusialaan antara lain seperti kantor atau gedung Yayasan digunakan seagai tempat prostitusi. Alasan-alasan demikian
menurut Subekti,
149
tidak cukup hanya didalilkan dengan kata-kata saja, akan tetapi harus dapat dibuktikan kebenarannya dipersidangan.
Kemudian mengenai alasan yang kedua, syaratnya adalah Yayasan pernah diputus pailit oleh Pengadilan Niaga, dan setelah proses kepailitan selesai ternyata
sisa utangnya tidak dapat dibayar oleh Yayasan. Alasan yang ketiga ini hampir sama dengan alasan yang kedua, yaitu awalnya
Yayasan pernah diputus pailit, akan tetapi kepailitan itu kemudian dicabut oleh Pengadilan Niaga karena sesuatu alasan. Setelah pencabutan pailit ternyata harta
kekayaan Yayasan tidak cukup untuk melunasi utangnya. Kepailitan tidak menyebabkan bubarnya Yayasan, karena dalam kepailitan hanya mempersoalkan
persoalan utang-utang yang belum dapat dibayar bukan mempersoalkan pembubaran Yayasan. Karena Yayasan yang tidak mempunyai uang atau harta bukan berarti
bubar.
150
Meskipun demikian, keberadaan Yayasan yang sudah tidak memiliki apa-apa, lalu apa gunanya tetap dipertahankan, karena Yayasan yang demikian kemungkinan
sama sekali tidak dapat melakukan kegiatan untuk mencapai maksud dan tujuannya.
149
R. Subekti., Hukum Pembuktian., Jakarta: Pradnya Paramita, 1977, hal. 45.
150
Gatot Supramono., Op. cit., hal. 149.
Universitas Sumatera Utara
Memang sudah sebaiknya Yayasan seperti itu dibubarkan, apalagi pengamalannya pernah dinyatakan pailit yang mempengaruhi berkurangnya kepercayaan masyarakat.
Alasan dan cara pembubaran Yayasan di Belanda hampir sama dengan di Indonesia. Menurut Pasal 300 Nedherlands Burgerlijk Wetboek NBW, Yayasan
dapat dibubarkan apabila:
151
1. Dalam hal ditentukan oleh Anggaran Dasar;
2. Jika Yayasan nyata dalam keadaan insolvensi, setelah dinyatakan pailit;
3. Oleh hakim dalam hal-hal yang ditetapkan oleh undang-undang;
Sehubungan dengan Pasal 300 NBW di Belanda tersebut, juga disebutkan bahwa pengadilan pun dapat membubarkan Yayasan dalam hal:
152
1. Apabila Anggaran Dasarnya bertentangan dengan ketentuan, bahwa kepada
para pendiri tidak dapat diberikan pembayaran uang; 2.
Apabila keuangan Yayasan tidak mencukupi lagi untuk merealisasikan tujuannya, dan tidak dapat dikumpulkan uang dalam jangka waktu pendek
dengan salah satu jalan yang sah; dan
3. Jika tujuan Yayasan telah tercapai atau tidak dicapai lagi.
Berdasarkan ketentuan tersebut, pembubaran Yayasan oleh pengadilan di Belanda dapat dilakukan atas permohonan setiap pihak yang berkepentingan atas
tuntutan kejaksaan, maupun secara jabatan oleh pengadilan yang terjadi bersamaan dengan penolakan atas tuntutan perubahan Anggaran Dasar. Pembubaran Yayasan
harus didaftarkan dalam register yang disediakan di kantor Kamer van Koophandel. Sehubungan dengan itu, maka penyelesaian pembubaran ini dilakukan oleh
pihak-pihak yang disesuaikan dnegan faktor-faktor yang menyebabkan Yayasan itu
151
Anwar Borahima., Op. cit., hal. 330.
152
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
bubar. Jika Yayasan itu bubar sesuai dengan alasan yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar, maka penyelesaiannya dilaksanakan oleh mereka yang dibebani dengan
penyelenggaraan penyelesaian. Sedangkan jika pembubaran itu terjadi karena putusan hakim, maka penyelesaiannya diserahkan kepada panitera dewan majelis yang
terakhir memeriksa perkara. Pihak yang berkeberatan terhadap pembubaran dapat mengajukan kepada pengadilan.
B. Sanksi Hukum Apabila Yayasan Tidak Melaksanakan Perubahan Akta